Showing posts with label Cerita Dewasa Selingkuh. Show all posts
Showing posts with label Cerita Dewasa Selingkuh. Show all posts

Saturday, August 26, 2017

Cerita Dewasa Nikmatnya ML Saat Di Puncak

Cerita Dewasa Nikmatnya ML Saat Di Puncak


Cerita Dewasa 2017 - Pada awal tahun 2012, saya mengikuti Rapat Kerja (Raker) yang diselenggarakan oleh Group Perusahaan saya. Kegiatan Raker seperti itu sebenarnya hampir setiap tahun di adakan, namun baru kali ini saya diajak sekaligus menjadi panitia dalam kegiatan tersebut. Saya berharap dapat mengulang kejadian sebagaimana ketika mengikuti Kursus Kearsipan. Pucuk dicinta ulam tiba, begitulah peribahasa yang pas diucapkan, karena dari daftar peserta yang masuk terdapat nama Wiwik, cewek yang pernah saya ajak kencan kira-kira 3 bulan yang lalu sebelum Raker ini.

Sebenarnya Rapat Kerja hanya diadakan selama 2 hari, namun atas usul para peserta minta untuk diperpanjang 1 hari lagi guna memberi waktu bagi peserta berwisata menikmati pemandangan alam Tawangmangu, suatu tempat rekreasi yang sejuk di kaki Gunung Lawu.
Rapat Kerja ini diikuti para manajer yang ada di Kantor Pusat maupun kantor perwakilan. Selain para manajer dan pimpinan, masing-masing kantor perwakilan boleh menyertakan se
orang staf administrasi sebagai penghubung peserta dengan panitia dan juga sekaligus membantu panitia menyiapkan berbagai peralatan yang diperlukan peserta Raker.
Untuk berangkat menuju ke Tawangmangu, perusahaan menyediakan sarana tranportasi berupa bus full AC, full musik, namun banyak diantara para peserta yang membawa kendaraan pribadi, termasuk saya. Tujuan adalah dengan membawa mobil pribadi maka mobilitasnya lebih tinggi.

Sebagai panitia, saya datang lebih awal untuk menyiapkan segala keperluan Raker serta mengurus akomodasi bagi para peserta. Sengaja saya memilih kamar yang agak mojok, dan hanya single bed. Karena hari Jum’at para peserta diharapkan sudah check in sebelum Jum’atan, sedang Raker-nya sendiri baru akan dimulai setelah Jum’atan.
Rombongan bus telah datang, nampak Wiwik dengan pakaian kantor yang cukup serasi kelihatan lebih seksi dan cantik daripada waktu dulu pertama ketemu. Payudaranya nampak lebih montok dan menantang. Hatiku jadi berdebar juga, dag dig dug rasanya. Membayangkan seandainya punya kesempatan untul ML dengan Wiwik.

“Siang Wik” sapaku sambil mengulurkan tangan ketika Wiwik memasuki lobby.
“Oh.., siang Om” jawabnya agak terkejut.
“Om disini, sudah lama ya” lanjutnya.
“Ya.., cukup lama juga, kan aku ikut panitia, jadinya datang lebih awal” jawabku agak sombong.

Setelah mendaftar ulang, kuberi tahu nomor kamar Wiwik ada beseberangan dengan kamarku. Kebetulan pula bahwa peserta wanitanya ganjil, sehingga satu kamar yang mestinya untuk 2 orang, maka kamar untuk Wiwik hanya satu orang saja. Ini memang sudah kuatur agar aku dapat mengulang berkencan dengan Wiwik lagi.
“Dasar buaya darat” aku bergumam sendiri.
Waktu menunjukkan pukul 11.45. Semua peserta yang akan ber-Jum’atan sudah meninggalkan penginapan menuju tempat ibadah. Hanya beberapa peserta yang tidak Jum’atan, termasuk aku dan Wiwik.

“Tok, tok, tok”, kuketuk pintu kamar Wiwik.
“Masuk, nggak dikunci kok” terdengar jawaban dari dalam.
Aku perlahan-lahan membuka pintu dan ternyata Wiwik sedang santai saja menata barang bawaannya. Wiwik sudah melepas blazernya dan hanya memakai atasan you can see serta nampak kalau tak memakai bra.

“Wik, aku kangen padamu lho” kataku.
“Ngrayu nih ye, siang saja sudah merayu, gimana entar malam ya?” Wiwik menggodaku.
“Kalau malam ya nggak perlu ngerayu, kamu kan udah tanggap sendiri, iya kan?”
“Idiih.., Om kok semakin nakal kelihatannya” lanjutnya.
“Habis.., susu kamu itu lho, yang bikin aku..” kataku lagi.
“Udahlah Om, kalau hanya itu ambil sendiri aja, tapi jangan lama-lama lho” katanya lagi.

Jam di dinding kamar menunjukkan puul 12.00, berarti ada waktu kurang lebih 45 menit untuk berkencan dengan Wiwik siang itu. Ini waktu yang lumayan lama untuk satu permaninan panas. Tanpa banyak cakap lagi mulai kukecup keningnya, lalu kucium matanya, hidungnya, pipinya, dan mulutnya. Wiwik membalas dengan semangat pula. Makin lama makin intensif aku meraba-raba seluruh tubuhnya, meremas-remas susunya, dan Wiwik kelihatan semakin menikmati permainan ini.
Akhirnya mulai kulepas pakaian atasnya sehingga tampak dua bukit kembar yang montok menantang. Segera kuemut-emut kedua bukit itu, kupermainkan lidahku di putingnya, kugigit-gigit, dan kutarik-tarik dengan gigiku, nampak Wiwik merintih-rintih menahan rasa antara sakit dan enak.

