Saturday, September 2, 2017

Pemerkosaan Buas Nikmati Gadis SMA

Pemerkosaan Buas Nikmati Gadis SMA

Hari telah senja awan mendung pun mulai menyelimuti kota metropolitan ini membuat suasana semakin gelap, di saat itu di sebuah SMA Negeri terkenal di kota itu nampak gadis-gadis membubarkan diri dari sebuah ruang aula olahraga. Mereka mengakhiri latihan rutin paduan suaranya.

Tawa dan canda khas gadis-gadis SMA mengiringi mereka bubar, satu demi satu mereka keluar dari halaman sekolah yang telah gelap itu. Sementara itu suara gunturpun terdengar pertanda hujan akan segera turun. Ada yang dijemput oleh orangtuanya, adapula yang membawa mobil pribadi, dan ada juga yang menggunakan angkutan umum.

Aku sangatlah hafal dengan aktifitas anak-anak SMA ini, karena memang sudah hampir sebulan ini aku bekerja sebagai tukang cat disekolah ini. Usiaku memang sudah tidak muda lagi, saat ini aku berusia 48 tahun. Aku adalah seorang duda, istriku sudah lama minggat meninggalkanku setelah mengetahui aku tengah melakukan hubungan intim dengan keponakannya. Reputasiku sebenarnya lebih banyak didunia hitam, dulu aku dikenal sebagai seorang germo yang aku sambi dengan berdagang ganja. Namun beberapa bulan yang lalu semua para wanita yang aku jajakan terkena razia dan kemudian bisnis ganjaku hancur setelah kurir yang biasa membawa ganja ditembak mati oleh aparat.

Di sekolah ini aku tidaklah sendirian aku masuk bekerja dengan sahabatku yang bernama Charles yang seorang residivis kambuhan. Usianya tidak begitu jauh denganku yaitu 46 th, perawakannya tinggi besar rambutnya panjang dan kumal. Kami berdua sengaja hidup berpindah-pindah tempat. Kami bukanlah pekerja tetap di sekolah ini, kami hanya mendapat order untuk mengerjakan pengecatan kusen-kusen pintu-pintu kelas di sekolah ini.

Kami tidak dibayar mahal namun kami memiliki kebebasan untuk tinggal dilingkungan sekolah ini. Maklumlah kami adalah perantau yang hidup nomaden. Di antara gadis-gadis tadi, ada salah seorang yang paling menonjol. Aku sangatlah hafal dengannya. Karena memang dia cantik, lincah dan aktif dalam kegiatan sekolah, sehingga akupun sering melihat dia mondar-mandir di sekolahan ini.

Adinda Wulandari namanya. Postur tubuhnya mungil, wajahnya cantik dan imut-imut, kulitnya putih bersih serta wangi selalu, rambutnya ikal panjang. Penampilannyapun modis sekali, seragam sekolah yang dikenakannya selalu berukuran ketat, rok seragam abu-abunya berpotongan sejengkal di atas lutut sehingga pahanya yang putih mulus itu terlihat, ukuran roknyapun ketat sekali membuat pantatnya yang sekal itu terlihat menonjol, sampai-sampai garis celana dalamnya pun terlihat jelas melintang menghiasi lekuk pantatnya, tak lupa kaos kaki putih selalu menutupi betisnya yang putih mulus itu.

Tidak bisa kupungkiri lagi aku tengah jatuh cinta kepadanya. Namun perasaan cintaku kepada Adinda lebih didominasi oleh nafsu sex semata. Gairahku memuncak apabila aku memandanginya atau berpapasan dengannya disaat aku tengah bekerja di sekolah ini. Ingin aku segera meyetubuhinya. Banyak sudah pelacur-pelacur kunikmati akan tetapi belum pernah aku menikmati gadis perawan muda yang cantik dan sexy seperti Adinda ini. Aku ingin mendapatkan kepuasan itu bersama dengan Adinda.

Informasi demi informasi kukumpulkan dari orang-orang disekolah itu, dari penjaga sekolah, dari tukang parkir, dari karyawan sekoah. Dari merekalah aku mengetahui nama gadis itu. Dan dari orang-orang itupun aku tahu bahwa Adinda adalah seorang siswi yang duduk di kelas 2, umurnya baru 16 tahun. Beberapa saat yang lalu dia merayakan hari ulang tahunnya yang ke-16 di kantin sekolah ini bersama teman-temannya sekelas. Diapun termasuk siswi yang berprestasi, aktif dalam kegiatan paduan suara dan paskibra di sekolah ini. Dan yang informasi terakhir yang kudapat bahwa dia ternyata adalah salah seorang finalis foto model yang diselenggarakan oleh sebuah majalah khusus untuk remaja putri terkenal di Negeri ini dan bulan depan dia akan mengikuti seleksi tahap akhir.

Kini disaat sekolah telah sepi salah satu dari gadis-gadis anggota paduan suara tadi itu tengah merintih-rintih dihadapanku. Dia adalah gadis yang terakhir kalinya masih tersisa di dalam sekolah ini, yang sedang asyik bercanda ria dengan temannya melalui HP-nya, semetara yang lainnya telah meninggalkan halaman sekolah. Beberapa menit yang lalu melalui sebuah pergulatan yang tidak seimbang aku telah berhasil meringkusnya dengan mudah, kedua tangannya kuikat dengan kencang kebelakang tubuhnya, dan mulutnya kusumpal dengan kain gombal. Setelah itu kuseret tubuhnya ke bangsal olahraga yang berada di bagian belakang bangunan sekolah ini.

Tidak salah salah lagi gadis itu adalah Adinda, gadis cantik sang primadona sekolah ini yang telah lama kuincar. Aku sangat hafal dengan kebiasaannya yaitu menunggu jemputan supir orang tuanya di kala selesai latihan sore dan sang supir selalu terlambat datang setengah jam dari jam bubaran latihan. Sehingga dia paling akhir meninggalkan halaman sekolah. Kini dia meringkuk dihadapanku, dengan tangisannya yang teredam oleh kain gombal yang kusumpal di mulutnya.

Sepertinya dia memohon-mohon sesuatu padaku tetapi apa peduliku, air matanya nampak mengalir deras membasahi wajahnya yang cantik itu. Sesekali nampak dia meronta-ronta mencoba melepaskan ikatan tali tambang yang mengikat erat di kedua tangannya, namun sia-sia saja, aku telah mengikat erat dengan berbagai simpul.

Posisinya kini bersujud di hadapanku, tangisannya kian lama kian memilukan, aku menyadari sepenuhnya bahwa dia kini tengah berada dalam rasa keputusasaan dan ketakutan yang teramat sangat di dalam dirinya. Kunyalakan sebatang rokok dan kunikmati isapan demi isapan rokok sambil kutatap tajam dan kupandangi tubuh gadis cantik itu, indah nian tubuhnya, kulitnya putih bersih, pantatnya sekal berisi.

Kunikmati rintihan dan tangis gadis cantik yang tengah dilanda ketakutan itu, bagai seseorang yang tengah menikmati alunan musik di dalam ruangan sepi. Suara tangisnya yang teredam itu memecahkan kesunyian bangsal olahraga di sekolah yang tua ini. Sesekali dia meronta-ronta mencoba melepaskan tali ikatan yang mengikat kedua tangannya itu.

Lama kelamaan kulihat badannya mulai melemah, isak tangisnya tidak lagi sekeras tadi dan sekarang dia sudah tidak lagi meronta-ronta mungkin tenaganya telah habis setelah sekian lamanya menagis meraung-raung dengan mulutnya yang telah tersumbat. Sepertinya di dalam hatinya dia menyesali, kenapa Heru supirnya selalu terlambat menjemputnya, kenapa tadi tidak menumpang Desy sahabat karibnya yang tadi mengajaknya pulang bareng, kenapa tadi tidak langsung keluar dari lingkungan sekolah di saat latihan usai, kenapa malah asyik melalui HP bercanda ria dengan Fifi sahabatnya. Yah, semua terlambat untuk disesali pikirnya, dan saat ini sesuatu yang mengerikan akan terjadi pada dirinya.

“Beres Yon.., pintu pagar depan sudah gue tutup dan gembok”, terdengar suara dari seseorang yang tengah memasuki bangsal.

Ternyata Charles dengan langkah agak gontai dia menutup pintu bangsal yang mulai gelap ini.

“OK.. Sip, gue udah beresin nih anak, tinggal kita pake aja..”, ujarku kepada Charles sambil tersenyum.

Kebetulan malam ini Pak Parijan sang penjaga sekolah beserta keluarganya yang tinggal di dalam lingkungan sekolah ini yaitu sedang pulang kampung, baru besok lusa mereka kembali ke sekolah ini. Mereka langsung mempercayakan kepada kami untuk menjaga sekolah ini selama mereka pergi.

Maka tinggallah kami berdua bersama dengan Adinda yang masih berada di dalam sekolah ini. Pintu gerbang sekolah telah kami rantai dan kami gembok sehingga orang-orang menyangka pastilah sudah tidak ada aktifitas atau orang lagi di dalam gedung ini. Pak Heru sang supir yang menjemput Adinda pastilah berpikiran bahwa Adinda telah pulang, setelah melihat keadaan sekolah itu.

Kupandang lagi tubuh Adinda yang lunglai itu, badannya bergetar karena rasa takutannya yang teramat sangat di dalam dirinya. Hujanpun mulai turun, ruangan di dalam bangsal semakin gelap gulita angin dinginpun bertiup masuk ke dalam bangsal itu, Charles menyalakan satu buah lampu TL yang persis diatas kami, sehingga cukup menerangi bagian disekitar kami saja. Kuhisap dalam-dalam rokokku dan setelah itu kumatikan. Mulailah kubuka bajuku satu per satu, hingga akhirnya aku telanjang bulat. Batang kemaluanku telah lama berereksi semenjak meringkus Adinda di teras sekolah tadi.

“Gue dulu ya..”, ujarku ke Charles.

“Ok boss..”, balas Charles sambil kemudian berjalan meninggalkan aku keluar bangsal.

Kudekati tubuh Adinda yang tergolek dilantai, kuraba-raba punggung gadis itu, kurasakan detak jantungnya yang berdebar keras, kemudian tanganku turun hingga bagian pantatnya yang sekal itu, kuusap-usap pantatnya dengan lembut, kurasakan kenyal dan empuknya pantat itu sambil sesekali kutepok-tepok. Badan Adinda kembali kurasakan bergetar, tangisnya kembali terdengar, sepertinya dia kembali memohon sesuatu, akan tetapi karena mulutnya masih tersumbat suaranyapun tidak jelas dan aku tidak memperdulikannya.

Dari daerah pantat tanganku turun ke bawah ke daerah lututnya dan kemudian menyelinap masuk ke dalam roknya serta naik ke atas ke bagian pahanya. Kurasakan lembut dan mulus sekali paha Adinda ini, kuusap-usap terus menuju keatas hingga kebagian pangkal pahanya yang masih ditutupi oleh celana dalam.

Karena sudah tidak tahan lagi, kemudian aku posisikan tubuh Adinda kembali bersujud, dengan kepala menempel dilantai, dengan kedua tangannya masih terikat kebelakang. Aku singkapkan rok seragam abu-abu SMA-nya sampai sepinggang.

“Waw indah nian.. Gadis ini” gunamku sambil melototi paha dan pantat sekal gadis ini.

Kemudian aku lucuti celana dalamnya yang berwarna putih itu, terlihatlah dua gundukan pantat sekal gadis ini yang putih bersih. Sementara Adinda terus menangis kini aku memposisikan diriku berlutut menghadap ke pantat gadis itu, kurentangkan kedua kakinya melebar sedikit. Dengan jari tengahku, aku coba meraba-raba selangkangan gadis ini. Disaat jari tengahku menempel pada bagian tubuhnya yang paling pribadi itu, tiba-tiba tubuh gadis ini mengejang. Mungkin saat ini pertama kali kemaluannya disentuh oleh tangan seorang lelaki.

Di saat kudapatkan bibir kemaluannya kemudian dengan jariku itu, aku korek-korek lobang kemaluannya. Dengan maksud agar keluar sedikit cairan kewanitaannya dari lobang kemaluannya itu. Tubuhnya seketika itu menggeliat-geliat disaat kukorek-korek lobang kemaluannya, suara desahan-desahanpun terdengar dari mulut Adinda, tidak lama kemudian kemaluannya mulai basah oleh cairan lendir yang dikeluarkan dari lobang vaginanya.

Setelah itu dengan segera kucabut jari tengahku dan kubimbing batang kemaluanku denga tangan kiriku kearah bibir vagina Adinda. Pertama yang aku pakai adalah doggy style, ini adalah gaya favoritku. Dan..

“Hmmpphh..”, terdengar rintihan dari mulut Adinda disaat kulesakkan batang kemaluanku kebibir vaginanya. Dengan sekuat tenaga aku mulai mendorong-dorong batang kemaluanku masuk kelobang kemaluannya. Rasanya sangat seret sekali, karena sempitnya lobang kemaluan gadis perawan ini. Aku berusaha terus melesakkan batang kemaluanku kelobang kemaluannya dengan dibantu oleh kedua tanganku yang mencengkram erat pinggulnya.

Kulihat badan Adinda mengejang, kepala mendongak keatas dan sesekali menggeliat-geliat. Aku tahu saat ini dia tengah merasakan sakit dan pedih yang tiada taranya. Keringat terus mengucur deras membasahi baju seragam sekolahnya, namun harum wangi parfumnya masih terus tercium, membuat segarnya aroma Adinda saat itu, rintihan-rintihan terdengar dari mulutnya yang masih tersumpal itu.

Dan akhirnya setelah sekian lamanya aku terus melesakkan batang kemaluanku, kini bobol sudah lobang kemaluan Adinda. Aku telah berhasil menanamkan seluruh batang kemaluanku ke dalam lobang vaginanya. Kurasakan kehangatan di sekujur batang kemaluanku, dinding vagina Adinda terasa berdenyut-denyut seperti mengurut-urut batang kemaluanku.

Sejenak kudiamkan batang kemaluanku tertanam di dalam lobang vaginanya, kunikmati denyutan-demi denyutan dinding vagina Adinda yang mencengkram erat batang kemaluanku. Selanjutnya kurasakan seperti ada cairan mengucur mengalir membasahi batang kemaluanku dan kemudian meluber keluar menetes-netes. Ah.. Ternyata itu darah, berarti aku telah merenggut keperawanan dari gadis cantik ini.

Sementara itu kepala Adinda kembali tertunduk di lantai, desah nafasnya terdengar keras, badannya melemas. Setelah itu, aku mulai memompakan kemaluanku di dalam lobang vaginanya. Kedua tanganku yang mencengkram erat pinggulnya juga membantu memajumundurkan tubuhnya. Badan Adinda kembali tegang, rintihan kembali terdengar. Semakin lama aku semakin mempercepat gerakanku, hingga tubuh Adinda tersodok-sodok dengan cepat sesekali, badannya juga menggeliat-geliat.

Raut mukanya meringis-ringis akibat rasa sakit di selangkangannya. Hujanpun mulai turun dengan deras dan aku ingin menikmati rintihan-rintihan dari gadis ini. Sementara aku terus menyodok-nyodok dari belakang, aku putuskan untuk membuka gombal yang sedari tadi membekap mulutnya.

Dan, “Aakk.. Akkhh.. Oohh.. Ooh.. Iihh.. Oohh..”, suara erangan Adinda kini terdengar, kunikmati suara-suara itu sebagai penghantar diriku yang tengah menyetubuhi gadis ini.

Suaranya menggema di seluruh bangsal olahraga ini, namun masih tertelan oleh suara derasnya hujan diluar. Adinda semakin terlihat kepayahan, tubuhnya melemah namun aku masih terus menggenjotnya, gerakanku semakin cepat.

Bosan dengan posisi itu aku cabut kemaluanku dari lobang vaginanya dan kulihat darah berceceran membasahi selangkangannya dan kemaluanku. Sejenak Adinda mendesahkan nafas lega, kubalik tubuhnya, dan kini posisi dia telentang. Setelah itu kurentangkan kedua kakinya dan kulipat hingga kedua pahanya menyentuh dadanya. Kulihat jelas kemaluan gadis ini, indah sekali. Bulu-bulunya yang masih jarang-jarang itu tumbuh menghias di sekitar bibir kemaluannya.

“Ohh.. Jangann Bang.. Ampun.. Bang.. Oohh.. Sakitt sekali.. Bang”, terdengar Adinda merintih pelan memohon belas kasihan kepadaku.

Dengan menyeringai aku tindih tubuh Adinda itu. Kembali aku benamkan batang kemaluanku di dalam lobang vaginanya.

“Aakkhh..”, Adinda terpekik matanya terpejam, roman mukanya kembali meringis kesakitan dikala aku menanamkan batang kemaluanku ke dalam lobang kemaluannya.

Setelah itu aku kembali memompakan tubuhku, menggenjot tubuh Adinda. Batang kemaluanku dengan gaharnya mengaduk aduk, menyodok-nyodok lobang kemaluannya. Tubuh Adinda kembali tersodok-sodok. Sesekali kuputar-putar pinggulku, yang membuat tubuh Adinda kembali kelojotan, dari bibir Adinda terdengar desahan-desahan halus “Ohh.. Enngghh.. Oohh.. Ohh.. Oohh..”.

Setelah sekian menit lamanya aku menyetubuhinya, aku merasakan diriku akan berejakulasi. Segera kupeluk kepalanya dan kucengkram erat dengan kedua tanganku setelah itu irama gerakanku kupercepat.

Kulihat raut muka Adinda saat itu nampak panik, sinar matanya menunjukkan kekalahan dan kepedihan. Dengan tatapan sayu dia memandangiku disaat aku mengejan menyemprotkan spermaku yang terakhir. Ahh nikmat sekali gadis ini, baru kali ini aku merengut keperawanan seorang gadis kota yang cantik.

Setelah itu akupun merebahkan tubuhku menindih tubuhnya yang lemah, sambil mengatur nafasku. Tubuhku berguncang-guncang akibat dari isakan-isakan tangisnya serta nafasnya yang tersengal-sengal, sementara itu kemaluanku kubiarkan tertanam di dalam lobang kemaluannya.

Kubelai-belai rambutnya, kukecup-kecup pipi dan bibirnya. Terasa lembut sekali bibirnya, kumainkan lidahku di dalam mulutnya, sejenak aku bercumbu mesra dengan Adinda. Dia hanya terisak-isak dengan nafas yang terus tersengal-sengal. Akhirnya kusudahi permainanku ini, aku bangkit sambil mencabut kemaluanku. “Ouugghh..”, Adinda merintih panjang saat kutarik kemaluanku keluar dari lobang vaginanya.

Kulihat diselangkangannya telah penuh dengan cairan-cairan kental dan darah penuh membasahi bulu-bulu kemaluannya. Tak kusadari Charles ternyata telah berdiri didekatku, dan rupanya dia telah telanjang bulat menunggu gilirannya, badannya yang kekar dan tinggi itu nampak semakin sangar dengan banyaknya gambar-gambar tattoo yang menghiasi sekujur dada dan lengannya. Dengan rasa toleran sebagai seorang sahabat, akupun menyingkir dari tubuh Adinda yang tergolek lemas dilantai. Aku ambil jarak beberapa meter dari tubuh Adinda kemudian aku kembali merebahkan tubuhku. Dengan tiduran terlentang dilantai aku menggali kembali rasa nikmatku setelah melampiaskan nafsuku ke Adinda tadi.

Sedang asyik-asyiknya aku istirahat, terdengar olehku bunyi sesuatu, “Srett.. Sreett.. Sreett.. Brett..” diikuti oleh isak tangis Adinda yang terdengar kembali.

Setelah kuperhatikan, oh ternyata Charles dengan sebuah pisau cutter ditangannya tengah sibuk merobek-robek baju seragam Adinda. Dengan kasarnya Charles mencabik-cabik baju seragam putih Adinda, termasuk BH putih yang dikenalkannya. Dan akhirnya kini badan Adinda telah telanjang, kedua buah payudaranya yang tidak begitu besar kini terpampang jelas. Termasuk juga rok abu-abu yang melilit di pinggangnya setelah kusingkap tadi dirobek-robeknya, haya sepasang kaos kaki putih setinggi betisnya serta sepatu kets masih dikenakannya.

Cerita Sex – “Ouuhh.. Ammpuunn.. Bang.. Ampun..”, suara Adinda terdengar lirih memohon-mohon ampun ke Charles yang sepertinya tengah kalap kemasukan setan itu.

Setelah itu dengan gombal yang tadi menyumpal mulut Adinda, Charles membersihkan daerah selangkangan Adinda. Dengan sedikit kasar Charles mengusap-usap selangkangan Adinda sampai-sampai tubuh Adinda menggeliat-geliat. Akupun kembali merebahkan tubuhku, mengatur nafasku serta kunyalakan sebatang rokok sebagai penghantar istirahatku.

Sementara itu hujan diluar mulai reda, namun angin dingin terus berhembus masuk ke dalam bangsal tempat pembantaian Adinda ini. Tiba-tiba semenit kemudian di kala aku sedang rebahan dan asyik-asyiknya menikmati rokokku. Terdengar olehku jerit Adinda yang memilukan “Aaakkhh..”.

Akupun terbangun, kulihat dari asal suara itu. Ternyata Charles tengah menyodomi Adinda. Posisi Adinda kembali bersujud dengan kepala yang mendongak keatas, bola matanya terbelalak, wajahnya cantiknya terlihat miris sekali, mulutnya menganga membentuk huruf “O” dan Charles berada dibelakangnya tengah asyik menanamkan batang kemaluannya yang besar itu ke dalam lobang anus Adinda.

“Aakkhh..” Charlespun mendesah lepas tatkala dia berhasil menanamkan batang kemaluannya dilobang anus Adinda.

Setelah itu lubang anus Adinda dihujani sodokan-sodokan batang kemaluan Charles, Charles melakukannya dengan gerakan yang cepat dan kasar sampai-sampai tubuh Adinda terdorong-dorong dan tersodok-sodok dengan keras. Tidak ada suara rintihan lagi yang keluar dari mulut Adinda mungkin karena suara tertahan ditenggorokannya karena menahan rasa sakit yang dideritanya, akan tetapi badannya masih kaku menegang, raut mukanya kini meringis-ringis, mulutnya masih saja menganga terbuka.

Rasa sakit dan pedih kembali melanda dirinya yang tengah disodomi oleh Charles. Melihat ini aku kebali terangsang, nafsu birahiku kembali memuncak. Aku bangkit dari rebahanku mendekati mereka berdua. Kemaluanku kembali ereksi melihat keadaan Adinda yang tengah menderita. Kuamati wajahnya dari dekat dan dia masih terlihat cantik, keringatpun mengucur deras membasahi wajah cantiknya.

Aku dengan posisi berlutut berada didepan wajah Adinda, yang masih mendongak kesakitan itu, sementara itu seluruh badannya terus tersodok-sodok karena ulah Charles yang menggenjotnya dari belakang. Kini aku dan Charles berhadap-hadapan sementara Adinda berada ditengah-tengah kami. Charlespun menghentikan sejenak genjotannya untuk memberikan kesempatan padaku memposisikan diri. Kuraih batang kemaluanku yang telah berdiri tegak, dan kujejalkan kemulut Adinda yang masih menganga itu.

Ah, rasa dingin dan basah menyelimuti sekujur batang kemaluanku tatkala masuk di dalam rongga mulut Adinda. Nikmat rasanya, juga kurasakan kelembutan mulut dan bibirnya di sekujur batang kemaluanku. Setelah itu kembali Charles menggenjot tubuh Adinda dari belakang. Kulirik mata Adinda menjadi sayu, nafasnya tersengal-sengal, aku hanya berdiri santai saja, karena tubuh Adinda yang bergerak-gerak maju mundur sebagai akibat sodokan-sodokan Charles yang tengah mulai menyodominya kembali dari belakang. Kubelai-belai rambutnya yang indah, sambil kutatap wajah dan badannya.

“Ahh.. Ahh.. Ah..”, nikmat sekali rasanya mulut gadis ini, sambil memejamkan mata dan menikmati rokok aku terus merasakan kenikmatan di sekujur batang kemaluanku yang tengah dikulum keluar masuk mulut Adinda.

Tidak lama kemudian Charles semakin cepat menggenjot, memompa lobang anus Adinda, badannya semakin banyak mengeluarkan keringat, kulihat dia sepertinya akan berejakulasi. Benar saja, tubuhnya nampak menggelinjang dan dan menegang, dari mulut Charles keluar pekikan kecil yang disusul oleh desahan yang penuh dengan kepuasan. Charlespun berejakulasi dilubang dubur Adinda. Setelah itu badan Charlespun ambruk disamping badan Adinda.

Akan tetapi posisiku masih tetap seperti semula, kemaluanku masih tertanam dimulut Adinda. Kubuang rokokku dan dengan kedua tanganku kuraih kepala Adinda, kini dengan gerakan tanganku kepala Adinda ku maju-mundurkan. Ah.. Nikmat rasanya, kemaluanku seperti dipijit-pijit dengan mulut Adinda, bibir sensualnya melingkari batang kemaluanku, memberi rasa nikmat tersendiri, kurasakan pula lidahnya menggelitik kepala batang kemaluanku, ah nikmatnya penuh sensasi.

Setelah sekian lama menikmati itu, tiba-tiba kembali aku akan berejakulasi, maka kugerakkan kepalanya semakin cepat untuk mengulum batang kemaluanku. Dan, akupun berejakulasi di dalam mulut Adinda, spermaku memancar keluar membasahi mulut hingga tenggorokannya sampai-sampai meleleh keluar dari mulutnya.

Rasa nikmat yang tiada taranya kembali melanda sekujur tubuhku. Kucabut batang kemaluanku dari mulutnya, dan Adinda terbatuh-batuk sepeti akan muntah, samar-samar kulihat mulutnya penuh dengan cairan-cairan lendir kental sampai membuat mulutnya nampak mengkilat karena belepotan cairan sperma.

Wajahnya yang lesu dan lemah sejenak memandangku dengan tatapan mata sayu penuh dengan keputus-asaan serta air mata yang kembali meleleh. Kemudian dia terjatuh lunglai dilantai, hanya suara nafasnya yang terdengar menderu-deru tersengal-sengal dan isakan-isakan tangisnya. Aku kembali merebahkan tubuhku di samping Adinda, akhirnya akupun tertidur.

Tidak lama rupanya aku tertidur, dan kemudian terjaga setelah kembali telingaku menagkap suara erangan-erangan dan rintihan-rintihan. Setelah aku bangun ternyata Charles tengah menyetubuhi Adinda, tubuh telanjang Adinda yang hanya tinggal mengenakan sepasang kaos kaki dan sepatu kets ditiduri oleh Charles. Dengan garangnya Charles menggenjot tubuh Adinda, iramanya cepat dan kasar sekali, tubuh lemah Adinda kembali terguncang-guncang.

Kini nampak roman muka Adinda telah lunglai sepertinya hampir pingsan, beberapa saat yang lalu masih kudengar suara rintihan lemah yang keluar dari mulut Adinda namun kini suara itu hilang sama sekali. Tidak lama kemudian Charlespun berejakulasi, kembali rahim Adinda disiram dan dipenuhi oleh cairan sperma. Adinda nampak tidak sadarkan diri dan pingsan.

Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, 4 jam lamanya kami memperkosa Adinda. Kini tibalah waktu kami untuk angkat kaki, setelah kami berpakaian rapi kemudian kami angkat tubuh Adinda dari ruang aula menuju ke sebuah gudang dibagian paling belakang sekolah ini. Kami rebahkan gadis cantik primadona sekolah ini di sana. Di sisinya kami tebarkan baju seragam sekolah, tasnya serta HP miliknya yang sedari tadi terus berbunyi.

Kini gadis cantik itu, terkulai pingsan di dalam gudang yang kotor, badan telanjangnya dipenuhi dengan cairan-cairan sperma yang mulai mengering, juga darah yang nampak masih menetes dari lubang duburnya sebagai akibat disodomi oleh Charles tadi. Kemaluannyapun terlihat kemerahan dan membengkak. Puas kami memperkosanya.

Tepat pukul 22.15 setelah kami menghilangkan jejak kami, kamipun pergi meninggalkan gedung sekolah ini, berjalan menuju ke pelabuhan dikota metropolitan ini untuk menumpang kapal yang entah kemana membawa kami, menuju ke suatu tempat yang jauh dari kota metropolitan ini.

Tamat
Read More

Tante Horny

Tante Horny

Aku sedang berlibur di kota Bandung, nginap dirumah Om ku adik mama yang paling kecil. Mereka memang 7 bersaudara dan mamaku yang paling tua, aku saat itu berumur 20 tahun dan omku berumur 35 tahun.

Akan tetapi tante Ida yang cantik itu, orangnya sangat judes, dia tidak memandang mata keluargaku, maklum kami hanya biasa-biasa saja, sedangkan tante Ida datang dari keluarga yang sangat kaya di kota Surabaya, dia hanya 2 bersaudara dan Ida adik perempuannya yang berumur 22 tahun, masih kuliah di ITB dan tinggal dirumah om dan tante Ida di Bandung.

Selama aku berada dirumah om ku ini, hampir setiap hari tante Ida mengomel saja, karena dia memang sangat benci kalau aku menginap dirumah mereka. Disamping aku memang termasuk anak yang bandel, biarpun secara postur tubuh, aku sudah kelihatan sangat dewasa, karena tinggi badanku 175 cm dengan tubuh yang berotot, tante Ida curiga saja dan menganggap aku sering menerima duit dari om ku, pada hal sangat jarang om ku memberi aku duit.
Saat ini aku nginap di rumah mereka, sebenarnya hanya terpaksa saja, karena aku sedang berlibur di Bandung dan ibuku memberitahukan kepada om ku yang memaksa aku tinggal dirumahnya. Hari ini entah mengapa aku merasa suntuk banget sendirian, kemarin sore sebelum om ku pulang dari kantor, tante Ida marah-marah dan menunjukan muka cemberut terhadap saya. Saat itu rumah berada dalam keadaan sepi, om sudah pergi kekantor, Mbak Ani adik tante Ida sedang pergi kuliah, Bik Suti lagi pergi ke pasar, dan tante Ida katanya mau pergi ke arisan. Tadi sebelum pergi dengan nada yang setengah membentak, tante Ida menyuruh saya menjaga rumah.

“Dari pada BT sendiri, mending nonton BF aja di kamar,” pikirku.
Obat Kuat
TV mulai kunyalakan, kuambil CD porno yang kemarin kupinjam ditempat persewahan dekat rumah, adegan-adegan panas nampak di layar. Mendengar desahan-desahan artis BF yang cantik dan bahenol tersebut membuat aku terangsang. Dengan lincahnya tanganku melucuti celana beserta CD-ku sendiri.

Burungku yang sedari tadi tegak mengacung kukocok perlahan. Film yang kutonton itu cukup panas, sehingga aku menjadi semakin bergairah. Kutinggalkan pakaian yang masih melekat, akhirnya tubuhku tanpa ada penutup sekalipun. Kocokan tanganku semakin cepat seiring dengan makin panasnya adegan yang kutonton. Kurasakan ada getaran dalam penisku yang ingin meyeruak keluar. Aku mau orgasme, tiba-tiba…

“Anton.. apa yang kamu lakukan!!” teriak sebuah suara yang aku kenal.
“Ooooohh… Tante…?!” aku kaget setengah mati dan sangat bingung sekali saat itu. Tak kusangka tante Ida yang katanya mau pergi arisan bisa kembali secepat itu. Tanpa sadar aku bangkit berdiri dan kudekati tante Ida yang cantik tapi judes itu, yang masih berdiri dalam keadaan kaget dengan mata membelalak melihat keadaanku yang telanjang bulat dengan penisku yang panjang dan besar dalam keadaan tegang itu.

Tiba-tiba entah setan mana yang mendorongku, secara refleks saja aku menyergap dan mendekap tubuh tante Ida yang mungil padat itu. Badannya yang mungil dan tingginya yang hanya sampai sebahu dari ku, ku bekap dengan kuat dan kutarik agak keatas, sehingga tante Ida hanya berdiri dengan ujung jari kakinya saja dengan kepala agak tertengadah keatas, karena kaget. Dengan cepat kucium dan kulumat bibir tipisnya yang seksi.
“Eeeehhhh… ppppffffff…!!! badan tante Ida seketika mengejang dan agak menggeliat menerima perlakuan yang tidak pernah dia sangka akan berani aku lakukan itu dan sesaat kemudian dia mulai memberontak dengan hebat, sehingga ciumanku terlepas….

“Anton.. jangan kurang ajar.. berani benar kau ini.. ingat, Toonnn.. Aku ini istri om mu…!!! Cepat lepas… nanti kulaporkan kau ke om mu…” teriak tante Ida dengan suara garang mencoba mengancamku.

Aku tak lagi peduli, salah tante Ida sendiri sih, orang mau orgasme kok diganggu. Dengan buasnya aku jilat belakang telinga dan tengkuknya, kedua payudaranya yang biarpun tidak terlalu besar, tapi padat itu langsung kuramas-ramas dengan buas, sampai tante Ida menjerit-jerit. Disamping nafsuku yang memang sudah menggila itu, ada juga rasa ingin balas dendam dan mau mengajar adat padanya atas perlakuan dan pandangannya yang sangat menghina padaku.

Dia mencoba berteriak, tapi dengan cepat aku segera menciumnya lagi. Ada kali 10 menit aku melakukan hal itu, sementara tante Ida terus meronta-ronta, dan mengancamku serta mencaci maki, entah apa saja yang dikatakannya, aku sudah tidak memperdulikannya lagi. Aku terus menyerangnya dengan buas dan mengelus-elus dan meramas-ramas seluruh tubuhnya sambil terus mencium mulutnya dengan rakus. Dia tidak dapat melepaskan diri dari dekapanku, karena memang tubuhku yang tinggi 175 cm dengan badan yang atletis dan berotot, tidak sebanding dengan tubuh tante Ida yang 155 cm dan mungil itu.