“Oh.. Om.. oh.. ” desahnya pelan.
“Oh.. Wuk, kau semakin cantik dan menggairahkan” rayuku pula.
“Oh.. Om, terus-terusin Om.., Om.. teruus” Wiwik terus merengek.
Kami berdua saling berpelukan, saling berciuman, melumat bibir, saling meremas, entah berapa lama. Permainan terus berlanjut, Wiwik pun segera mengarahkan tangannya ke daerah selangkanganku, mengelus dari luar celanaku. Tahu bahwa “Adik”Ku telah bangun, Wiwik pun segera melepaskan sabuk dan selanjutnya memelorotkan celanaku. Segera dikeluarkannya batang kemaluanku yang telah tegak dan selanjutnya Wiwik mengemot-emot, memainkan lidahnya dikepala kemaluanku dengan semangat. Hal ini untuk sementara membuatku lupa dengan istri dirumah yang setia menungguku.

“Oh.. Wik, terus Wik, teruuss.. enak Wik, teruuss.. aku akan keluar Wik!”
Dan crot, crot, crot.., muncratlah spermaku dalam mulutnya dan sebagian lagi mengenai wajahnya yang cantik. Aku hanya memejamkan mata keenakan.
“Enak Om?” tanyanya.
Aku hanya mengangguk, mulutku rasanya sulit berkata.
“Aku bersihkan ya Om” dan tanpa berkata lagi Wiwik mengulum-ulum batang kemaluanku, menjilat-jilat membersihkan sisa-sisa sperma yang masih menempel sampai bersih, sih.
“Ouch.. ouch.., Wik” aku mendesah keenakan.

Setelah merapikan pakaian aku segera meninggalkan kamar Wiwik dan menuju kamarku. Kami telah dua kali melakukan oral seks namun tidak berlanjut dengan ML. Dan keinginan untuk meniduri cewek itu tetap terpatri dalam benakku.
Dua hari sudah (lebih tepat hanya satu setengah hari) para peserta Raker berdiskusi, membahas berbagai macam persoalan yang ada serta menyusun strategi untuk tahun mendatang. Untuk melepas lelah pada hari Minggunya para peserta diberi kesempatan untuk rekrasi atau belanja oleh-oleh khas tawangmangu. Aku dan Wiwik pun juga turut jalan bersama teman-teman lain. Sampai di pasar para peserta Raker pun menyebar mencari apa yang dibutuhkan. Aku dan Wiwik pun berjalan berdua untuk belanja.

“Wuk, belanjanya nanti saja, ya!” kataku.
“Kenapa Om?” Wiwik pun bertanya.
“Kita naik ke Hutan Wisata dulu yuk!” aku mengajaknya.
“Dimana Om lokasinya?” Wiwik bertanya lagi.
“Kesana itu lho, dari sini menjuju Grojogan Sewu, selanjutnya terus kita naik, disana ada pemandangan yang sangat indah, kita bisa naik ke menara pengawas” lanjutku lagi.
“Tapi ada syaratnya lho Om” Wiwik pun berkata lagi.
“Apa syaratnya?” aku balik bertanya.
“Nanti kalau aku kedinginan, Om tanggungjawab lho!” pintanya.
“Oke, kalau itu syaratnya, saya akan cari korek api dulu” sahutku.
“Untuk apa Om? Wiwik pun bertanya lagi.
“Ya untuk menghangatkan, kalau kamu kedinginan” jawabku.
“Om mulai nakal ya!” Wiwik pun berkata sambil mencubit lenganku.

Belum sampai lepas cubitannya, tangannya kupegang, dan kugandeng melanjutkan perjalanan.
Kami berdua kadang bergandeng tangan dan tidak berjalan menyelusuri jalan setapak menuju hutan wisata di atas grojogan sewu. Setelah sampai di menara pengawas, aku mengajak Wiwik naik ke puncak menara melalui tangga yang cukup tinggi.
“Hati-hati lho Wuk, tangganya licin, karena kena embun” perintahku kepadanya.
Walaupun hari itu Hari Minggu, namun kelihatannya tidak banyak pengunjung yang sampai ke hutan wisata, sehingga suasana cukup sepi. Hanya terlihat beberapa pasang muda-mudi yang agak jauh dari lokasi kami berada. Terlebih lagi pada saat itu mulai turun hujan rintik-rintik. Untuk waktu itu kami sudah ada di puncak menara, sehingga tidak kehujanan. Dari puncak menara ini kami bisa menikmati pemandangan sekitar hutan. Disamping tidak kehujanan, juga kecil kemungkinannya bertemu dengan binatang buas maupun yang lain. Yang kami sangat senang pada waktu itu belum ada yang naik ke menara, sehingga kami hanya bedua saja di menara pengawas itu.

“Gimana Wuk, indah kan?” aku mulai membuka pembicaraan.
“Iya, sungguh indah, menakjubkan sekali pemandangan alam dari sini ya Om” sahutnya.
“Iya, sungguh indah terlebih ada kamu disini, hal Ini mengingatkan aku waktu pacaran dulu, di sini di tempat ini juga aku melakukan kissing, necking, dan etting untuk pertama kali” sambungku pula.
“Hayo Om mulai nakal ya, kalu sekarang ada aku apa Om mau melakukan hal yang sama?” Wiwik bertanya.
“Siapa takut!” sahutku.
Aku segera memegang kedua tangan Wiwik, lalu mendekapnya, selanjutnya kesentuh dengan jari bibirnya yang mungil.
“Aku ingin mengulangnya, Wuk? Mau kan kamu?” bisikku di telinganya.
Wiwik pun menganggukkan kepalanya.

Aku segera mengecup keningnya, kemudian mencium bibirnya, serta sekitar leher. Cukup lama kami berciuman. Kuremas-remas kedua payudaranya yang mulai menegang. Selanjutnya kutanggalkan jaketnya, terlihatlah pemandangan yang indah karena Wiwik ternyata hanya memakai kaos singlet, sehingga kedua bukitnya sedikit mulai, kuning langsat, bersih, sangat menggairahkan.
“Dingin Wuk?” tanyaku.
“Ya dingin, mana ada tempat yang panas di Tawangmangu” katanya ketus.
“Oke, tempat ini akan segera kubuat menjadi lebih panas” kataku lagi.
Wiwik pun tak berkata lagi. Mulutku segera kuarahkan ke belahan dadanya. Kucium, kukecup, dan kucupang hingga nampak merah dibeberapa tempat sekitar payudaranya.
“Berapa umurmu, Wuk?” aku coba bertanya.
“Ngapain tanya umur segala?” Wiwik balik bertanya.
“Ketika pacaran dulu, cupangku di sekitar payudara dan pusar sebanyak umurnya” sahutku.
“Tebak, ayo berapa, kalau benar nanti selain boleh menyupang sejumlah umurku juga akan kuberi bonus!” perintahnya.
“Bonusnya apa?”
“Tebak dulu dong!”

Aku sebenarnya tahu umurnya, karena waktu mendaftar kulihat biodatanya. Umurnya 45 tahun, belum kawin. Mungkin Wiwik sengaja bertanya atau memang tidak memperhatikan ketika pendaftaran ulang kulihat biodatanya. Aku justru bertanya-tanya dalam hati. Ah, persetan dengan itu.
“Empat puluh lima!” jawabku mantap.
“Kok Om tahu, hayo dari mana? Kalau ketahuan curang, nanti akan kutuntut!”
“Lho katanya suruh menebak, ya aku tebak saja, betulkan jawabanku, mana bonusnya?”
“Bonusnya terserah Om, pilih mana bagian tubuhku!”
“Oke, aku minta ini, tapi nanti malam” jawabku sambil memegang selangkangannya.
“Nanti malam Om?” tanya Wiwik bengong.
“Terus gimana, nanti sore kan sudah selesai acaranya dan rombongan bus akan pulang?”
“Begini aja, kamu telpon do’i, malam ini tidak pulang, karena menyelesaikan tugas merangkum hasil-hasil Raker, dan jangan kuatir aku bawa mobil sendiri kok, besuk saya antar, oke!” kataku.
“Oke deh, sudah terlanjur kalah taruhan sama Om” lanjutnya.
Perlahan-lahan kupelorotkan kaos singletnya, kucopot kait BH-nya. Kini Wiwik sudah tidak memakai pakaian atas. Pemandangan yang lebih indah kini terlihat nyata. Dua bukit kembar, kuning langsat, sangat menarik untuk segera kukecup dan kucupang sebagai tanda kemenanganku. Tak berlama-lama aku memandangi kedua bukit itu, segera kuemut-emut, kugigit-gigit, kutarik-tarik putingnya dengan gigiku.

“Oh.. Om.. jangan kuat-kuat gigitnya, sakit, Ouh.. trus Om.. teruuss Om”
Wiwik mulai merengek-rengek. Kuremas, kukecup, kuemut dan terus kuemut bagai bayi yang kehausan dan menetek ibunya. Untuk beberapa lama kegiatan ini kulakukan. Selanjutnya aku berdiri, bersandar pada salah satu tiang penyangga dan Wiwik pun jongkok di depanku terus melepas sabukku, melepas kancing celanaku, serta menarik ritsluitingnya, segera memelorotkan celanaku. Batang kemaluanku sudah berdiri menantang bagai tongkat komando. Wiwik pun tanpa banyak bicara segera mengocok-ngocok dan mengemut-emut batang kontolku. Menjilat-jilat mulai dari kedua buah pelir sampai pucuk kontol. Mengemut-emut lagi dan lagi.
“Oh.. Wik, terus Wik, teruuss..” aku meronta-ronta geli keenakan.
Segera kujambak rambutnya dan kumaju-mundurkan kepalanya.
“Oh.. Wik, terus Wik, teruuss.. aku akan keluar Wik”
Dan crot, crot, crot.., muncratlah spermaku dalam mulutnya lagi.
“Enak Om?” tanyanya.