Akibat seranganku yang bertubi-tubi itu, lama kelamaan kurasakan tidak ada lagi perlawanan dari tante Ida, entah karena dia sudah lelah atau mungkin dia mulai terangsang juga. Merasa sudah tidak ada perlawanan lagi dari tante Ida, penisku yang panjang dan besar yang sudah sangat tegang itu kugosok-gosok pada perutnya dan kemudian kuraih tangannya yang mungil dan kuelus-elus ke penisku, tangan mungilnya kugosok-gosok, mengocok penisku yang mulai mengeras. Tubuhnya terasa mengejang, akan tetapi kedua matanya masih terpejam, dan tidak ada perlawanan darinya.

Kemudian ketika dengan perlahan kubuka baju tante Ida, dia dengan lemah masih mencoba menahan tanganku, akan tetapi tanganku yang satu mengunci kedua tangannya dan tanganku yang lain membuka satu demi satu kancing-kancing blusnya, dan perlahan-lahan mempertontonkan keindahan tubuh di balik kain itu. Setelah berhasil membuka blus dan BH-nya, kuturunkan ciumanku menuju ke payudara tante Ida yang padat berisi…

“Tooonnnn… aaammmpuunn… Toonnnnn… iiii.. iiingaaattttt.. Tooonnn..!!!” Kucium dan kulumat putingnya yang berwarna kecoklatan itu. Terkadang kugigit dan kupuntir putingnya, sementara kusingkap roknya dan jari-jariku mulai mengelus-elus kemaluannya yang masih tertutup CD.
“Iiiiiiiiii…..ooohhhhhhh…..aaaagggghh hhhhh……..ssssshhhhhhh……..Toooonnnnn……! !!!!” akibat perlakuanku itu, kayaknya tante Ida mulai terangsang juga, itu terasa dari tubuhnya yang mengejang kaku dan dengusan nafasnya makin terdengar kuat. Aku makin memperhebat seranganku dan tiba-tiba tubuh tante Ida bergetar dengan kuat dan……..

“Aaaahhhhhh..Toooonnnn…jaaa..jaaa angaaannn….Tooonnnn……iiii…ngaaaatttt..Tooo nnn… oooohhhhhhh…………aaaaaggggghhh…aaaaggghhh .aaaaggggggggghhhhh…!!!!!” akhirnya, disertai tubuhnya yang mengejang dan menggeliat-geliat kuat, serta kedua tangannya mendekap punggung ku….Seerrr.. cairan kewanitaan tante Ida membasahi CD nya sekalian jemariku.
Setelah masa orgasmenya berlalu, terasa badan tante Ida melemas terkulai dalam dekapanku dan kedua matanya masih terpejam rapat, entah perasaan apa yang sedang bergelora dalam tubuhnya, puas, malu atau putus asa akibat perlakuanku terhadap nya , sehingga dia mencapai orgasme itu. Tarikan nafasnya masih terengah-engah.

Kami terdiam sejenak, sementara tubuh tante Ida bersandar lemas dalam dekapanku dengan mata. Jemari lentik tante Ida masih menggenggam penisku yang masih tegak mengacung. Akhirnya secara perlahan-lahan kepala tante Ida menengadah keatas dan terlihat pandangan matanya yang sayu menatapku, sehingga menambah kecantikan wajahnya dan secara lembut terdengar suaranya…

“Oooohhhh….Toonnnn, apa yang kau perbuat pada tantemu ini…….?????”
“Eeeehhmmm…maafkan Anton tante….Anton lupa diri….abis tante tadi masuk tiba-tiba selagi Anton akan mencapai klimaks….salah tante sendiri sihhh…….lagi pula…tante amat cantik sihhh…..!!!!!!” sahutku mencari-cari alasan sekenanya.
Sekarang kayaknya tante Ida sudah pasrah dan sambil tanganya masih menggenggam penisku katanya lagi..

“Tooonnnn…..punya kamu gede amat yaaaa…????. Punya Om mu nggak sampai segede ini..!!”
“Aaahhhhh, tante…apa betull…?????!” memang penis ku panjangnya 17 cm dan gede juga dengan kepalanya yang bulat besar, apalagi kalau lagi sangat bernafsu begini. Jemari lentik tante Ida yang tadinya hanya menggenggam saja, kini mulai memainkan penisku dengan manja. Seperti mendapat mainan baru, tangan tante Ida tak mau lepas dari situ.
“Taaannnnn…., kok diiiii…..dii…diamin aja, dikocok dong, Taannn…. biar
enaaakkk….!!!!”

“Ton, Ton.. kamu keburu nafsu aja….aaaaggghhh….!!!”, perlahan-lahan kedua tanganku menekan bahu tante Ida, sehingga tubuh tante Ida berjongkok dan sesaat kemudian kepalanya telah sejajar dengan selangkanganku. Kedua tangannya segera menggenggam penisku dan kemudian tante Ida mulai menjilati kepala penisku dengan lidahnya. Bergetar seluruh tubuhku menerima rangsang dari mulut tante Ida. Dijilatnya seluruh batang kemaluanku, mulai dari pangkal sampai ujung. Tak ada bagian yang terlewat dari sapuan lidahnya.
Dikocoknya penisku didalam mulutnya, tapi tak semuanya bisa masuk. Mungkin hanya 3/4 nya saja yang dapat masuk ke mulut tante Ida. Kurasakan dinding tenggorokan tante Ida menyentuh kepala penisku. Sungguh sensasi sangat luar biasa menjalar ke seluruh tubuhku. Cukup lama juga tante Ida mengulum penisku. Kurasakan batang penisku mulai membesar dan makin mengeras. Dari dalam kurasakan ada sesuatu yang memaksa untuk keluar. Merasa aku akan keluar, tante Ida semakin cepat mengocok batang kemaluanku.

“Taaannnnn..ah..aohh.. taaannn.. Anton mo keluar,…….aaauuugghhhh…..taaannnn..!!!!!!!”
Akhirnya..Croott..croott..croottt.. Hampir sepuluh kali cairan itu menyembur dari ujung penisku. Diminumnya air maniku dengan, dijilatinya semua, sampai tak ada lagi cairan yang tersisa. Meskipun sudah keluar tetapi penisku tetap saja masih tegar, meski tak seberapa keras lagi Melihat itu, tante Ida mencium-cium kepala penisku dan menjilat-jilatnya hingga bersih.

Kemudian kutarik berdiri tubuh tante Ida dan kudorong ke tempat tidur, sehingga tante Ida terlentang diatas tempat tidur. Dengan cepat kulucuti rok sekalian CD nya, sehingga sekarang tante Ida terlentang diatas tempat tidur dengan tubuhnya yang mungil tapi padat itu berada dalam keadaan telanjang bulat. Tante Ida hanya menatap ku dengan pandangan yang sayu dan terlihat pasrah. Aku naik keatas tempat tidur dan kedua kakinya kupentang lebar-lebar dan aku berjongkok diantara kedua pahanya yang terpentang membuka lebar kemaluannya yang telah licin, siap untuk diterobos.

Kupegang batang penisku dan kugosok-gosok sepanjang bibir kemaluannya, sambil kutekan-tekan pelahan. Merasakan gesekan-gesekan lembut vagina tante Ida, penisku mulai mengeras kembali. Ku ambil tangan tante Ida dan ku tempatkan pada batang penisku, segera digengamnya penisku dan diarahkan ke lubang kemaluannya. Dengan sedikit gerakan menekan, kepala penisku perlahan-lahan mulai masuk setengah ke lobang kemaluan tante Ida. Terasa lobang kemaluan tante Ida sangat sempit mencengkeram batang kemaluanku. Dinding kemaluan tante membungkus rapat batang kemaluanku, kutekan lagi dan tubuh tante Ida menggeliat…

“Oooooohhhhhh… Toooonnnn… bee.. beeeesaaarrrr aaaaa.. maaaattttt.. pe.. peeelaaan… pee laaan… Tooooonnnnn… ooooohhhhh..!!!!!” tante Ida merintih perlahan. Secara pelan dan hati-hati aku menekan batang kemaluanku makin dalam… terus… terus…. ooohhhhhh… eeeenna aaak… benaaarrrr… terasa jepitan kuat dinding kemaluan tante Ida yang menjepit rapat batang kemaluanku. Perasaanku terasa melayang-layang dilanda kenikmatan yang tidak terlukisakan ini…..

“Taaaaannnnn……ooohhhhhh…..eeee euuuuunnaaaakkkkkkkk…taannnnn….!!!!”
Dengan kedua paha yang terkangkang lebar-lebar dan kedua tangannya berpegang pada pinggangku, tante Ida memandang ku dengan tatapan sayu, terlihat sangat cantik dan menawan, sehingga aku yang sedang bertumpu diatasnya perasaanku terasa menggila, melihat dan merasakan wanita cantik dan ayu yang berbadan mungil tapi padat ini, terlentang pasrah dibawahku, menerima seluruh perlakuanku.

Kugerakan perlahan-lahan pinggulku menekan kebawah, sehingga penisku terbenam makin dalam kelobang kemaluannya, dalam….. dalam….. terus…… terus….. daannnn….. ….kemudian……ujung kepala penisku terasa mentok, karena beberapa kali tubuh tante Ida mengejang ketika aku mencoba menekan lebih kuat, aku kemudian mulai menarik keluar dan selanjutnya memompa keluar masuk.

Dengan bersemangat aku mulai menaik-turunkan tubuhku. Gerakan naik-turun yang terkadang diselingi dengan gerakan memutar, sungguh merupakan sensasi yang sangat luar biasa. Apalagi posisi kedua paha tante Ida terkangkang lebar-lebar, membuat tikaman-tikamanku terasa jauh didalam dasar lobang kemaluannya. Aku dapat melihat payudara tante Ida bergerak-gerak keatas kebawah setiap kali aku menekan masuk penisk dalam-dalam sehingga kedua selangkangan kami berhimpit rapat-rapat. Kemudian kurasakan otot-otot kemaluan tante Ida dengan kuat menyedot penisku. Semakin lama kurasa semakin kuat saja kemaluan tante Ida menjepit penisku. Kulihat wajah tante Ida nampak makin memerah menahan orgasme keduanya yang akan melandanya sebentar lagi.

“Aaaaaaddduuuuuhhhhh….Toooonnn.. Aaaagggghhhhhh.. Oouggg.. hhaa..hhaa…Toooonn …taaannnn…teeeee…maaa…. Maaauuuu…keee…keeeeluaraarrrr lagi, Toonnnnn…!!!!!!!.” Dan….. Seeeeerrrr…..kurasakan cairan hangat membasahi penisku.

Sementara nafsuku sudah sangat memuncak menuntut penyelesaiannya, aku sudah tidak bisa lagi bertindak halus, tanpa banyak bicara, segera saja kupompa pantatku dengan cepat dan gencar, mendapat serangan yang agak kasar dan tiba-tiba itu tante Ida menjerit-jerit kesakitan. Meskipun lobang kemaluan tante Ida telah basah dan licin banget, tapi tetap saja terasa seret untuk ukuran penisku yang besar.

Tak kuhiraukan lagi suara tante Ida yang menjerit-jerit kesakitan, yang ada dipikiranku saat itu adalah aku ingin segera mengakhiri permaina ini dan merasakan nikmat yang akan datang padaku. Kurasakan otot-otot penisku mulai berdenyut-denyut dengan kerasnya, ada sesuatu yang berusaha untuk keluar dari batang penisku. Kucoba untuk menahannya selama mungkin agar tidak segera keluar, tapi jepitan dinding kemaluan tante Ida akhirnya meruntuhkan pertahananku.

“Aaaaaauuddddduuhhhh… taaannnnnn… teeeee… oooooohhhhh…..!!!!” keluhan panjang penuh kenikmatan keluar dari mulut ku disertai dengan…croott.. croott….croooootttt….semburan..maniku menyemprot dengan kuat, mengisi relung-relung terdalam lobang kemaluan tante Ida, kemudian badanku tertelungkup lemas menidih badan mungi tante Ida, sementara kuubiarkan penisku tetap didalam kemaluan tante Ida untuk merasakan sisa-sisa orgasmeku. Kurasakan kemaluan tante Ida tetap saja berdenyur-denyut, meski tak sekuat tadi.

“Taannnn, terima kasih ya, udah mau temenin Anton main.!!!!” kataku dengan manja.
“Kamu, tuh, Ton, kalau lagi nafsu jangan main maksa dong, masak tantemu sendiri kamu perkosa juga…..!!!!”
“Iiihhhhh…tante…..tapi tante senang juga….kaannnn …..????”
“Iya.. siiihhh….!!!!!” kata tante Ida malu-malu.

Sejak saat itu sikap tante Ida terhadapku berubah seratus persen, biarpun sikap kami ini tetap terjaga dihadapan om dan adik tante Ida. Aku dan tante Ida sering berhubungan sex bersama kalau rumah lagi sepi. Aku makin merasa sayang saja terhadap tante Ida, apalagi tante Ida melayani nafsu sex saya dengan rela dan sepenuh hati.

Tamat
Read More

Susan

Susan

Perkenalkan nama saya adalah Artha, ini adalah kisah tentang seorang perempuan yang saya kenal. Namanya adalah Susan usianya saat ini 35 tahun, aku kenal dirinya disalah satu media sosial.

Susan ini walaupun sudah berusia kepala 3 dan telah memiliki 2 orang anak namun masih memiliki nafsu yang cukup tinggi, dirinya yang sering kali memintaku menemani dirinya phone seks saat libidonya tinggi bisa menjadi buktinya tidak cuma 1-2 kali dalam seminggu bahkan bisa tiap malamnya bahkan saat suaminya berada disisinya saya dan susan pernah melakukan video seks dimana susan melakukan masturbasi menggunakan terong sebagai pengganti dildo dan masuk kedalam memeknya.

Suami Susan pun bukanlah seorang pria yang impoten namun memang beliau orangnya terbuka terhadap kebiasaan istrinya tersebut, bahkan tidak jarang saat saya sedang melakukan video seks dengan susan suaminya ikutan bermain dengan kami sehingga kami seakan sedang melakukan gangbang kepada susan.

Tapi kali ini yang akan saya ceritakan adalah kebiasaan susan dan saya yang sering berfantasi bersama melalui media video call.

Agustus 2016 tepat setahun lalu ada sebuah pesan yang masuk kedalam aplikasi chat miliku,

"Halo mas apa sedang sibuk" begitu isi pesannya, aku lihat pengirimnya adalah susan. Karena sudah lama aku tidak mendapatkan kabarnya aku segera menjawabnya.

"Halo susan, apakabar?? mas sedang santai aja kok"
"Tumben nih chat dah lama ngak? kirain udah lupa ama mas", jawabku

"Ngak lupa kok mas, susan mana mungkin lupa ke mas"
"Susan kan budak seksnya mas Artha, ngak mungkinlah susan lupa", susan membalas kembali chat ku, aku dan susan memang sering kali melakukan phone seks dan video seks dengan berskenario susan sebagai budak seks dan saya sebagai tuannya.

"Bisa aja kamu sus.. Oh ya ada apa nih kok tanya mas sedang sibuk apa ngak?"
"Ada apa nih? Sus kangen ya ama mas? Pengen di entotin", ujarku menggodanya

"Ah Mas tau aja susan lagi pengen"
"Iya Mas Susan lagi pengen di entot sama mas"
"Lagi pengen dientotin kontol"
"Susan pengen emot kontolnya mas", balasnya menjawab chat godaanku.

Membaca jawabannya itu aku segera mengerti dan paham itu kode bagiku untuk segera melakukan video call dengannya. Segera aku mengambil Headset wireless milikku dan melakukan video call kepadanya.

"Tuut,,, tuut,,, tuut...", tidak selang berapa lama susan mengangkat video call ku.

Aku lihat susan sedang berbaring di ranjangnya, saat itu aku tidak tau kalau ada suaminya yang ternyata berada disampingnya.

"Halo Sus.. kamu makin lama makin cantik saja.. makin mengairahkan", ujarku membuka pembicaraan.

"Ah mas artha bisa aja, Susan udah tua gini kok dibilang makin menggairahkan", balasnya
"Iya benar kok sus.. Lihat susan gitu aja kontol mas sudah langsung berdiri, nih coba lihat", sambil aku acungkan kontol ku yang sedang berdiri kepada susan.

"Uhh kontolnya mas artha susan kangen mas.."
"Susan kangen dengan kontolnya"
"Uhh mas.. Susan mau jilat kontolnya.. ummh", ujar susan sambil lidahnya menjilat sebuah terong dan berfantasi kalau itu adalah kontol.

 "Uhh enak sus..Terus sus jilat kontolnya mas.."
"Ayo masukan kontolnya kedalam mulutnya"

"Slurp..slurrpp.. enak .. Mhmmm.. enak kontolnya mas"

"trus sus.. Nikmatin kontolnya.. kamu suka dengan kontol kan.. nikmatin kontolnya mas.."

"Aah iya mas... sus maniak kontol, sus mau dikontolin banyak kontol.. aahh kontolin sus mas.."
"Sus mas gesekin kontolnya ke memeknya ya.,, mas maenin klitorisnya dengan kontolnya mas", aku coba mengarahkan agar terong yang diemut oleh susi mulai dimainkan diklitorisnya.

"Uhh mas arta enak mas.. kontolnya mas artha keras banget susan suka mas"
"Remesin tetek susan mas.."
"Jilatin teteknya susan mas.."
"Pelacur mau teteknya diremas-remas oleh mas artha"

"Ahhh iya sayang.. teteknya mas remas-remas.. Mas isepin dan gigit teteknya.."

"uhhh.. terus mas.. enak mas.. remas trus teteknya susan.. aaahh.."
"Aah susan mas udah ngak tahan.. Mas mau masukin kontolnya mas ke memeknya"
"Ahh iya mas kontolin susan.. entotin pelacurmu.. entotin budak seksmu mas", racaunya.

Susan sepertinya sudah mulai masuk kedalam sugesti yang kuciptakan dalam permainan video seks kami.

"Susan kamu ambil Butt Plug yang kemarin mas Kirim", perintahku ke susan sebelum aku mulai kembali permainan kami.

Susan yang sudah mulai meninggi segera menjalankan perintahku, ternyata barang yang aku minta telah dia siapkan sebelumnya.

"Ayo sayang mas akan Perkosa kamu, mas akan anal lubang pantatnya dan entotin memeknya"

"uhh iya mas.. perkosa pelacurmu.. Perkosa susan",
"Uhh ayo mas entotin pelacur mu mas.. Masukin kontolnya",

"Iya mas masukan kontol mas ke memeknya susan," sambil bicara seperti itu aku lihat di video susan mulai memasukan terong yang sebelumnya dia pegang kedalam memeknya.

"uhhh mas.. enak mas.. kontolnya enak mas..."
"ahhh trus mas.. goyang trus kontolnya mas...""
"uuhh ... aah,.. uhh,.. enak mas.."
"oh yes... yes.. entotin terus pelacurmu mas"
"terus mas"

Susan mulai tidak terkendali, aku pun mulai teringat dengan butt plug yang sebelumnya aku minta siapkan. Dan kemudian aku mulai siapkan sugesti baru kepada susan yang sudah sangat menikmati permainan baru kami.

"Susan ayo bayangkan saat ini suami mu ada bersama kita dan ikut dalam menikmati tubuh pelacurmu"
"Suami mu mulai ikut mengentoti dirimu"
"Suami mu mulai memasukan kontolnya kedalam lubang analmu", bayang kan hal itu susan.

"Uhh.. iya mas artha"
"Uhh susan saat ini sedang dientotin oleh 2 orang.. Ahhh,... enak mas... lubang pantat susan enak banget dimasukin kontolnya mas Andi (Nama suami Susan)",
"uhh.. kontolnya mas andi enak mas.. masukan semuany ke pantat susan mas..", susan terus menerus menikmati permainan video seks kami dan memasukan butt plugnya.
"aah mas artha, mas andi trus entotin susan.."
"entotin pelacur ini"
"entotin maniak kontol ini"
"aahh,,, uhh,... ummm... enak mas..."
"entotin trus memek dan pantat susan.."
"Ahhh... ahhh..."
"Ahhh.. ahh,..uhh,..."
"Trus mas jadikan susan pelacur kalian"
"Puasin susan , puasin budak seks ini dengan kontol kalian mas",
"aahhhh.... ahh,.... enak mas... susan mau  sampe.."
"terus mas,... entotin terus.."
"Ahhhhh... susan sampe mas.."
"Pelacurmu sampe mas... enak.... kontolnnya enak..", teriak susan ketika menerima orgasmenya terlihat tubuhnya sedikit mengejang keenakan karena nikmat yang sangat dia terima.
"aah.. makasih mas.. makasih udah puasin pelacurmu ini, budak seks mu"
"Iya susan sudah puas kan?" , tanya ku kepadanya. Tapi susan tidak menjawab hanya ada senyuman yang terlihat diwajahnya, senyum kepuasan dan susan pun terlihat tertidur dengan butt plug dan terong masih berada didalam kedua lubang memek dan pantatnya.

Melihat itu akupun memutuskan membiarkannya beristrahat dan memutuskan hubungan video call yang kami lakukan.

Itulah cerita fantasi ku dengan susan, tentunya cerita ini tidak hanya berhenti disini saja namun hingga saat suaminya yang ternyata mengetahui hubungan kami ini namun bukannya marah malah ikut menikmati kebinalan istrinya tersebut hingga pertemuanku dengan susan di dunia nyata saat aku sedang berdinas ke kota tempatnya tinggal.
End

Read More

PERKOSA MAJIKAN YANG SEKSI

Tujuanku datang ke Jakarta sebenarnya untuk merubah nasib Tapi siapa yang menyangka kalau ternyata kehidupan di kota besar, justru lebih keras dan pada di desa Aku sempat terlunta-lunta, tanpa ada seorangpun yang mau peduli Selembar ijazah SMP yang kubawa dari desa, ternyata tidak ada artinya sama sekali di kota ini.

Jangankan hanya ijazah SMP, lulusan sarjana saja masih banyak yang menganggur Dari pada jadi gelandangan, aku bekerja apa saja asalkan bisa mendapat uang untuk menyambung hidup Sedangkan untuk kembali ke kampung, rasanya malu sekali karena gagal menaklukan kota metropolitan yang selalu menjadi tumpuan orang2 kampung sepertiku

Seperti hari-hari biasanya, siang itu udara di Jakarta terasa begitu panas sekali Seharian ini aku kembali mencoba untuk mencari pekerjaan. Tapi seperti yang selalu terjadi Tidak ada satupun yang melirik apa lagi memperhatikan lamaran dan ijazahku Keputusasaan mulai menghinggapi diriku Entah sudah berapa kilometer aku berjalan kaki Sementara pakaianku sudah basah oleh keringat

Dan wajahku juga terasa tebal oleh debu Aku berteduh di bawah pobon, sambil menghilangkan pegal-pegal di kaki Setiap hari aku berjalan Tidurpun di mana saja Sementara bekal yang kubawa dari kampung semakin menipis.

Tiga atau empat hari lagi, aku pasti sudah tidak sanggup lagi bertahan Karena bekal yang kubawa juga tinggal untuk makan beberapa hari lagi Itupun hanya sekali saja dalam sehari Di bawah kerindangan pepohonan, aku memperhatikan mobil-mobil yang berlalu lalang

Juga orang2 yang yang selalu sibuk dengan urusannya masing-masing Tidak ada seorangpun yang peduli antara satu dengan lainnya Tiba-tiba pandangan mataku tertuju kepada seorang wanita yang tampak kesal karena mobilnya mogok

Dia ingin meminta bantuan, Tapi orang-orang yang berlalu lalang dan melewatinya tidak ada yang peduli Entah kenapa aku jadi merasa kasihan Padahal aku sendiri perlu dikasihani Aku bangkit berdiri dan melangkah menghampiri

“Mobilnya mogok, Nyonya ?”, tegurku dengan sikap ramah

“Eh, iya Nggak tahu ya kenapa, tiba-tiba saja mogok”, sahutnya sambil memandangiku penuh Curiga

“Boleh saya lihat ” ujarku meminta ijin nomor prediksi togel

“silakan kalau bisa ” Waktu di kampung aku sering bantu-bantu paman yang buka bengkel motor Terkadang ada juga mobil yang minta diperbaiki Tapi namanya di kampung, jarang orang yang punya motor Apa lagi mobil Makanya usaha paman tidak pernah bisa maju Hanya cukup untuk makan sehari-hari saja

Seperti seorang ahli mesin saja, aku coba melihat-lihat dan memeriksa segala kemungkinan yang membuat mesin mobil ini tidak mau hidup Dan entah mendapat pertolongan dari mana, aku menemukan juga penyakitnya Setelah aku perbaiki, mobil itu akhirnya bisa hidup kembali

Tentu saja wanita pemilik mobil ini jadi senang Padahal semula dia sudah putus asa Dia membuka tasnya dan mengeluarkan uang lembaran dua puluh ribu Langsung disodorkan padaku Tapi aku tersenyum dan menggelengkan kepala

“Kenapa? Kurang ?”, tanyanya
“Tidak, Nyonya Terima kasih”, ucapku menolak halus
“Kalau kurang, nanti saya tambah”, katanya lagi

“Terima kasih Nyonya Saya cuma menolong saja Saya tidak mengharapkan imbalan”, kataku tetap menolak

Padahal uang itu nilainya besar sekali bagiku Tapi aku malah menolaknya Wanita yang kuperkirakan berusia sekitar tiga puluh delapan tahun itu memandangiku dengan kening berkerut Seakan dia tidak percaya kalau di kota yang super sibuk dengan orang-orangnya yang selalu mementingkan diri sendiri, tanpa peduli dengan lingkungan sekitarnya, ternyata masih ada juga orang yang dengan tanpa pamrih mau menolong dan membantu sesamanya

“Maaf, kelihatannya kamu dari kampung ?” ujarnya bernada bertanya ingin memastikan
“Iya, Nyonya Baru seminggu saya datang dari kampung”, sahutku polos
“Terus, tujuannya mau kemana?” tanyanya lagi
“Cari kerja”, sahutku tetap polos

“Punya ijazah apa?” “Cuma SMP ” “Wah, sulit kalau cuma SMP Sarjana saja banyak yang jadi pengangguran kok Tapi kalau kamu benar-benar mau kerja, kamu bisa kerja dirumahku”, katanya langsung menawarkan

“Kerja apa, Nyonya ?” tanyaku langsung semangat

“Apa saja Kebetulan aku perlu pembantu laki-laki Tapi aku perlu yang bisa setir mobil Kamu bisa setir mobil apa Kalau memang bisa, kebetulan sekali”, sahutnya

Sesaat aku jadi tertegun Sungguh aku tidak menyangka sama sekali Ternyata ijasah yang kubawa dan kampung hanya bisa dipakai untuk jadi pembantu Tapi aku memang membutuhkan pekerjaan saat ini Daripada jadi gelandangan, tanpa berpikir panjang lagi, aku langsung menerima pekerjaan yang ditawarkan wanita itu saat itu juga, detik itu juga aku ikut bersama wanita ini ke rumahnya Ternyata rumahnya besar dan megah sekali Bagian dalamnyapun terisi segala macam perabotan yang serba mewah dan lux

Aku sampai terkagum-kagum, seakan memasuki sebuah istana Aku merasa seolah-olah sedang bermimpi Aku diberi sebuah kamar, lengkap dengan tempat tidur, lemari pakaian dan meja serta satu kursi Letaknya bersebelahan dengan dapur

Ada empat kamar yang berjajar Dan semuanya sudah terisi oleh pembantu yang bekerja di rumah ini Bahkan tiga orang pembantu wanita, menempati satu kamar Aku hitung, semua yang bekerja di rumah ini ada tujuh orang Kalau ditambah denganku, berarti ada delapan orang

Tapi memang pantas mengurus rumah sebesar ini, tidak mungkin bisa dikerjakan oleh satu orang Apalagi setelah beberapa hari aku bekerja di rumah ini aku sudah bisa mengetahui kalau majikanku, Nyonya Wulandari selalu sibuk dan jarang berada di rumah Juga suaminya yang lebih sering berada di luar kota atau ke luar negeri

Sedangkan kedua anaknya sekarang ini sekolah di luar negeri Aku jadi heran sendiri Entah bagaimana cara mereka mencari uang, hingga bisa kaya raya seperti ini Tapi memang nasib, rejeki, maut dan jodoh berada di tangan Tuhan Begitu juga yang terjadi denganku

Dari jadi pembantu yang tugasnya membersihkan rumah dan merawat tanaman, aku diangkat jadi sopir pribadi Nyonya majikan Bukan hanya jadi sopir, tapi juga sekaligus jadi pengawalnya Kemana saja Nyonya Majikan pergi, aku selalu berada di sampingnya Karena aku harus selalu mendampinginya, tentu saja Nyonya membelikan aku beberapa potong pakaian yang pantas

Terus terang, pada dasarnya memang aku tampan dan memiliki tubuhnya yang tegap, atletis dan berotot Makanya Nyonya jadi kesengsem begitu melihat penampilanku, setelah tiga bulan lamanya bekerja jadi sopir dan pengawal pribadinya Aku bisa berkata begitu karena bukan cuma jadi sopir dan pengawal saja

Tapi juga jadi pendampingnya di ranjang dan menjadi penghangat tubuhnya Mengisi kegersangan dan kesunyian hatinya yang selalu ditinggal suami Dan aku juga menempati kamar lain yang jauh lebih besar dan lebih bagus Tidak lagi menempati kamar yang khusus untuk pembantu

Semua bisa terjadi ketika malam itu aku baru saja mengantar Nyonya pergi berbelanja Setelah memasukkan mobil ke dalam garasi, aku langsung dipanggil untuk menemuinya Semula aku ragu dan hampir tidak percaya, karena langsung disuruh masuk ke dalam kamarnya Tapi memang Nyonya memintaku untuk masuk ke dalam kamarnya

Dia menyuruhku untuk menutup pintu, setelah aku berada di dalam kamar yang besar dan mewah itu Aku tertegun, apa lagi saat melihat Nyonya Majikanku itu hanya mengenakan pakaian tidur yang sangat tipis sekali, sehingga setiap lekuk bentuk tubuhnya membayang begitu jelas sekali

Dan di balik pakaiannya yang tipis itu, dia tidak mengenakan apa-apa lagi Beberapa kali aku menelan ludah sendiri memandang keindahan tubuhnya Sekujur tubukku mendadak saja jadi menggeletar seperti terserang demam, ketika dia menghampiri dan langsung melingkarkan kedua tangannya ke leherku

“Nyonya”

“Malam ini kau tidur di sini bersamaku ”

“Eh, oh ?!” Belum lagi aku bisa mengeluarkan kata-kata lebih banyak, Nyonya Wulandari sudah menyumpal mulutku dengan pagutan bibirnya yang indah dan hangat menggairahkan

Tentu saja aku jadi gelagapan, kaget setengah mati Dadaku berdebar menggemuruh tidak menentu Bcrbagai macam perasaan herkecamuk di dalam dada Ragu-ragu aku memegang pinggangnya Nyonya Wulandari membawaku ke pembaringannya yang besar dan empuk Dia melepaskan baju yang kukenakan, sebelum menanggalkan penutup tubuhnya sendiri Dan membiarkannya tergeletak di lantai Mataku seketika jadi nanar dan berkunang-kunang

Meskipun usia Nyonya Wulandari sudah hampir berkepala empat, tapi memang dia merawat kecantikan dan tubuhnya dengan baik Sehigga tubuhnya tetap ramping, padat dan berisi Tidak kalah dengan tubuh gadis-gadis remaja belasan tahun Bagaimanapun aku lelaki normal Aku tahu apa yang diinginkan Nyonya Wulandari Apa lagi aku tahu kalau sudah dua minggu ini suaminya berada di luar negeri Sudah barang tentu Nyonya Wulandari merasa kesepian

“Oh, ah ”

Nyonya Wulandari mendesis dan menggeliat saat ujung lidahku yang basah kian hangat mulai bermain dan menggelitik bagian ujung atas dadanya yang membusung dan agak kemerahan Jari-jari tangankupun tidak bisa diam Membelai dan meremas dadanya yang padat dan kenyal dengan penuh gairah yang membara

Bahkan jari-jari tanganku mulai menelusuri setiap bagian tubuhnya yang membangkitkan gairah Aku melihat Nyonya Wulandari dan sudah tidak kuasa lagi menekan gairahnya Sesekali dia merintih dengan suara tertahan sambil mendesak-desakkan tubuhnya Mengajakku untuk segera mendaki hingga ke puncak kenikmatan yang tertinggi

Tapi aku belum ingin membawanya terbang ke surga dunia yang bergelimang kehangatan dan kenikmatan itu Aku ingin merasakan dan menikmati dulu keindahan tubuhnya dan kehalusan kulitnya yang putih bagai kapas ini

“Aduh, oh Ahh , Cepetan dong, aku sudah nggak tahan nih ”, desah nafsu seks Nyonya Wulandari dengan suara rintihannya yang tertahan

Nyonya Wulandari menjepit pinggangku dengan sepasang pahanya yang putih dan mulus Tapi aku sudah tidak bisa lagi merasakan kehalusan kulit pahanya itu Karena sudah basah oleh keringat Nyonya majikanku itu benar-benar sudah tidak mampu lebih lama lagi bertahan

Dia memaksaku untuk cepat-cepat membawanya mendaki hingga ke puncak kenikmatan Aku mengangkat tubuhku dengan bertumpu pada kedua tangan Perlahan namun pasti aku mulai menekan pinggulku ke bawah Saat itu kedua mata Nyonya Wulandari terpejam

Dan dan bibirnya yang selalu memerah dengan bentuk yang indah dan menawan, mengeluarkan suara desisan panjang, saat merasakan bagian kebanggaan tubuhku kini sudah sangat keras dan berdenyut hangat mulai menyentuh dan menekan, mendobrak benteng pertahanannya yang terakhir Akhirnya batang penisku menembus masuk sampai ke tempat yang paling dalam divaginanya

“Okh, aah !” Nyonya Wulandari melipat kedua kakinya di belakang pinggangku

Dan terus menekan pinggulku dengan kakinya hingga batang kebanggaanku melesak masuk dan terbenam ke dalam telaga hangat yang menjanjikan berjuta-juta kenikmnatan itu Perlahan namun pasti aku mulai membuat gerakan-gerakan yang mengakibatkan Nyonya Wulandari mulai tersentak dalam pendakiannya menuju puncak kenikmatan yang tertinggi Memang pada mulanya gerakan-gerakan tubuhku cukup lembut dan teratur Namun tidak sampai pada hitungan menit, gerakan-gerakan tubuhku mulai liar dan tidak terkendali lagi.