Aku hanya mengangguk. Kali ini aku bercumbu di tengah hutan, di atas menara, didiringi rintik hujan yang sudah mulai mereda. Dari arah tenggara sesekali terdengar deru mobil. Hari semakin siang, hujan suah reda, beberapa pasang muda-mudi mulai berdatangan di hutan wisata dan sekitar menara. Aku dan Wiwik segera membetulkan dan merapikan pakaian masing-masing dan segera turun kembali ke penginapan. Sepanjang perjalanan menuju penginapan Wiwik kugandeng, kadang kupeluk dengan mesra. Sampai di penginapan hampir semua peserta telah berkemas-kemas bahkan ada yang sudah meninggalkan penginapan menuju rumah masing-masing.

Kulihat Wiwik berjalan menuju Wartel dekat penginapan. Aku boleh merasa gembira, karena akan dapat bonus dari Wiwik. Aku segera bergegas menuju kantor penginapan, menginformasikan kepada penjaga bahwa aku dan seorang peserta lagi pulangnya besok siang. Pemilik penginapan pun mengijinkan aku tetap bermalam di penginapannya sampai esok hari. Bahkan masih disediakan makan malam dan sarapan pagi.

Kulihat Wiwik telah selesai telpon di Wartel, namun tidak segera menuju penginapan, tetapi mampir ke toko di seberang jalan. Kiranya Wiwik membeli beberapa makanan kecil dan beberapa botol minuman suplemen. Wiwik pun berjalan menuju tempat di lobby penginapan, setelah dekat kuminta dia untuk memindah barang-barangnya ke kamarku.
Udara sore itu cukup dingin, aku tidak berani mandi, karena pemanas air di penginapan rusak. Aku hanya membasuh muka, tangan dan kaki saja. Wiwik pun demikian juga. Jam ditanganku menunjukkan pukul 19.00. Jatah makan malam yang biasanya di restoran kali ini kuminta pada petugas untuk diantar ke kamar saja, karena akan kumakan setelah berita TV jam 21.00, sebab sore ini aku telah makan bakso di seberang jalan.
Kini di kamarku hanya aku dan Wiwik.
“Wik, mana bonusnya?” tanyaku membuka percakapan.
“Nih, ambil sendiri!” perintahnya.

Aku segera memeluknya, menciumnya, dan mulai melepaskan pakaiannya satu bersatu. Kini Wiwik telah telanjang bulat. memeknya kelihatan kayak apem, bulat, empuk. Payudaranya yang cukup besar, kenyal segera kuemut-emut, kesedot-sedot. Wiwik pun mulai mengerang-erang. Kuhitung cupang yang ada disekitar payudaranya, ternyata baru 24.
“Wik, cupangannya baru 24, belum genap 25 lho” kataku.
“Mau genepin atau tidak terserah Om” katanya pula.
“Nih. tak tambahi satu tempat lagi, biar genap 25? kataku.
Segera kecupannya kuarahan ke memeknya. Kukecup-kecup memeknya, kusedot-sedot lubang kewanitaanya. Wiwik pun menjerit-kerit dan tak lama kemudian mengalir lendir dari vaginanya. Wiwik telah orgasme. Selanjutnya kupermainkan lidahku dibibir vaginanya, menjilat-jilat klitorisnya dan lidahku terus mengobok-obok vaginanya.
Aku mengambil napas sebentar. Kutinggalkan dia yang telanjang bulat ditempat tidurku.
“Mau kemana Om?” tanyanya.
“Mau minum dulu, kulihat tadi kamu beli minuman suplemen?” aku balik bertanya.
“Oh, iya, tuh ambil di tas kresek hitam!” perintahnya”jangan lama-lama lho Om, dingin nih” katanya lagi.

Baca Juga : Cerita Hot Berawal Saat Diajak Karaoke

Aku segera mengambil sebotol dan meminum habis. Aku mulai menanggalkan pakaianku. Kini aku dan Wiwik telah sama-sama telanjang bulat. Segera kudekati Dia dari arah kepala kucium mulai keningnya, matanya, bibirnya, susunya, terus turun ke pusar dan akhirnya tepat di vaginanya kuobok-obok lagi dengan lidahku. Wiwik pun segera menangkap kontolku yang sudah tegang di atas mulutnya. Lidahku kumainkan di lubang kewanitaanya, wiwik pun mengerang-erang namun kurang jelas katanya karena kini sudah tersumbat oleh batang kontolku. Aku terus menjilat-jilat bibir vaginanya, dan kontolku pun dikemot-kemot, disedot-sedot.
“Ouh Wik.. Oh.. Wik, terus Wik, teruuss.. aku akan keluar Wik”
Dan tumpahlah spermaku dalam mulutnya untuk kesekian kalinya dan semua cairannya ditelan habis.

Setelah istirahat dan minum suplemen, tak berapa lama aku segera berbalik dan melanjutkan mengambil bonus. Perlahan-lahan kubuka pahanya yang putih mulus dengan selangkangan yang sangat menantang. Perlahan-lahan kumasukkan batang kontolku ke liang senggamanya. Sedikit demi sedikit masuklah kumasukkan batang kontolku dan akhir semua batang kontolku masuk ke dalam memeknya. Kuangkat sedikit lalu kusodokkan lagi, terus dan terus. Kuremas-remas susunya, kuremas semakin lama semakin cepat.