Beberapa kali Nyonya Wulandari memekik dan mengejang tubuhnya Dia menggigiti dada serta bahuku Bahkan jari-jari kukunya yang tajam dan runcing mulai mengkoyak kulit punggungku Terasa perih, tapi juga sangat nikmat sekali

Bahkan Nyonya Wulandari menjilati tetesan darah yang ke luar dari luka di bahu dan dadaku, akibat gigitan giginya yang cukup kuat Dan dia jadi semakin liar, hingga pada akhirnya wanita itu memekik cukup keras dan tertahan dengan sekujur tubuh mengejang saat mencapai pada titik puncak kenikrnatan yang tertinggi Dan pada saat yang hampir bersamaan, sekujur tubuhku juga menegang Dan bibirku keluar suara rintihan kecil

Hanya beberapa detik kemudian aku sudah menggelimpang ke samping, sambil menghembuskan napas panjang Nyonya Wulandari langsung memeluk dan merebahkan kepalanya di dadaku yang basah berkeringat Aku memeluk punggungnya yang terbuka, dan merasakan kehalusan kulit punggungnya yang basah berkeringat

Nyonya Wulandari menarik selimut, menutupi tubuh kami berdua Aku sempat memberinya sebuali kecupan kecil dibibirnya, sebelum memejamkan mata Membayangkan semua yang baru saja terjadi hingga terbawa ke dalam mimpi yang indah Sejak malam itu aku kerap kali dipanggil ke dalam kamarnya untuk melayani nafsu seks nya

Dan kalau sudah begitu, menjelang pagi aku baru keluar dari sana dengan tubuh letih Semula aku memang merasa beruntung bisa menikmati keindahan dan kehangatan tubuh Nyonya Majikanku Tapi lama-kelamaan, aku mulai dihinggapi perasaan takut

Betapa tidak, ternyata Nyonya Wulandari tidak pernah puas akan nafsu seks nya kalau hanya satu atau dua kali bertempur dalam semalam Aku baru menyadari kalau ternyata Nyonya Majikanku itu seorang maniak, yang tidak pernah puas dalam bercinta di atas ranjang Bukan hanya malam saja Pagi, siang sore dan kapan saja kalau dia menginginkan, aku tidak boleh menolak

Tidak hanya di rumah, tapi juga di hotel atau tempat-tempat lain yang memungkinkan untuk bercinta, memuaskan nafsu seks nya dan mencapai kenikmatan di atas ranjang Aku sudah mulai kewalahan menghadapinya Tapi Nyonya Wulandari selalu memberiku obat perangsang, kalau aku sudah mulai tidak mampu lagi melayani keinginan nafsu seks nya yang selalu berkobar-kobar itu

Aku tetap jadi supir dan pengawal pribadinya Tapi juga jadi kekasihnya di atas ranjang Mungkin karena aku sudah mulai loyo, Nyonya Wulandari membawaku ke sebuah club kesegaran Orang-orang bilang fitness centre Di sana aku dilatih dengan berbagai macam alat agar tubuhku tetap segar, kekar dan berotot

Dua kali dalam seminggu, aku selalu datang ke club itu Memang tidak kecil biayanya Tapi aku tidak pernah memikirkan biayanya Karena ditanggung oleh Nyonya Wulandari Dan di rumah, menu makanankupun tidak sama dengan pembantu yang lainnya

Nyonya Wulandari sudah memberikan perintah pada juru masaknya agar memberikan menu makanan untukku yang bergizi Bahkan dia memberikan daftar makanan khusus untukku Terus terang, aku merasa tidak enak karena diperlakukan istimewa

Tapi tampaknya semua pembantu di rumah ini sudah tidak asing lagi Bahkan dari Bi Minah, yang tugasnya memasak itu aku baru tahu kalau bukan hanya aku yang sudah menjadi korban kebuasan nafsu seks Nyonya Wulandari Tapi sudah beberapa orang pemuda seusiaku yang jadi korban

Dan mereka rata-rata melarikan diri, karena tidak tahan dengan perlakuan Nyonya Wulandari Aku memang sudah tidak bisa lagi menikmati indahnya permainan di atas ranjang itu Apa lagi Nyonya Wulandari sudah mulai menggunakan cara-cara yang mengerikan, Untuk memuaskan keinginan dan hasrat biologisnya yang luar biasa dan bisa dikatakan liar

Aku pernah diikat, dicambuk dan di dera hingga kulit tubuhku terkoyak Tapi Nyonya Wulandari malah mendapat kepuasan Wanita ini benar-benar seorang maniak Dan aku semakin tidak tahan dengan perlakuannya yang semakin liar dan brutal .

Meskipun kondisi tubuhku dijaga, dan menu makanankupun terjamin gizinya, tapi batinku semakin tersiksa Beberapa orang pembantu sudah menyarankan agar aku pergi saja dan rumah ini Rumah yang besar dan megah penuh kemewahan ini ternyata hanya sebuah neraka bagiku

Aku memang ingin lari, tapi belum punya kesempatan Tapi rupanya Tuhan mengabulkan keinginanku itu Kebetulan sekali malam itu suami Nyonya Wulandari datang Aku sendiri yang menjemputnya di bandara Dan tentu tidak sendiri saja, tapi bersama Nyonya Wulandari Di dalam perjalanan aku tahu kalau suami Nyonya Majikanku itu hanya semalam saja Besok pagi dia sudah harus kembali ke Tokyo

Dari kaca spion aku melihat tidak ada gurat kekecewaan di wajah Nyonya Wulandari Padahal sudah hampir sebulan suaminya pergi Dan kini pulang juga hanya semalam saja Nyonya Wulandari malah tersenyum dan mencium pipi suaminya yang kendur dan berkeriput Setelah memasukkan mobil ke dalam garasi, aku bergegas ke kamar

Kesempatan bagiku untuk kabur dan rumah neraka ini Karena Nyonya Wulandari sedang sibuk dengan suaminya Aku langsung mengemasi pakaian dan apa saja milikku yang bisa termuat ke dalam tas ransel Saat melihat buku tabungan, aku tersenyum sendiri

Sejak bekerja di rumahi ini dan menjadi sapi perahan untuk pemuas nafsu seks Nyonya Majikan, tabunganku di bank sudah banyak juga Karena Nyonya Wulandan memang tidak segan-segan memberiku uang dalam jumlah yang tidak sedikit

Dan tidak sepeserpun uang yang diberikannya itu aku gunakan Semuanya aku simpan di bank Aku masukan buku tabungan itu ke dalam tas ransel, diantara tumpukan pakaian Tidak ada yang tahu kalau aku punya cukup banyak simpanan di bank Bahkan Nyonya Wulandari sendiri tidak tahu

Karena rencananya memang mau kabur, aku tidak perlu lagi berpamitan Bahkan aku ke luar lewat jendela Malam itu aku berhasil melarikan diri dari rumah Nyonya Wulandari Terbebas dari siksaan batin, akibat terus menerus dipaksa dan didera untuk memuaskan nafsu seks birahinya yang liar dan brutal

Tapi ketika aku lewat di depan garasi, ayunan langkah kakiku terhenti Kulihat Bi Minah ada di sana, seperti sengaja menunggu Dadaku jadi berdebar kencang dan menggemuruh Aku melangkah menghampiri Dan Wanita bertubuh gemuk itu mengembangkan senyumnya

“Jangan datang lagi ke sini Cepat pergi, nanti Nyonya keburu tahu ”, kata Bi Minah sambil menepuk pundakku

“Terima kasih, Bi”, ucapku Bi Minah kembali tersenyum

Tanpa membuang-buang waktu lagi, aku bergegas meniggalkan rumah itu Aku langsung mencegat taksi yang kebetulan lewat, dan meminta untuk membawaku ke sebuah hotel Untuk pertama kali, malam itu aku bisa tidur nyenyak di dalam kamar sebuah hotel Dan keesokan harinya, setelah mengambil semua uangku yang ada di bank, aku langsung ke stasiun kereta

Aku memang sudah bertekad untuk kembali ke desa, dan tidak ingin datang lagi ke Jakarta Dari hasil tabunganku selama bekerja dan menjadi pemuas nafsu seks Nyonya Wulandari, aku bisa membuka usaha di desa Bakkan kini aku sudah punya istri yang cantik dan seorang anak yang lucu

Aku selalu berharap, apa yang terjadi pada diriku jangan sampai terjadi pada orang lain. Kemewahan memang tidak selamanya bisa dinikmati dengan nafsu seks. Justru kemewahan bisa menghancurkan diri jika tidak mampu mengendalikannya.

Tamat
Read More

Perkasanya Sopir Pribadiku

oooohhhhh…..oooohhhhh….” pak Santo mendesah ketika aku mengulum penisnya nya.

Pak Santo menarik bahuku, dan mendorong tubuhku ke ranjang, aku tengkurap di ranjang , dgn posisi setengah badan di ranjang dan kaki ku menjuntai ke lantai.

Pak Santo menarik ke duah kakiku agar melebar pak Santo kemudian sedikit menurun kan badan nya, memukul mukul kan batang itu ke bongkohan pantat ku.

” oooohhhhh…pak ….ayo pak …aku sdh tdk tahan jangan permain kan aku pak” kata ku melas.
pak Santo membalik kan badanku , kemudian pak Santo mennusuk kan gada yg merah itu ke lubang meqiku.
” oooooggghhhhhh….pak sakit pak…sakit…” teriak ku saat penis bear tu mencoba menyeruak masuk, aku mendorong kaki pak Santo dgn kaki ku agar menjauh.

Pak Santo adalah sopir bribadiku yg sdh lama kerja di rumahku. Sore itu pak Santo mengantarku ke kantor notaris, karena ada urusan yg harus aku selesai kan. Aku duduk di jok belakang, tiba-tiba saja aku mengamati pak Santo yg selama ini menjadi sopir keluargaku.”hhmmmm…ternyata dia boleh juga, badan dia kekar dan berotot, palagi itu nya yah…pasti nyummi” pikiran pikiran kotor mulai mempermainkanotakku.

“pak Santo…dah berapa lama sih menikah kok belum punya anak” pancingku
” 18 tahun Bu” jawab nya singkat
” kok lom punya anak…pasti Pak Santo kurang genjotan nya” kataku mulai menjuru
” siapa bilang bu…orang saya paling jago di ranjang…istri saya saja kadang minta ampun nangis nangis” jawab nya

Aku dan pak Santo memang dari dulu suka bicara blak blakan tp baru kali ini menjurus ke sola ranjang.

” aahh… ngga percaya aku pak” jawabku
“apa ibu mau saya kelonin…biar percaya” jawab nya sambil masih menyetir mobil.

pikiranku semkain tdk menentun membayangkan tangan tangan Pak Santo menyusuri tiap inchi kulit tubuhku.

”nggak ah pak laki laki mah besar di mulut doank…kek tamu tak di undang…belum juga di suruh masuk udah keluar duluan’ jawab ku sedikit menantang.

”Bu…andai saja Ibu bukan majikan saya, dah dari dulu ibu saya perkosa” jawab nya mengaget kan aku.

Sepulang dari kantor notaris pikiranku masih saja memikirkan kata kata pak Santo ingin rasanya menikmatin benjolan di balik seleting celana itu.

“pak, tolong belikan ini ya…pake uang bapak dulu deh nanti aku ganti” kataku sambil menyerahkan secarik kertas yg sebenar nya bukan lah catatan belanja melain kan tulisanku menantang dia.
” PAK…AKU TUNGGU SAMPAI DIMANA KAMU BeRANI SAMA AKU….KALO MeMANG JANTAN BUKTIKAN”
tulisku di kertas itu.CERITA DEWASA TERBARU

Aku menuju meja makan setelah memberikan note kecil pada pak Santo, aku duduk di meja makan, yg arah nya membelakangi ruang tamu. Rumah ku selalu rame maklum keponakan dan orang tuaku juga tinggal dgnku. Tiba tiba saja aku merasakan tangan kekar mencengkeram susuku, meremas nya dgn gemas nya, dan nafas memburu terdengar jelas di telingaku.

” oooohhhhh…kamu mau aku entot dimana…katakan…mmmppphhhh….” katanya sambil terus melumat kupingku dan meremas remas toketku yg montok .
” oooohhhhh…..oooohhhhh pak…terusin pak….nikmat sekali” jawabku sambil mulai meraih bibir nya, aku semakin bernafsu ketika tangan pak Santo turun keselakanganku.

aku semain gila menerima rangsangan itu.

“ooohhhh….mmmmppphhhhhh….terusin pak….ayo pak terusin” ketika tiba tiba aku merasa remasan remasan dia mengendor bersamaan lenyap nya dia dari belakangku. Aku kecewa bukan kepalang, aku masuk kamar dan menutup pintu.

Keesok hari nya aku sengaja nggak ngomong apa apa ke pak Santo , aku masih marah akibat semalem. dlm perjalanan ke kantor ku aku hanya membisu.

” maafin aku bu, habis situasi nya seperti itu” tiba tiba dia membuka pembicaraan.
” sdh lah pak, kalo memang nggak bisa muasin orang nggak usah banyak bicara” jawabku ketus

Tp tiba tiba laju mobil memutar ke arah menjauh dariarah ke kantorku, menuju pinggiran kota.

” mau kemana sih pak, aku bisa telat loh ” protesku.

Mobil terus melaju cepat menuju arah utara mendekati area pantai. sepuluh menit kemudian pak Santo membelok kan mobil menuju sebuah Hotel. dlm hati aku tersenyum sendiri. Setelah pesan kamar Pak Santo membawa mobil masuk kedalam, dan parkir di depan salah satu kamar. Hotel ini memang bagus karena memiliki kamar sweet yg indah dgn harga yg tak seberapa mahal.

Pak Santo membuka pintu mobil, aku pura pura diam tak menghiraukan dia. Lalu pak Santo menarik tanganku masuk ke kamar hotel. sesampai nya di kamar belum sempat aku berbicara, pak Santo telah memelukku erat dan menciumiku dgn penuh nafsu.

” oooohhhhh…pak….uuuhhhhhhh…” desah ku sambil membalas kecupan kecupan nya, lidah pakSanto bermain main di rongga mulutku.

” sekarang kau boleh minta apapun yg kamu mau, oooohhhhh…aku sdh lama ingin mencumbu mu” kata pak Santo di sela sela ciuman nya.

Tangan pak Santo dgn kasar meremas kedua bukit kembarku, remasan yg kasar semakin membuat aku gila, tubuhku meliuk bagai kan penari yg gemulai.

Tangan pak Santo mulai turun menyusuri berut ku …meraba pantat ku yg padat berisi.

” Bu….aaaahhh…aku sdh lama menanti saat saat seperti ini…ssshhh….aaahhhh….aku akan puas kan kamu ” ceracau pak Santo sambil etrus menciumiku.

ciuman itu turun ke bagian dadaku, sementara tangan kanan pak Santo mulai menyelinap di balik rok spanku.

“Ooohhh….pak …ssshhhh…terus pak..puas kan aku hari ini” ceracauku
” hari ini aku milik mu pak…aaahhh….terus pak…terus…” kata kata yg tak terkontrol keluar begitu saja.

Pak Santo membuka satu persatu kemeja kerja ku, dan melepas rokku dan melempar nya begitu saja. aku di dorong nya ke dinding.

masih dgn beringas nya pak Santo menciumi, menciumi toketku, yg masih terbungkus bra, aku mengeliat geliat tak karuan.

” Bu…kamu begitu cantik, tubuh mu begitu indah…aku ingin menikmati tubuh indah mu ini” celoteh pakSanto, sambil tangan nya membuka pengait braku, seketika itu toketku yg montok menjadi sasaran lidah pak Santo.
“terus pak…isep pak…isep terus…gigit…gigit puting nya pak” cercau ku
” OOohhh…indah nya….aaahhh…nikmat nya susu kamu bu”
” ayo pak …cepet pak nikmatin tubuhku ini…isep susuku yg montok ini”
“aahhhkk….oooohhhh….” aku meqiik ketika pak Santo tiba tiba sajamenyentuh bagian yg paling sensitif itu.CERITA SEKS TERBARU

Tangan pak Santo mengelus elus meqiku yg sdh basah.

” pak…terus ..aaahhh…masukin jari nya pak ..ayo pak..” aku memohon padanya

Pak Santo jongko di depanku, menarik pahaku kananku dan menaruh nya di pundak nya, kemudian pak Santo menjilati meqiku dgn rakus nya.