“Om, perih om, berhenti dulu Om” rintihnya.
Namun aku tak mempedulikannya. Kuremas-remas susunya, kuremas semakin lama semakin cepat.
Segera kugenjot lagi kontolku dalam vaginanya, terus dan terus..
“Ouh.. Ouh.. Omm.. Omm.. terus, teruss Om.. aku akan keluar lagi Om..”
“Ouh Wik.. Oh.. Wik, aku juga akan keluar Wik, kita bareng-bareng Wik”.
Akhirnya aku dan Wiwik mncapai puncak bersama-sama.
Malam itu kami bermain sepuas-puasnya, dengan berbagai gaya dan posisi. Kemudian kami tidur dengan satu selimut tebal masih dalam keadaan telanjang bulat sampai pagi, lupa makan malamnya. Setelah kami berdua mandi dan sarapan pagi, segera berkemas meninggalkan penginapan. Tak lupa kuberi tips pada petugas jaga pagi itu. Kemudian kami menuju mobil dan segera melesat kembali ke kota. Aku antar dulu Wiwik ke terminal bus. Sesampai di terminal bus, kami segera berpisah. Kujabattangannya dengan erat.
“Terimakasih ya Wik atas bonusnya” kataku.
“Terimakasih kembali, Om, sampai jumpa di lain kesempatan” katanya sambil melambaikan tangannya.
Read More

Wednesday, August 23, 2017

Cerita Dewasa Sedarah Gairahnya Sepupu Istriku

Cerita Dewasa Sedarah Gairahnya Sepupu Istriku


Cerita Dewasa Selingkuh - Baru pulang dari luar kota tadi malam Saya agak malas untuk siap-siap ke kantor, nanti agak siang saja Saya masuknya. Istri saya sudah berangkat, anak semata wayang saya sudah ke sekolah. Selesai sarapan yang disiapkan oleh Yuni Saya belum juga mandi tapi menikmati 3 hari koran yang belum sempat saya baca selama keluar kota di sofa ruang tamu. Santai… Hari menjelang siang.

Yuni baru saja selesai mengepel lantai lalu ke belakang. Rasanya ada yang aneh pada Yuni. Tiap hari dia memang mengepel lantai dan itu biasa. Entah apanya yang berbeda pada dia pagi ini Saya tak memperhatikan dan memang tak ingin tahu. Hanya saya rasakan agak aneh saja. Kembali Saya membaca koran. Ketika terdengar suara guyuran air di kamar mandi belakang, juga masih biasa, Yuni selesai bersih-bersih rumah lalu mandi.

Lalu setengah jam kemudian dia tampak sliweran antara dapur dan ruang makan juga biasa. Juga ketika masuk ke kamar anak saya. Sekilas Saya sempat melihatnya lewat dari balik bentangan koran saya. Mungkin ini yang tak biasa, dia tampak lebih rapi dari biasanya. Daster yang dia kenakan tampaknya baru. Mungkin dia mau keluar belanja, pikirku.

Dalam kesibukan dia di ruang makan kadang dia membuat suara-suara benturan piring dan alat lainnya. Dengan sendirinya Saya sedikit mengangkat kepala mengalihkan pandangan dari koran ke arahnya. Itu gerakan refleks yang biasa. Yang tak biasa adalah dia beberapa kali 'tertangkap' sedang memandang ke arah saya tapi tatapan matanya agak ke bawah. Ketika dia sedang ke belakang Saya coba meneliti adakah yang aneh pada diri saya ? Kebiasaan di rumah Saya selalu mengenakan celana pendek. Itu sudah sering dan Yuni juga sudah tahu. Jadi apanya yang aneh? Ah, memang Saya peduli! Saya terus saja membaca.

Sampai tak lama kemudian, saat sedang asyiknya Saya membaca tanpa saya sadari Yuni sudah berdiri di depan saya. Koran saya letakkan, belum sempat Saya membuka mulut untuk bertanya, tiba-tiba Yuni menghambur ke arah saya, duduk di pangkuan saya dan memeluk tubuh saya. Lalu kepalanya yang tersembunyi di dada saya terlihat sedikit berguncang. Yuni menangis. Ada angin apa nih?

"Maafkan aku Kang..." katanya di sela-sela isakan tangisnya.

Yuni memang bukan pembantu. Dia adalah sepupu istri saya, sama-sama dari Kuningan, asal istri saya. Dia cukup cerdas walau SMK saja tak tamat, karena keburu disuruh menikah oleh ibunya. Teman-temannya di kampung pada umumnya hanya tamatan SMP atau bahkan SD. Dia sebenarnya ingin sekolah sampai tingkat sarjana, hanya kebiasaan di kampung mengharuskan anak perempuan sudah berrumah-tangga ketika mencapai umur 16 atau 17 tahun. Malang baginya, ketika usia pernikahan menjelang setahun suaminya tertangkap basah berselingkuh. Dia minta cerai dan ingin ikut istri saya ke Jakarta sambil siapa tahu bisa meneruskan sekolahnya dan menggapai cita-citanya menjadi sarjana pertanian. Di kampung dulu dia memang amat dekat dengan istri saya.

Setelah bicara dengan saya, istri saya setuju menyekolahkan dia sampai tamat. Yuni bersedia kerja apa saja, jadi pembantu sekalipun, untuk mengejar cita-citanya. Kami, saya, istri dan anak saya tak pernah menganggap dia sebagai pembantu. Kami perlakukan dia sebagai salah satu kerabat dekat. Sudah hampir dua bulan dia ikut dengan keluarga kami. Dia sudah terdaftar di SMK kelas tiga, hanya belum mulai sekolah karena menunggu tahun ajaran baru, bulan depan. Umurnya kini 18 tahun. Memang sedikit terlambat. Anak seusia dia umumnya sudah tamat SMU.

"Kenapa Yun?"

"Maafkan aku Kang..."

"Kamu salah apa?"

Dia tak menjawab, masih terisak. Saya coba menduga-duga, mungkin dia tak betah karena mengerjakan urusan rumah tangga mirip pembantu.

"Kamu pengen pulang?"

Yuni menggeleng. Sebenarnya tidak juga sebagai pembantu karena istri saya kalau sedang di rumah juga ikut terjun kerja bersama dia. Anak saya pun begitu. Kami memang sudah biasa tak punya pembantu.

"Atau kamu gak betah di sini?"

"Bukan Kang bukan… Saya senang tinggal sama Teteh..." yang dia sebut teteh adalah istri saya.

"Jadi kenapa?"

Hening sejenak, lalu

"Sayanya Kang, aku yang tak beres..."

"Tak beres apanya? Ayo cerita, jangan sungkan-sungkan. Kamu kan sudah aku anggap adikku sendiri"

"Bukan masalah itu Kang... Akang sekeluarga disini baik-baik semua... aku betah..."

"Lalu ?"

Yuni masih diam, tangisnya mereda. Tapi masih belum mau bicara. Tak sadar Saya mengelus-elus rambutnya yang lurus dan panjang sepunggung, seperti rambut istri saya. Memang Yuni banyak kemiripan dengan istri saya. Wajah mirip, hanya istri saya langsat dia sawo matang. Bentuk tubuhnya sama langsing, hanya dada Yuni sedikit lebih besar. Jangan berpikiran macam-macam. Dari 'tampak luar' saja sudah terlihat, tak harus 'memeriksa' ke dalam. Memangnya Saya sekurang ajar itu berani memeriksa dada sepupu istri saya. Dada? Ah... gumpalan daging kembarnya itu melekat erat di dada saya sekarang. Baru sekarang juga Saya menyadari bahwa bongkahan itu menempel di tubuh saya nyaris tak ada penghalang. Tak ada 'kain keras' di antara kami. Masa sih ? Untuk memenuhi rasa penasaran saya, tangan saya yang sedang membelai rambut Yuni 'mampir' sebentar ke punggungnya. Hanya kain daster saja yang ada dipunggungnya. Benar, Yuni tak mengenakan bra! Saya lebih banyak berpikiran positif. Mungkin saja tadi dia sehabis mandi belum sempat memakainya. Tapi menyadari 'keadaan' begini, sebagai lelaki normal tak urung ada yang menggeliat di balik celana pendek saya.

Lalu, saya biarkan pikiran saya mengelana, saya bayangkan bentuk bongkahan yang menekan dada saya, tentunya masih kencang sebab dia belum punya anak dan belum setahun 'dipakai', dengan putingnya yang kecil dan kecoklatan. Imagi begini jelas saja membuat perangkat bawah saya semakin mengencang. Tiba-tiba Yuni mengangkat kepalanya yang dari tadi ngumpet di dada saya. Ditatapnya mata saya sejenak, lalu pandangan beralih ke tubuh saya bagian bawah dan kemudian menatap saya lagi. Saya yakin pantatnya telah merasakan perubahan yang terjadi di celana saya.

"Kang..." bisiknya serak.

Pantatnya bergerak menggoyang, melumati kelamin saya. Mendadak mulut saya dipagutnya. Saya masih shock atas tindakannya ini sehingga bibir saya pasif saja menerima sapuan bibirnya. Tapi itu tak lama, hanya beberapa saat kemudian bibir saya malah merespon lumatan bibirnya. Kami berciuman. Celakanya, entah bagaimana Saya jadi membayangkan bahwa yang sedang saya ciumi ini adalah istri saya sehingga ciuman kami makin seru.

Saya sempat melayang-layang sampai suatu saat kesadaran saya mendarat kembali ke bumi, rasio mengalahkan emosi. Saya dorong kepala Yuni menjauh, ciuman terlepas.

"Yun...?"

Saya lihat ekspresi wajahnya yang kaget sekejap.

"Kang... maafkan aku... tapi aku butuh banget... butuh Kang... udah lama banget menahan..."

"Kamu sadar Yun?"

"Iya Kang, sadar bahwa aku sangat membutuhkanmu Kang..."

"Kenapa aku?" tanya saya lagi.

"Gak tahu Kang. Tubuhku ini udah lama membara… Udah lama aku coba menahannya tapi aku gak mampu Kang... tolong Akang mengerti..."

Tanpa menunggu reaksi saya Yuni kembali menciumi saya. Kami berpagutan lagi. Saya mulai menikmati. Kesadaran saya berangsur menghilang.