” ooohhh…pak…oh yah…ahhhh…terus pak…terus pak masukin lidah nya yg dlm pak”
” hhmmm….enak nya meqi mu Bu…ahhh…ini itil nya ya bu…aku isepin ya sayang” kata pak Santo.
” iya pak…isep pak..isep pak…terus pak ”
” ooohhhhhh……….aaaaaahhhhhhh….aaaaahhh….ahhhh…pak aku…aku…oohh…paaaak ..aku…” dgn menghentak hentak kan pinggulku tanganku menekan kua kuat kepala pak Santo, tubuhku kejang kakiku gemetar, bagaikan mengeluarkan bongkahan batu yg teramat berat dri dlm rahimku.

aku mencapai orgasm yg pertama, kaki ku masih gemetar, pak Santo tau aku tak bisa berdiri, dia membopongku keranjang. Kemudian dia menelpon room service memesan juice oranges kesukaanku.

Pak Santo kembali menciumiku, melumat bibirku,kembali aku di permainkan nafsuku,kali ini aku lebih agresif, kubalas ciuman pak Santo dan tanganku mengelus pundak pak Santo.

ciumanku merambat ketelinga pak Santo, kusapu habis telinga pak Santo dgn lidah ku, kemudian ciumanku turun ke leher pak Santo. Pak Santo mendesah.

” oooohhhhh…terusin sayang ciumi aku sampai kau puas” ceracau nyatangan pak Santo mempermainkan toketku, meremas dan memilin putingnya yg mulai mengeras.

Tanganku mulai pindah ke ikat pinggang pak Santo, segera saja aku buka ikan pinggang itu dan menurun kan celana panjang pak Santo. terlihat jelas benjolan di balik celana dlm itu. Aku berjongkong di depan pak Santo, perlahan ku turun kan celana dlm itu dan….wow besar nya, gumam ku.aku mengulum batang pak Santo yg keras bak gada besi.

” aaaahhhhhhh….terus isep sayang…yah …yah…ohhh…oooohhhhh” pak Santo mengerang
” oooohhhhh…..terus sayang kulum habis penis ku…aaahhhh ”

aku mengulum terus memain kan lidah ku di ujung nya yg merah mengkilat, dan menusuk nusuk kan lidah ku ke lubang yg imut itu.

” mmmpphhhhhh….pak …aaahhh penis bapak nyumi sekali” desahku, sambil terus mengocok batang pak Santo dgn bibirku, ku isep dan ku mainkan buah pelir yg menggelantung itu.
” oooohhhhh…..oooohhhhh….” pak Santo mendesah desah ketika aku menghisap buah peler nya.

Pak Santo menarik bahuku, dan mendorong tubuhku ke ranjang, aku telungkup di ranjang , dgn posisi setengah badan di ranjang dan kaki ku menjuntai ke lantai.

Pak Santo menarik ke duah kakiku agar melebar pak Santo kemudian sedikit menurun kan badan nya, memukul mukul kan batang itu ke bongkohan pantat ku.

” oooohhhhh…pak ….ayo pak …aku sdh tdk tahan jangan permain kan aku pak” kata ku menghiba.

pak Santo membalik kan badanku , kemudian pak Santo mennusuk kan gada yg merah itu ke lubang meqiku.

” aaahhhkkkk….pak sakit pak…sakit…” teriak ku saat penis bear tu mencoba menyeruak masuk, aku mendorong kaki pak Santo dgn kaki ku agar menjauh.

pak Santo lalu jongkok di depan meqiku, dan menyapu bibir meqi itu dgn lidah nya.

” aaahhh…pak …oooohhhh….terus pak…terusin pak…”
” aku masukin lagi ya sayang” kata pak Santo

aku tdk menjawab aku hanya menanti batang itu masuk ke meqiku yg sdh lapar dan haus akan kenikmatan itu.

” oooohhggggg….pelan pelan pak…ouch…sakit pak…sakit…” rintihku

pak Santo dgn perlahan dan pasti menusukkan penis besar itu ke meqiku.

” ooohhh sayang…sempit sekali…seperti punya perawan…aaahhh ”

Penis itu masuk keseluruhan pak Santo diam sejenak , menunggu agar meqi basahku bisa menerima penis yg besar itu.

” yah pak…iyah…iyah…terus pak ..terus…masukin yg dlm pak terus…ooohhh”
” sayang meqi kamu nikmat sekali….meqi kamu sungguh nikmat…aku akan entot kamu sayang…aku akan memuaskan kamu” oceh pak Santo
” ooohhh pak terusin pak…penis bapak besar dan nikmat….oh ya…yah..yah…” ceracauku diantara sodokan sodokan penis pak Santo.

pak Santo menarik penis nya dan memintaku turun ke lantai yg beralaskan selimut, dia memintaku nungging. pak Santo membungkukkan bandan nya dan menciumi pantat ku, kemudian dia melebarkan bongkohan pantatku. lidah pak Santo menyapu anusku.

” aahhkkk…pak…ooohhh….terus kan pak…iyah…jilati pak..ayo jilati terus anusku pak”
” eemmm…nikmat nya sayang…aku amat suka anus kamu yg indah ini” kata pak Santo

Kemudian pak Santo berdiri dan mulai menusuk nusuk kan penis nya, kenikmatan tiada tara membawa aku meliuk dan bergoyang mengikuti sodokan demi sodokan dari penis pak Santo.

‘ ayo pak…yg keras pak..yg keras…ooohhh …aaahhh”
” pak aku mau keluar pak…aaahhh…ayo pak cepetan pak…yg kenceng pak terus pak sodok meqi aku pak…entot yg kuat pak …ayo pak.” ceracau ku
” iya sayang aku juga mau keluar…aaahhh…”
” pak…oooohhhh….aaahhhh aku kelu…ak..aku…akukeluar paaak” dgn hentakan keras ke belakangdan pak Santo dgn hentakan keras kedepan aku merasakan seakan akan penis itu menembus anusku.
” aaahhhhhh……..sayang….ooooohhhhh….oooohhhhhh” erang pak Santo yg di iringi semburan hanggat di meqiku.

kami berdua ambruk di lantai…menikmati sisa sisa kenikmatan sorga dunia itu.
Read More

Mauku Ajak Bercinta?

Jakarta yang panas membuatku kegerahan di atas angkot. Kantorku tidak lama lagi kelihatan di kelokan depan, kurang lebih 100 meter lagi. Tetapi aku masih betah di atas mobil ini. Angin menerobos dari jendela. Masih ada waktu bebas dua jam. Kerjaan hari ini sudah kugarap semalam.

Daripada suntuk diam di rumah, tadi malam aku menyelesaikan kerjaan yang masih menumpuk. Kerjaan yang menumpuk sama merangsangnya dengan seorang wanita dewasa yang keringatan di lehernya, yang aroma tubuhnya tercium. Aroma asli seorang wanita. Baunya memang agak lain, tetapi mampu membuat seorang bujang menerawang hingga jauh ke alam yang belum pernah ia rasakan.

“Dik.., jangan dibuka lebar. Saya bisa masuk angin.” kata seorang wanita setengah baya di depanku pelan.

Aku tersentak. Masih melongo.

“Itu jendelanya dirapetin dikit..,” katanya lagi.
“Ini..?” kataku.
“Ya itu.”

Ya ampun, aku membayangkan suara itu berbisik di telingaku di atas ranjang yang putih. Keringatnya meleleh seperti yang kulihat sekarang. Napasnya tersengal. Seperti kulihat ketika ia baru naik tadi, setelah mengejar angkot ini sekadar untuk dapat secuil tempat duduk.

“Terima kasih,” ujarnya ringan.

Aku sebetulnya ingin ada sesuatu yang bisa diomongkan lagi, sehingga tidak perlu curi-curi pandang melirik lehernya, dadanya yang terbuka cukup lebar sehingga terlihat garis bukitnya.

“Saya juga tidak suka angin kencang-kencang. Tapi saya gerah.” meloncat begitu saja kata-kata itu.

Aku belum pernah berani bicara begini, di angkot dengan seorang wanita, separuh baya lagi. Kalau kini aku berani pasti karena dadanya terbuka, pasti karena peluhnya yang membasahi leher, pasti karena aku terlalu terbuai lamunan. Ia malah melengos. Sial. Lalu asyik membuka tabloid. Sial. Aku tidak dapat lagi memandanginya.

Kantorku sudah terlewat. Aku masih di atas angkot. Perempuan paruh baya itu pun masih duduk di depanku. Masih menutupi diri dengan tabloid. Tidak lama wanita itu mengetuk langit-langit mobil. Sopir menepikan kendaraan persis di depan sebuah salon. Aku perhatikan ia sejak bangkit hingga turun.

Mobil bergerak pelan, aku masih melihat ke arahnya, untuk memastikan ke mana arah wanita yang berkeringat di lehernya itu. Ia tersenyum. Menantang dengan mata genit sambil mendekati pintu salon. Ia kerja di sana? Atau mau gunting? Creambath? Atau apalah? Matanya dikerlingkan, bersamaan masuknya mobil lain di belakang angkot. Sial. Dadaku tiba-tiba berdegup-degup.

“Bang, Bang kiri Bang..!”

Semua penumpang menoleh ke arahku. Apakah suaraku mengganggu ketenangan mereka?

“Pelan-pelan suaranya kan bisa Dek,” sang supir menggerutu sambil memberikan kembalian.

Aku membalik arah lalu berjalan cepat, penuh semangat. Satu dua, satu dua. Yes.., akhirnya. Namun, tiba-tiba keberanianku hilang. Apa katanya nanti? Apa yang aku harus bilang, lho tadi kedip-kedipin mata, maksudnya apa? Mendadak jari tanganku dingin semua. Wajahku merah padam. Lho, salon kan tempat umum. Semua orang bebas masuk asal punya uang. Bodoh amat. Come on lets go! Langkahku semangat lagi. Pintu salon kubuka.

“Selamat siang Mas,” kata seorang penjaga salon, “Potong, creambath, facial atau massage (pijit)..?”

“Massage, boleh.” ujarku sekenanya.

Aku dibimbing ke sebuah ruangan. Ada sekat-sekat, tidak tertutup sepenuhnya. Tetapi sejak tadi aku tidak melihat wanita yang lehernya berkeringat yang tadi mengerlingkan mata ke arahku. Ke mana ia? Atau jangan-jangan ia tidak masuk ke salon ini, hanya pura-pura masuk. Ah. Shit! Aku tertipu.

Tapi tidak apa-apa toh tipuan ini membimbingku ke ‘alam’ lain. Dulu aku paling anti masuk salon. Kalau potong rambut ya masuk ke tukang pangkas di pasar. Ah.., wanita yang lehernya berkeringat itu begitu besar mengubah keberanianku.

“Buka bajunya, celananya juga,” ujar wanita tadi manja menggoda, “Nih pake celana ini..!”

Aku disodorkan celana pantai tapi lebih pendek lagi. Bahannya tipis, tapi baunya harum. Garis setrikaannya masih terlihat. Aku menurut saja. Membuka celanaku dan bajuku lalu gantung di kapstok. Ada dipan kecil panjangnya dua meter, lebarnya hanya muat tubuhku dan lebih sedikit. Wanita muda itu sudah keluar sejak melempar celana pijit. Aku tiduran sambil baca majalah yang tergeletak di rak samping tempat tidur kecil itu. Sekenanya saja kubuka halaman majalah.

“Tunggu ya..!” ujar wanita tadi dari jauh, lalu pergi ke balik ruangan ke meja depan ketika ia menerima kedatanganku.

“Mbak Wien.., udah ada pasien tuh,” ujarnya dari ruang sebelah. Aku jelas mendengarnya dari sini.

Kembali ruangan sepi. Hanya suara kebetan majalah yang kubuka cepat yang terdengar selebihnya musik lembut yang mengalun dari speaker yang ditanam di langit-langit ruangan. Langkah sepatu hak tinggi terdengar, pletak-pletok-pletok. Makin lama makin jelas. Dadaku mulai berdegup lagi. Wajahku mulai panas. Jari tangan mulai dingin. Aku makin membenamkan wajah di atas tulisan majalah.

“Halo..!” suara itu mengagetkanku. Hah..? Suara itu lagi. Suara yang kukenal, itu kan suara yang meminta aku menutup kaca angkot. Dadaku berguncang. Haruskah kujawab sapaan itu? Oh.., aku hanya dapat menunduk, melihat kakinya yang bergerak ke sana ke mari di ruangan sempit itu. Betisnya mulus ditumbuhi bulu-bulu halus. Aku masih ingat sepatunya tadi di angkot. Hitam. Aku tidak ingat motifnya, hanya ingat warnanya.

“Mau dipijat atau mau baca,” ujarnya ramah mengambil majalah dari hadapanku, “Ayo tengkurep..!”

Tangannya mulai mengoleskan cream ke atas punggungku. Aku tersetrum. Tangannya halus. Dingin. Aku kegelian menikmati tangannya yang menari di atas kulit punggung. Lalu pijitan turun ke bawah. Ia menurunkan sedikit tali kolor sehingga pinggulku tersentuh.

Ia menekan-nekan agak kuat. Aku meringis menahan sensasasi yang waow..! Kini ia pindah ke paha, agak berani ia masuk sedikit ke selangkangan. Aku meringis merasai sentuhan kulit jarinya. Tapi belum begitu lama ia pindah ke betis.

“Balik badannya..!” pintanya.

Aku membalikkan badanku. Lalu ia mengolesi dadaku dengan cream. Pijitan turun ke perut. Aku tidak berani menatap wajahnya. Aku memandang ke arah lain mengindari adu tatap. Ia tidak bercerita apa-apa. Aku pun segan memulai cerita. Dipijat seperti ini lebih nikmat diam meresapi remasan, sentuhan kulitnya.

Bagiku itu sudah jauh lebih nikmat daripada bercerita. Dari perut turun ke paha. Ah.., selangkanganku disentuh lagi, diremas, lalu ia menjamah betisku, dan selesai. Ia berlalu ke ruangan sebelah setelah membereskan cream. Aku hanya ditinggali handuk kecil hangat. Kuusap sisa cream. Dan kubuka celana pantai. Astaga. Ada cairan putih di celana dalamku.

Di kantor, aku masih terbayang-bayang wanita setengah baya yang di lehernya ada keringat. Masih terasa tangannya di punggung, dada, perut, paha. Aku tidak tahan. Esoknya, dari rumah kuitung-itung waktu. Agar kejadian kemarin terulang. Jam berapa aku berangkat.

Jam berapa harus sampai di Ciledug, jam berapa harus naik angkot yang penuh gelora itu. Ah sial. Aku terlambat setengah jam. Padahal, wajah wanita setengah baya yang di lehernya ada keringat sudah terbayang. Ini gara-gara ibuku menyuruh pergi ke rumah Tante Wanti. Bayar arisan. Tidak apalah hari ini tidak ketemu. Toh masih ada hari esok.

Aku bergegas naik angkot yang melintas. Toh, si setengah baya itu pasti sudah lebih dulu tiba di salonnya. Aku duduk di belakang, tempat favorit. Jendela kubuka. Mobil melaju. Angin menerobos kencang hingga seseorang yang membaca tabloid menutupi wajahnya terganggu.

“Mas Tut..” hah..? suara itu lagi, suara wanita setengah baya yang kali ini karena mendung tidak lagi ada keringat di lehernya. Ia tidak melanjutkan kalimatnya.

Aku tersenyum. Ia tidak membalas tapi lebih ramah. Tidak pasang wajah perangnya.

“Kayak kemarinlah..,” ujarnya sambil mengangkat tabloid menutupi wajahnya.

Begitu kebetulankah ini? Keberuntungankah? Atau kesialan, karena ia masih mengangkat tabloid menutupi wajah? Aku kira aku sudah terlambat untuk bisa satu angkot dengannya. Atau jangan-jangan ia juga disuruh ibunya bayar arisan. Aku menyesal mengutuk ibu ketika pergi. Paling tidak ada untungnya juga ibu menyuruh bayar arisan.

“Mbak Wien..,” gumamku dalam hati.

Perlu tidak ya kutegur? Lalu ngomong apa? Lha wong Mbak Wien menutupi wajahnya begitu. Itu artinya ia tidak mau diganggu. Mbak Wien sudah turun. Aku masih termangu. Turun tidak, turun tidak, aku hitung kancing. Dari atas: Turun. Ke bawah: Tidak. Ke bawah lagi: Turun. Ke bawah lagi: Tidak. Ke bawah lagi: Turun. Ke bawah lagi: Tidak. Ke bawah lagi: Hah habis kancingku habis. Mengapa kancing baju cuma tujuh?

Hah, aku ada ide: toh masih ada kancing di bagian lengan, kalau belum cukup kancing Bapak-bapak di sebelahku juga bisa. Begini saja daripada repot-repot. Anggap saja tiap-tiap baju sama dengan jumlah kancing bajuku: Tujuh. Sekarang hitung penumpang angkot dan supir. Penumpang lima lalu supir, jadi enam kali tujuh, 42 hore aku turun. Tapi eh.., seorang penumpang pakai kaos oblong, mati aku. Ah masa bodo. Pokoknya turun.

“Kiri Bang..!”

Aku lalu menuju salon. Alamak.., jauhnya. Aku lupa kelamaan menghitung kancing. Ya tidak apa-apa, hitung-hitung olahraga. Hap. Hap.

“Mau pijit lagi..?” ujar suara wanita muda yang kemarin menuntunku menuju ruang pijat.
“Ya.”

Lalu aku menuju ruang yang kemarin. Sekarang sudah lebih lancar. Aku tahu di mana ruangannya. Tidak perlu diantar. Wanita muda itu mengikuti di belakang. Kemudian menyerahkan celana pantai.

“Mbak Wien, pasien menunggu,” katanya.

Majalah lagi, ah tidak aku harus bicara padanya. Bicara apa? Ah apa saja. Masak tidak ada yang bisa dibicarakan. Suara pletak-pletok mendekat.

“Ayo tengkurap..!” kata wanita setengah baya itu.

Aku tengkurap. Ia memulai pijitan. Kali ini lebih bertenaga dan aku memang benar-benar pegal, sehingga terbuai pijitannya.

“Telentang..!” katanya.

Kuputuskan untuk berani menatap wajahnya. Paling tidak aku dapat melihat leher yang basah keringat karena kepayahan memijat. Ia cukup lama bermain-main di perut. Sesekali tangannya nakal menelusup ke bagian tepi celana dalam. Tapi belum tersentuh kepala juniorku. Sekali. Kedua kali ia memasukkan jari tangannya. Ia menyenggol kepala juniorku. Ia masih dingin tanpa ekspresi. Lalu pindah ke pangkal paha. Ah mengapa begitu cepat.

Jarinya mengelus tiap mili pahaku. Si Junior sudah mengeras. Betul-betul keras. Aku masih penasaran, ia seperti tanpa ekspresi. Tetapi eh.., diam-diam ia mencuri pandang ke arah juniorku. Lama sekali ia memijati pangkal pahaku.

Seakan sengaja memainkan Si Junior. Ketika Si Junior melemah ia seperti tahu bagaimana menghidupkannya, memijat tepat di bagian pangkal paha. Lalu ia memijat lutut. Si Junior melemah. Lalu ia kembali memijat pangkal pahaku. Ah sialan. Aku dipermainkan seperti anak bayi.

Selesai dipijat ia tidak meninggalkan aku. Tapi mengelap dengan handuk hangat sisa-sisa cream pijit yang masih menempel di tubuhku. Aku duduk di tepi dipan. Ia membersihkan punggungku dengan handuk hangat. Ketika menjangkau pantatku ia agak mendekat.

Bau tubuhnya tercium. Bau tubuh wanita setengah baya yang yang meleleh oleh keringat. Aku pertegas bahwa aku mengendus kuat-kuat aroma itu. Ia tersenyum ramah. Eh bisa juga wanita setengah baya ini ramah kepadaku.

Lalu ia membersihkan pahaku sebelah kiri, ke pangkal paha. Junior berdenyut-denyut. Sengaja kuperlihatkan agar ia dapat melihatnya. Di balik kain tipis, celana pantai ini ia sebetulnya bisa melihat arah turun naik Si Junior. Kini pindah ke paha sebelah kanan.

Ia tepat berada di tengah-tengah. Aku tidak menjepit tubuhnya. Tapi kakiku saja yang seperti memagari tubuhnya. Aku membayangkan dapat menjepitnya di sini. Tetapi, bayangan itu terganggu. Terganggu wanita muda yang di ruang sebelah yang kadang-kadang tanpa tujuan jelas bolak-balik ke ruang pijat.

Dari jarak yang begitu dekat ini, aku jelas melihat wajahnya. Tidak terlalu ayu. Hidungnya tidak mancung tetapi juga tidak pesek. Bibirnya sedang tidak terlalu sensual. Nafasnya tercium hidungku. Ah segar. Payudara itu dari jarak yang cukup dekat jelas membayang.

Cukuplah kalau tanganku menyergapnya. Ia terus mengelap pahaku. Dari jarak yang dekat ini hawa panas tubuhnya terasa. Tapi ia dingin sekali. Membuatku tidak berani. Ciut. Si Junior tiba-tiba juga ikut-ikutan ciut. Tetapi, aku harus berani. Toh ia sudah seperti pasrah berada di dekapan kakiku.

Aku harus, harus, harus..! Apakah perlu menhitung kancing. Aku tidak berpakaian kini. Lagi pula percuma, tadi saja di angkot aku kalah lawan kancing. Aku harus memulai. Lihatlah, masak ia begitu berani tadi menyentuh kepala Junior saat memijat perut. Ah, kini ia malah berlutut seperti menunggu satu kata saja dariku. Ia berlutut mengelap paha bagian belakang.

Kaki kusandarkan di tembok yang membuat ia bebas berlama-lama membersihkan bagian belakang pahaku. Mulutnya persis di depan Junior hanya beberapa jari. Inilah kesempatan itu. Kesempatan tidak akan datang dua kali. Ayo. Tunggu apa lagi. Ayo cepat ia hampir selesai membersihkan belakang paha. Ayo..!

Aku masih diam saja. Sampai ia selesai mengelap bagian belakang pahaku dan berdiri. Ah bodoh. Benarkan kesempatan itu lewat. Ia sudah membereskan peralatan pijat. Tapi sebelum berlalu masih sempat melihatku sekilas. Betulkan, ia tidak akan datang begitu saja.

Badannya berbalik lalu melangkah. Pletak, pletok, sepatunya berbunyi memecah sunyi. Makin lama suara sepatu itu seperti mengutukku bukan berbunyi pletak pelok lagi, tapi bodoh, bodoh, bodoh sampai suara itu hilang.

Aku hanya mendengus. Membuang napas. Sudahlah. Masih ada esok. Tetapi tidak lama, suara pletak-pletok terdengar semakin nyaring. Dari iramanya bukan sedang berjalan. Tetapi berlari. Bodoh, bodoh, bodoh. Eh.., kesempatan, kesempatan, kesempatan. Aku masih mematung. Duduk di tepi dipan. Kaki disandarkan di dinding. Ia tersenyum melihatku.

“Maaf Mas, sapu tangan saya ketinggalan,” katanya.

Ia mencari-cari. Di mana? Aku masih mematung. Kulihat di bawahku ada kain, ya seperti saputangan.

“Itu kali Mbak,” kataku datar dan tanpa tekanan.

Ia berjongkok persis di depanku, seperti ketika ia membersihkan paha bagian bawah. Ini kesempatan kedua. Tidak akan hadir kesempatan ketiga. Lihatlah ia tadi begitu teliti membenahi semua perlatannya. Apalagi yang dapat tertinggal? Mungkin sapu tangan ini saja suatu kealpaan. Ya, seseorang toh dapat saja lupa pada sesuatu, juga pada sapu tangan. Karena itulah, tidak akan hadir kesempatan ketiga. Ayo..!

“Mbak.., pahaku masih sakit nih..!” kataku memelas, ya sebagai alasan juga mengapa aku masih bertahan duduk di tepi dipan.

Ia berjongkok mengambil sapu tangan. Lalu memegang pahaku, “Yang mana..?”

Yes..! Aku berhasil. “Ini..,” kutunjuk pangkal pahaku.

“Besok saja Sayang..!” ujarnya.

Ia hanya mengelus tanpa tenaga. Tapi ia masih berjongkok di bawahku.

“Yang ini atau yang itu..?” katanya menggoda, menunjuk Juniorku.

Darahku mendesir. Juniorku tegang seperti mainan anak-anak yang dituip melembung. Keras sekali.

“Jangan cuma ditunjuk dong, dipegang boleh.”

Ia berdiri. Lalu menyentuh Junior dengan sisi luar jari tangannya. Yes. Aku bisa dapatkan ia, wanita setengah baya yang meleleh keringatnya di angkot karena kepanasan. Ia menyentuhnya. Kali ini dengan telapak tangan. Tapi masih terhalang kain celana. Hangatnya, biar begitu, tetap terasa. Aku menggelepar.

“Sst..! Jangan di sini..!” katanya.

Kini ia tidak malu-malu lagi menyelinapkan jemarinya ke dalam celana dalamku. Lalu dikocok-kocok sebentar. Aku memegang teteknya. Bibirku melumat bibirnya.

“Jangan di sini Sayang..!” katanya manja lalu melepaskan sergapanku.
“Masih sepi ini..!” kataku makin berani.

Kemudian aku merangkulnya lagi, menyiuminya lagi. Ia menikmati, tangannya mengocok Junior.

“Besar ya..?” ujarnya.

Aku makin bersemangat, makin membara, makin terbakar. Wanita setengah baya itu merenggangkan bibirnya, ia terengah-engah, ia menikmati dengan mata terpejam.

“Mbak Wien telepon..,” suara wanita muda dari ruang sebelah menyalak, seperti bel dalam pertarungan tinju.

Mbak Wien merapihkan pakaiannya lalu pergi menjawab telepon.

“Ngapaian sih di situ..?” katanya lagi seperti iri pada Wien.

Aku mengambil pakaianku. Baru saja aku memasang ikat pinggang, Wien menghampiriku sambil berkata, “Telepon aku ya..!”

Ia menyerahkan nomor telepon di atas kertas putih yang disobek sekenanya. Pasti terburu-buru. Aku langsung memasukkan ke saku baju tanpa mencermati nomor-nomornya. Nampak ada perubahan besar pada Wien. Ia tidak lagi dingin dan ketus. Kalau saja, tidak keburu wanita yang menjaga telepon datang, ia sudah melumat Si Junior.

Lihat saja ia sudah separuh berlutut mengarah pada Junior. Untung ada tissue yang tercecer, sehingga ada alasan buat Wien. Ia mengambil tissue itu, sambil mendengar kabar gembira dari wanita yang menunggu telepon. Ia hanya menampakkan diri separuh badan.

“Mbak Wien.., aku mau makan dulu. Jagain sebentar ya..!”

Ya itulah kabar gembira, karena Wien lalu mengangguk.

Setelah mengunci salon, Wien kembali ke tempatku. Hari itu memang masih pagi, baru pukul 11.00 siang, belum ada yang datang, baru aku saja. Aku menanti dengan debaran jantung yang membuncah-buncah. Wien datang. Kami seperti tidak ingin membuang waktu, melepas pakaian masing-masing lalu memulai pergumulan.

Wien menjilatiku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Aku menikmati kelincahan lidah wanita setengah baya yang tahu di mana titik-titik yang harus dituju. Aku terpejam menahan air mani yang sudah di ujung. Bergantian Wien kini telentang.

“Pijit saya Mas..!” katanya melenguh.

Kujilati payudaranya, ia melenguh. Lalu vaginanya, basah sekali. Ia membuncah ketika aku melumat klitorisnya. Lalu mengangkang.

“Aku sudah tak tahan, ayo dong..!” ujarnya merajuk.

Saat kusorongkan Junior menuju vaginanya, ia melenguh lagi.

“Ah.. Sudah tiga tahun, benda ini tak kurasakan Sayang. Aku hanya main dengan tangan. Kadang-kadang ketimun. Jangan dimasukkan dulu Sayang, aku belum siap. Ya sekarang..!” pintanya penuh manja.

Tetapi mendadak bunyi telepon di ruang depan berdering. Kring..! Aku mengurungkan niatku. Kring..!

“Mbak Wien, telepon.” kataku.

Ia berjalan menuju ruang telepon di sebelah. Aku mengikutinya. Sambil menjawab telepon di kursi ia menunggingkan pantatnya.

“Ya sekarang Sayang..!” katanya.
“Halo..?” katanya sedikit terengah.
“Oh ya. Ya nggak apa-apa,” katanya menjawab telepon.
“Siapa Mbak..?” kataku sambil menancapkan Junior amblas seluruhnya.

“Si Nina, yang tadi. Dia mau pulang dulu ngeliat orang tuanya sakit katanya sih begitu,” kata Wien.

Setelah beberapa lama menyodoknya, “Terus dong Yang. Auhh aku mau keluar ah.., Yang tolloong..!” dia mendesah keras.

Lalu ia bangkit dan pergi secepatnya.

“Yang.., cepat-cepat berkemas. Sebentar lagi Mbak Mona yang punya salon ini datang, biasanya jam segini dia datang.”

Aku langsung beres-beres dan pulang dengan penuh kepuasan.

Tamat
Read More

Mbak Fanny Yang Kesepian

Aku adalah seorang karyawan disebuah perusahaan swasta di bandung. Bagian tempat aku berkerja hanya terdiri dari 8 orang, tapi walaupun orangnya sedikit, bagianku punya seorang sekretaris bagian yang khusus melayani administrasi bagianku. Sekretasi itu namanya Fanny, tapi aku biasanya manggil mbak fanny, soalnya memang dia lebih tua 1 tahun dari aku.

Mbak Fanny adalah seorang wanita yang sangat menarik, tubuhnya tinggi semampai, hampir setinggi aku, kulitnya putih bersih dengan bentuk body aduhai. Buah dadanya tidak terlalu besar, tapi kalu dilihat dari luar, aku yakin buah dada itu pasti bulat sempurna dan kenyal, karena aku sering melirik kearah payudaranya yang membusung menantang itu . Satu lagi yang aku suka dari mbak Fanny, rambut ikalnya. Entah mengapa aku lebih tertarik dengan wanita yang berambut ikal, apalagi ditambah bibir tipis mbak fanny yang sensual, membuat aku gak bosen-bosen memandang wanita seksi itu.

Mbak fanny sebenarnya sudah menikah dan memiliki anak 1, tapi sayang suami mbak Fanny, mas Budi adalah seorang pelaut di kapal pesiar eropa, jadi mbak Fanny sering ditinggal 6 sampai 8 bulan. Oh iya, aku kenal baik dengan mas budi, suaminya, karena beberapa kali saat mas Budi kembali ke indonesia mbak Fanny dan mas Budi mengajak aku jalan-jalan.

Cerita ini dimulai saat aku mau mengeprint laporan pekerjaan. Karena printer diletakkan di meja mbak fanny, maka aku berjalan menuju meja kerjanya. Tapi sebelum sampai ke mejanya, aku melihat mbak fanny serius sekali membaca sebuah web site di layar komputernya. Aku tertawa kecil dan kembali ke mejaku, aku gak mau mengganggu mbak fanny, karena aku hafal betul web site yang sedang dibaca mbak Fanny adalah website kumpulan cerita-cerita erotis.

Kemudian aku menggoda mbak Fanny dengan mengirim pesan YM ke dia :

"Hayo lagi baca apa ? Nakal Ya..." isi pesanku ke dia

Mbak Fanny langsung membalikkan badannya dan memandang tajam kearahku, aku cuma tersenyum melihat wajah marah bercampur paniknya.

"Gak baca apa-apa. Mau tau aja nih !" jawab dia masih melalui YM
"Gak usah malu mbak, aku juga sering baca kok " jawabku lagi

Dia kembali memandangku dari jauh dengan wajah cemberutnya.
"Mas Budi masih lama pulangnya ya ?" tanyaku lewat YM
"He-eh, aduh jadi malu gara-gara ketahuan" jawab Mbak Fanny
"Mau dibantu gak ?" tanyaku menggoda
"Maksudnya ?" jawab dia
"Ya kan mbak kangen sama mas Budi, siapa tau saya bisa gantiin sementara " jawabku nakal
"Maksudnya ?" tanya dia lagi, aku gak tau dia pura-pura ato bener-bener gak ngerti.
" kan saya laki-laki juga, mungkin bisa bantu mbak kayak yang di website" jawabku tambah nakal

Mbak Fanny menatapku dengan pandangan marah kemudian menjawab "Awas ya, nanti aku aduin ke mas Budi, nanti tau rasa kamu"

Aku cuma tertawa sambil menjawab "He..he..he.. cuma becanda mbak". Aku memang sebenernya cuma mau menggoda dia.

Setelah chat itu, aku gak begitu memperhatikan mbak Fanny karena pekerjaan ku sangat bertumpuk waktu itu. Hingga seminggu kemudian mbak Fanny mengirim pesan YM ke komputerku.

"Yan, lagi sibuk banget ya ?" tanyanya melalui YM
"Iya nih mbak, kan deadline bulan depan" jawabku sekenanya, karena aku memang sedang sibuk mengerjakan tugasku yang bertumpuk.
"mmmmm..." jawabnya gak jelas.

Karena aneh atas jawabannya aku mengirim pesan "Ada apa mbak, apa ada masalah ?"

Agak lama dia mengirim jawaban "Rian, masih inget tawaran kamu waktu itu nggak ?"

Jujur aku lupa sekali apa yang aku tawarkan, karena pikiranku penuh dengan pekerjaanku. "Tawaran yang mana ya mbak, maaf aku lupa" jawabku
"Yang minggu lalu itu loh, katanya mau bantuin aku" jawabnya lagi.

Tapi karena aku bener-bener lupa, dengan polosnya aku jawab "Bantuin apa ya ?"
"Ya udah kalo udah lupa " jawabnya singkat

Aku berfikir keras, aku udah janji apa ya sama dia minggu lalu. Setelah beberapa saat mengingat-ingat, aku terperangah sebentar, karena aku gak duga becandaan aku minggu lalu jadi ditanggepin serius sama dia.

"Wah maaf mbak, yang web site waktu itu ya, beneran nih ?" tanyaku penuh selidik.

Agak lama aku menunggu jawaban sampai dia menjawab "Iya yang itu, mau nggak bantuin aku ?" tanyanya lagi.