Kemudian, ini gerakan refleks yang wajar dan biasa ketika sambil berciuman telapak tangan kanan saya mulai meremas-remas buah dada kirinya yang hanya tertutup daster. Daging yang sekal sesuai bayangan saya tadi. Yuni melepas ciuman lalu mengerang sambil kepalanya mendongak menikmati remasan saya. Bahkan erangannya mirip rintihan istri saya. Cuma sebentar, kembali dia mengejutkan saya, dengan sigapnya dia melepas kancing-kancing dasternya lalu menyodorkan dadanya ke muka saya. Dua bulatan kembar itu kini terhidang di depan hidung saya. Putingnya kecil tapi telah mengacung ke depan. Saya ciumi buah dadanya, bergantian kanan dan kiri. Puting kecil itu memang keras.

Juga gerakan wajar jika tangan saya kemudian mulai membelai-belai pahanya, menyusup ke balik dasternya, merambat sampai pangkalnya. Lagi-lagi Saya dibikin kaget. Hanya daster itulah satu-satunya pakaian yang melekat di tubuh sintal Yuni. Saya tadi tak memperhatikannya. Selangkangan berbulu halus itu telah membasah dan lembab. Yuni makin menggila.

"Ayo Kang. Sekarang… Aku mohon..."

Rangsangan saya sudah tinggi, tak ada lagi pikiran jernih, gelap mata. Saya bopong Yuni menuju kamar saya, saya rebahkan tubuhnya ke kasur. Secepat kilat Yuni melepas dasternya melalui kepalanya.

Tubuh coklat langsing sekal itu kini telanjang bulat tergolek di kasur saya. Kedua belah dadanya memang bulat dan menonjol dihiasi puting dan lingkaran aerola yang kecil menambah keindahannya. Bulu-bulu halus di bawah perutnya terlihat rapi tanda terawat. Tubuh itu kini gelisah, bergerak-gerak tak tentu. Pahanya sudah membuka lebar. Tunggu apa lagi?

"Ayo Kang..."

Secepat kilat Saya memelorotkan celana pendek saya sekaligus dalemannya. Saya naik ke tempat tidur dan mengarahkan penis saya ke selangkangannya. Kebiasaan saya kalau awal penetrasi lebih suka posisi misionaris, sebab Saya bisa melihat ekspresi wajah lawan main saya ketika penis saya mulai menusuk. Wajah dengan mata terpejam dan kepala sedikit mendongak adalah pemandangan paling eksotis. Saya rebahkan tubuh saya menindihnya. Lalu dengan gerakan agak kasar Saya menekan. Muka Yuni berkerut, dia menggigit bibirnya sendiri, ekspresi seperti orang yang sedang kesakitan. Benar saja...

"Aaaww... pelan-pelan Kang, aku udah lama banget engga ..."

Memang, kepala penis saya serasa membentur tembok walaupun Saya yakin dia telah lembab.

"Oh... maaf Yun..."

Lalu dengan sabarnya Saya perlahan membuat gerakan-gerakan pendek maju-mundur untuk membuka 'pintu' yang sudah lama tak pernah dimasuki. Memang agak susah, harus perlahan dan bertahap. Akhirnya seluruh batang saya tertelan oleh vaginanya. Mulailah Saya 'memompa', masih perlahan agar bisa lebih merasakan gesekan batang saya dengan dinding-dinding liang vaginanya. Milik Yuni begitu eratnya menjepit batang saya, persis seperti milik istri saya pada awal-awal kami menikah. Saya jadi teringat sewaktu berbulan madu dengan istri saya beberapa tahun lalu. Cerocohan ribut yang keluar dari mulut Yuni pun sama. Beginilah rasanya. Hanya satu kata: nikmat!

Lalu Yuni? Sulit saya gambarkan. Gerakan tubuhnya begitu liar, ekspresi wajahnya begitu ekstasi manjadikan dia tampak lebih cantik dibanding biasanya. Itu tanda bagi wanita yang sedang merasakan nikmatnya bersenggama. Rasanya Saya bisa lebih lama bertahan memompa, mungkin karena tadi malam Saya sudah mengeluarkan dua kali 'tabungan' ke tubuh istri saya setelah tersimpan selama 3 hari di luar kota.

Hingga beberapa saat kemudian...

Kedua tangannya mengunci amat erat di tubuh saya dan tubuhnya saya rasakan berguncang-guncang teratur beberapa kali. Saya lalu menghentikan pompaan, memberi kesempatan dia menikmati orgasmenya. Guncangan lalu melemah seiring melemahnya kuncian tangannya. Lalu tangannya rebah ke samping. Yuni terkapar.

"Terima kasih Kang... terima kasih..." katanya sambil menciumi wajah saya.

"Gimana Yun..."

"Enak banget..."

Tubuh saya masih telungkup menindih tubuhnya, batang saya yang masih tegang masih 'tersimpan' di dalam tubuhnya. Saya masih tak bergerak walaupun Saya belum mencapai puncak. Sengaja untuk memberi waktu kepada Yuni untuk menyelesaikan puncak hubungan seks, orgasme. Karena Saya tahu berdasarkan pengalaman, wanita tak mau 'diganggu' bila sedang dalam masa puncak dan beberapa waktu setelahnya. Syaraf-syaraf pada alat kelaminnya menjadi amat sensitif ketika masa orgasme.