Aku tersenyum kecil, mana ada sih cowok yang nolak tawaran kayak gini, apalagi dari mbak fanny yang cantik itu. Aku menjawab "Wah gak usah ditanya mbak, trus gimana ?"

"Sabtu besok dateng ke rumahku ya, agak sore aja. Tapi awas, rahasia ya" jawabnya.
"OK" jawabku yang mengakhiri chat.

Hari sabtu sekitar jam 4 aku sampai ke rumah Mbak Fanny. Rumahnya sepi, aku tidak melihat Ria anak mbak Fanny yang baru berumur 4 tahun.

"Ria kemana mbak ?" tanyaku saat aku sudah duduk disofa ruang tengah rumahnya.
"Aku titipin kerumah neneknya" jawab dia sambil membawa minuman dari dapur. Kemudian dia tersenyum nakal. Aku cuma tertawa kecil melihat tingkahnya.

Hari itu mbak Fanny seksi sekali, dia memakai kaos ketat warna putih dan celana pendek warna krem. Aku gak pernah lihat dia berpakian seperti ini sebelumnya, tapi aku pikir mungkin dia berpakaian begitu karena tau tujuan aku datang kerumahnya sediki berbeda kali ini.

Setelah menaruh minuman di meja, mbak fanny duduk di sofa kecil yang bersebrangan dengan sofa panjang yang aku duduki. Sebenernya aku sedikit kecewa dia pilih duduk disitu, tapi pikiran itu segera sirna karena aku sibuk memperhatikan paha putihnya yang terpampang lebar karena celananya tertarik keatas saat dia duduk. Ditambah dari kaus tipisnya, aku dapat melihat bayangan bra kembang-kembang yang dikenakannya. Penisku terasa mulai menegang karena memandang wanita minim pakaian ini.

Tapi sayang mbak fanny sepertinya canggung. Setiap aku mulai berbicara yang agak menyerempet, dia langsung membelokkan arah pembicaraan ke hal yang lain. Wah gawat nih, pikirku, bisa gagal rencana karena mbak fanny takut duluan.

Hingga satu saat mbak fanny terdiam, sepertinya dia kehabisan kata-kata untuk membicarakan yang lain. Kesempatan itu aku gunakan untuk duduk mendekatinya. Dari sofa yang masih terpisah, aku pegang kedua tangannya sambil aku elus perlahan.

"Mbak.." kataku perlahan. Mbak Fanny cuma memandangku sambil tertunduk, ada sedikit rasa takut terpancar dari wajahnya.

"Mbak..." kataku lagi sambil menariknya untuk duduk disofa panjang bersamaku. Mbak fanny mengikuti tarikan tanganku, masih sambil tertunduk antara takut dan malu.

Mbak fanny duduk di pojok sofa, sedang aku duduk disebelahnya. Perlahan aku cium kedua tangan, mbak fanny masih memandangku sambil menunduk. Aku tahu sebenarnya mbak fanny mau, cuma takut karena ini pertama kali ada laki-laki selain suaminya yang menyentuhnya.

Aku pegang kedua pipinya dan aku angkat agar aku melihat wajahnya. Saat wajah kami saling berhadapan aku melihat wajahnya seperti anak kecil yang sedang ketakutan. Aku cium keningnya untuk menenangkannya. Sepertinya cukup berhasil, wajahnya sedikit menurun ketegangannya. Aku cium keningnya sekali lagi kemudian aku kecup kedua pipinya. Mbak fanny cuma diam sambil menutup mata.

Aku kecup bibirnya sekali, tidak ada reaksi. Aku kecup sekali lagi. Kali ini ada sedikit balasan. Yang ketiga kalinya aku cium bibirnya agak lama. Mbak fanny sudah mulai berani, dia membalas ciumanku yang berangsur liar. Saat aku beranikan memasukkan lidahku kemulutnya, dia menyambut dengan liar, bahkan membalas memasukkan lidahnya bergantian.

Saat ciumanku semakin liar, tak lupa tanganku mulai berkerja. Pertama-tama tanganku memegang pinggangnya yang masih kecang, kemudian dari situ aku elus punggungnya. Setelah itu aku mengelus perutnya, terasa perutnya rata tanpa lemak walaupun dia pernah melahirkan 1 kali. Elusanku aku turunkan ke pinggulnya. Kemudian mengikuti garis celana dalamnya, aku sampai mengelus pantatnya, kemudian aku meremas-remas pantatnya. Mbak fanny cuma melenguh kecil saat aku meremas pantatnya.

Kemudian aku beranikan diri untuk meremas payudaranya, walaupun masih dari luar kaos. Tapi karena kaosnya tipis dan Branya adalah model bra yang tipis tanpa kawat, aku dengan mudah meremas-remas kedua payudara yang sering aku nikmati dari jauh tersebut. Kali ini mbak fanny melenguh agak keras walaupun tidak melepas ciumannku. Aku loloskan tanganku kedalam kaosnya mencoba melepas kait branya dari belakang. Tapi mbak fanny bertindak lebih, dia membuka kaos sekaligus branya.

Melihat dia membuka kaos, aku ikut membuka kaosku. Aku menjaga kondisiku selalu sama dengan dia agar dia percaya. Sambil aku membuka kaos, mbak fanny menata bantal sofa yang ukurannya besar diujung sofa kemudian dia bersandar disitu dengan pasrah. Selesai membuka kaos, aku posisikan tubuhku diantara selangkangannya, dia membuka selangkangannya agak lebar untuk memudahkanku menindihnya.

Aku kembali menciumnya, kali ini sambil meremas-remas payudaranya yang memang masih sangat kenyal itu. Sekali-sekali aku cium pipi dan lehernya. Aku juga kadang-kadang menjilat lehernya hingga membuat dia bergetar beberapa saat.

Ciuman aku turunkan kearah payudara kanannya. Perlahan-lahan aku kecup sekitar payudaranya tapi aku hindarkan pentilnya. Kemudian aku jilat memutar mengecil hingga akhirnya sampai ke pentil. Aku hisap sesaat kemudian aku pindah ke payudara kiri untuk memperlakukan hal yang sama.

Sepertinya mbak fanny tidak sabar, kemudian dia menarik tanganku dan menekan telapakku kearah payudaranya yang bebas. Aku mengerti, kemudian aku remas-remas perlahan payudaranya sambil kadang-kadang memutar-mutar pentilnya.

Serangan aku tingkatkan. Perlahan aku elus-elus paha dalamnya. Mbak fanny kelojotan menerima seranganku. Aku menyusupkan tanganku kedalam celana dalamnya. Langsung terasa olehku lipatan vagina yang diselimuti bulu-bulu halus, sudah sangat basah disana.

Tiba-tiba mbak fanny menarik celananya untuk membuka. Wah buru-buru sekali mbak ini Aku membantu meloloskan celana pendek tersebut. Kemudian aku sendiri membuka celana panjangku. Sekarang kami sudah sama-sama telanjang.

Aku tindih mbak fanny sekali lagi. Rencanaku sih aku ingin mencium bibirnya, kemudian turun ke payudaranya baru kemudian mencium vaginanya. Tapi mbak fanny sudah tidak sabaran. Dia menarik-narik penisku untuk diarahkan ke vaginanya. Hmm.. sepertinya mbak fanny sudah begitu lama menahan birahinya sehingga ingin langsung tusuk saja. Aku turuti kemauannya, aku arahkan penisku ke vaginanya, tapi mbak fanny masih menggenggam penisku seakan tidak sabar agar penisku dimasukkan kevaginanya.

Aku dorong perlahan penisku hingga amblas semua, mbak fanny melenguh agak keras, badannya terasa begitu rileks seakan merasa lega akhirnya yang diidam-idamkannya tercapai juga.

Mbak fanny terdiam sesaat hanya menerima kocokanku yang baru perlahan. Tapi tiba-tiba mbak fanny menjadi sangat liar, tangannya menekan erat pantatku sambil menggoyangkan pinggulnya kekanan-kekiri dengan liar, seakan kocokanku tidak cukup Wah begini deh kalo cewek dianggurin sama suaminya, jadi super liar

Mbak fanny berteriak-teriak keenakan, sambil terus memutar-mutar pinggulnya mengikuti irama kocokan penisku. Tapi tiba-tiba tubuh mbak fanny menegang sambil berteriak kencang. Terasa cairan menyemprot dari dalam vaginanya, dia orgasme hebat.

Kemudian badannya terasa sangat lemas, dia memandangku dengan senyum kecil. Divaginanya terasa sangat basah, aku merasa cairan vaginanya sampai menetes keluar. Aku kocok perlahan karena aku belum apa-apa, tapi sepertinya orgasme mbak fanny begitu hebat sehingga dia tetap tergolek lemas sambil tersenyum kecil seperti diawang-awang. Akhirnya aku hentikan kosokanku dan aku cabut penisku dari vaginanya, karena mbak fanny terlihat semakin lemas dan terlihat menjadi mengantuk.

Akhirnya aku angkat mbak fanny dan aku tidurkan di kamarnya. Aku tidak memakaikan pakaiannya, hanya menyelimutinya, kemudian dia tertidur.

Aku memakai pakaianku kembali dan duduk ditempat tidur menemani mbak danny yang tertidur sambil menonton televisi yang memang ada di dalam kamarnya tersebut.

Sekitar jam 7 malam tiba-tiba mbak fanny memelukku dari belakang, kemudian menggelayut di punggungku.

"eh udah bangun mbak ?" tanyaku

Dia cuma mengangguk sambil tetap memelukku erat. "Maaf ya Yan.." katanya manja.

"Maaf kenapa ?" tanyaku, sambil mengelus tangannya yang melingkar ke dadaku.

"Maaf tadi aku langsung tidur, padahal kamu belum apa-apa" kata mbak fanny "Trus kamu gimana ?" tanyanya sambil meraba penisku dari luar celana. "Enggak apa-apa kok mbak" jawabku sambil memutar badanku. Kemudian aku memeluk tubuhnya erat. Entah kenapa aku jadi sayang sekali dengan wanita itu. Aku kecup keningnya sekali kemudian aku peluk erat lagi.

"Mau diterusin sekarang ?" bisik mbak fanny yang masih dalam pelukanku. "Nanti aja mbak" jawabku. "Kita makan malam aja dulu yuk" ajakku. Kemudian mbak fanny berdiri dan memakai bathrobe. "Ayo, aku dah masak tadi siang khusus buat kamu" ajak mbak fanny kearah meja makan.

Selama makan malam kami bercerita panjang. Dari pembicaraan itu aku tahu kalau mbak fanny memang memiliki nafsu seks yang sangat tinggi tapi sayang mas budi jarang pulang. Dia sebenarnya sering tidak tahan, tapi tidak mau menghianati mas budi, tapi saat bertemu aku, mbak fanny menaruh perhatian ke aku, makanya saat aku menawarkan bantuan waktu itu, mbak fanny langsung menanggapinya dengan serius.

Sehabis makan kami menonton televisi. Kami duduk di lantai yang dialasi permadani. Mbak fanny duduk diantara selangkanganku yang kubuka lebar, dia menyandarkan tubuhnya ke dadaku, sambil aku memeluknya dari belakang.

Selama nonton tv, kami seperti pasangan yang sedang dimabuk kasmaran. Mbak fanny bersikap sangat manja kepadaku sedang akupun memanjakannya dengan senang hati. Sambil memeluknya dari belakang, sesekali aku membelai rambutnya dan mencium tengkuknya yang putih bersih. Mbak fanny cuma melenguh pelan sambil sekali-sekali mencium tanganku yang memeluknya.

perlahan aku mulai mengelus-elus payudaranya, mbak fanny mulai duduk dengan gelisah. Apalagi saat aku meremas payudaranya, tubuhnya menegang dan melemas seirama dengan remasanku. Tangan kananku aku selipkan masuk kedalam celana dalamnya. Perlahan aku elus garis vaginanya, terasa perlahan cairan vaginanya mulai membanjir.

Tangan kiriku masuk kedalam bathrobenya langsung meremas payudaranya yang tidak dibaluti bra lagi. Sementara jari tengah tangan kananku mulai menusuk vaginanya, terasa vaginanya berdenyut-denyut hebat.

Mbak fanny tidak sabar kemudian membalikkan badannya, kemudian dia menciumku dengan ganas, sedangkan tangannya menyerbu celanaku berusaha untuk mengeluarkan penisku, Aku buka ikat pinggang dan resletingku sehingga mbak fanny bisa menarik penisku keluar dan mulai mengelus-elusnya.

"Mbak dikamar aja yuk" ajakku. Mbak fanny cuma mengangguk. Kemudian aku menuntun dia menuju kamar tidurnya. Sampai dikamar tidur aku menelentangkannya ditengah tempat tidur, kemudian aku melepaskan bathrobe dan celana dalamnya sehingga dia telanjang bulat. Kemudian aku melepaskan baju dan celanaku sehingga akupu telanjang bulat.

Perlahan aku merangkak diatas tubuhnya untuk memposisikan tubuhku diantara selangkangannya. Kemudian aku mencium bibirnya perlahan. Ciuman aku turunkan kelehernya, sesekali aku jilat lehernya. Ciuman kemudian aku turunkan kembali ke payudaranya. Disitu aku menyedot pentil dan meremas-remas payudaranya. Sesekali pentilnya aku gigit kecil untuk memberinya sensasi.

Ciuman aku turunkan lagi ke perutnya yang rata tersebut. Disitu aku baru sadar ternyata pinggul mbak fanny sangat bagus. Aku cium pinggulnya kemudian paha dalamnya. Aku sengaja melewatkan vaginanya untuk sasaran akhir. Dari pahanya aku cium betisnya sampai aku cium ujung kakinya.

Selanjutnya gerakan aku balik, aku cium betisnya, kemudian aku cium pahanya, selanjutnya, perlahan aku kecup vaginanya. Aku tatap wajah mbak fanny dari antara selangkangannya, wajahnya terlihat tegang menunggu hal selanjutnya yang aku kerjakan.

Kemudian aku kecup vagina itu sekali lagi. Dengan menggunakan jariku, aku sibak bulu jembutnya sehingga vaginannya terlihat jelas, perlahan aku jilat bibir vagina kiri dan kanannya perlahan. Selanjutnya dengan gerakan pasti jilatan aku arahkan ke klitorisnya. Klitorisnya tidak terlalu besar tapi cukup mudah untuk dijilat kemudian aku hisap perlahan.

Pinggul mbak fanny semakin tidak tenang, dia seakan menghindari jilatannku tapi tangganya menekan kepalaku untuk terus menjilati klitorisnya. Cairan vaginanya keluar sangat banyak.

Kemudian aku sejajarkan tubuhku dengan tubuhnya, dia mengerti kalu kau ingin penetrasi ke vaginanya. Tapi aku tunda sebentar, aku cuma menggosok-gosokkan kepala penisku ke bibir vaginanya. Dia meringis seperti protes karena aku berlama-lama, aku cuma membalasnya dengan seyum kecil. Dia mencoba menekan pantatku, tapi aku tahan. Dia menatapku dengan wajah protes, dia terlihat frustasi. Dia mencoba menekannya sekali lagi, tapi tetap aku tahan, dia semakin frustasi. Kemudian aku kecup bibirnya sekali dan aku masukkan penisku sampai mentok. "Kamu jahat sayang.. kamu jahat.." bisik mbak fanny saat aku memeluknya erat setelah memasukkan penisku.

Aku pompa penisku ke vaginanya perlahan, dan mbak fanny meresponnya dengan mengikuti gerakanku. Walaupun sebenarnya ini posisi yang konvensional, tapi entah kenapa terasa begitu nikmat. Mungkin karena aku sudah merasakan benih-benih cinta dan mbak fanny pun begitu sehingga terasa setiap gesekan penisku dan vaginanya seperti menyalurkan energi cinta diantara tubuh kami.

Aku bangkit dan berlutut diantara selangkangannya dengan penisku masih didalam vaginanya. Aku taruh jari tengahku ke mulutnya, dan aku hentikan gerakan penisku. Pertama-tama dia bingung, tapi kemudian dia menghisap perlahan jariku. Saat dia menghisap jariku, gerakan penisku aku selaraskan dengan gerakan hisapannya. Dia tersenyum lebar, mbak fanny mengerti permainan ini, kemudian dia mulai menghisap mengikuti bagian mana dari vaginanya yang ingin ditusuk oleh penisku.

Lama-lama gerakan hisapnya makin cepat sehingga aku makin susah menyelaraskan gerakannya dengan penisku, sepertinya dia sedikit lagi orgasme. Aku tarik jariku dan aku menindihnya dengan gaya konvensional. Perlahan aku pompa vaginanya kadang pelan, kadang cepat. Mbak fanny terlihat makin dekat dengan orgasmenya, badannya makin tegang.

Tak lama tubuh mbak fanny melengkung sambil dia terpekik kecil, vaginanya terasa licin sekali. Aku percepat pompaanku dan akupun menekan penisku dalam-dalam sambil menyemprotkan spermaku ke rahimnya.

Kemudian aku memeluknya sambil membisikkan "Aku cinta kamu mbak". Mbak fanny tersenyum kemudian memelukku erat seperti tidak mau dilepaskan.

Tamat
Read More