Baca Juga : Cerita Mesum Terlarang Aku Dan Mamaku

Tapi ketegangan penis saya mulai mengendur karena masa pause begini. Saya harus mulai memompa lagi untuk meningkatkan ketegangan batang saya. Lalu Saya mulai gerakan dengan memundurkan penis saya sedikit dan menusuk lagi.

"Aaaahhh... Kang..." erangnya.

Saya terus saja memompa.
Mulutnya mulai berkicau.
Makin cepat.
Gerakannya makin gila.
Saya melambung.
Melayang.
Beberapa detik kemudian…
Saya sampai.
Saya tumpahkan semuanya ke dalam tubuhnya.
Ya. Saya ejakulasi didalam tubuhnya. Tak terpikirkan lagi untuk mencabutnya. Karena kedua kaki Yuni keburu menjepit erat pinggul saya, dan lalu tubuhnya berguncang teratur seperti tadi.

Beberapa saat berlalu, baru Saya menyadari akan akibat penumpahan ke dalam liangnya.

"Yun... Aku keluar didalam..."

"Engga apa-apa Kang... jangan khawatir"

"Maksudmu?"

"Aku masih menyimpan spiral di dalam..."

Saya lega walaupun di kepala ini menumpuk banyak pertanyaan seperti mengapa dia nekat begini.
Read More

Sunday, August 20, 2017

Kisah Dewasa Perkenalan Dengan Janda Muda Suka Horni

Kisah Dewasa Perkenalan Dengan Janda Muda Suka Horni


Kisah Dewasa - Saya mempunyai seorang temen cewek, sebut saja namanya Vina. Dari postur tubuhnya boleh dijamin semua laki-laki yang melihatnya pasti akan tergiur untuk mencicipinya. Vina mempunyai tinggi kurang lebih 165 cm, 47 kg dan menggunakan bra ukuran 34B (hal itu saya ketahui ketika saya ML sama dia), dan kulitnya kuning langsat. Dengan wajah layaknya cewek kampus, dan tidak terlihat sama sekali kalau dia juga seorang pecinta sex bebas, sama seperti saya.

Beruntung saya memiliki wajah dan badan yang cukup lumayan, sehingga saya tidak mengalami kesulitan dalam mencari teman untuk melepas birahi, apalagi ditambah dengan ukuran saya yang boleh dibilang lebih dari rata-rata. Wajar saja kalau teman cewek saya rajin mengontak saya disaat mereka butuh dan begitupun juga sebaliknya.

Suatu hari, Vina menelpon saya. Dia cerita bahwa dia punya teman kost baru, dan cakep pula. Dia juga bilang kalau temannya itu mirip artis ternama di ibukota, yang namanya sudah terkenal. Dia janji mau mengenalkan saya ke dia. Maka kemudian saya dan Vina membuat suatu janji pertemuan di hari Sabtu.

Pada hari yang telah di janjikan, saya telah membuka sebuah kamar di daerah Juanda, dan seperti yang telah direncanakan, Vina datang membawa seorang temannya yang bernama Santi.

“Tok.. tok.. tok..!” 3 kali saya dengar ketokan pintu, maka secara otomatis saya membukakan pintu.Begitu pintu terbuka, terlihatlah Vina yang sedang tersenyum kepada saya, dan di belakangnya tampak temannya yang akan dikenalkan ke saya. Dan benar saja, temannya itu menang benar mirip sekali dengan artis ibukota yang Vina ceritakan.

“San, kenalin donk.. ini loh temen gue yang gue mau kenalin ke elu.” begitu ucap Vina sambil masuk ke kamar.”Oh iya, gue Santi.. dan elu sapa..?” sapanya ramah.Saya sempat terdiam sewaktu Santi menjulurkan tangannya, karena saya tidak habis pikir kalau cewek ini begitu cantiknya, dan saya harus dapat mencicipinya hari ini juga.

“Hmm, nama gue A..” begitu saya sadar, langsung saya merespon dengan julurkan tangan.Hmm, kulitnya halus juga, pikir saya. Kalau dari yang saya lihat, Santi ini sedikit lebih pendek dari Vina, tetapi dia mempunyai buah dada yang lebih besar daripada Vina. Kira-kira tingginya 160 cm, 45 kg, dan saya rasa ukuran dadanya 34C, soalnya dadanya besar sekali.

“Eh, loe berdua jangan diem gitu donk, kasih gue minum kek..!” tiba-tiba suara Vina memecahkan kesunyian yang ada.”Oh iya, sori Vinn, tuh loe ambil aja deh di kulkas..!” jawab saya sekenanya.”Gini..,” kata Vina. “Temen gue Santi ini seorang janda anak satu, tapi loe pikir deh, umurnya baru 23 dan body-nya masih segini, ngga kecewa donk loe gue bawain yang kaya gini.” lanjut Vina lagi.”Ah elu bisaan aja Vin,” sahut Santi dengan tersipu, sehingga tampaklah wajahnya yang sedikit memerah.Aduh.., ini membuat saya jadi horni saja.

Tiba-tiba saja Santi menarik Vina ke kamar mandi.”Ikut gue bentar deh Vin..!” kata Santi.Lalu Vina dengan terburu buru juga ikut dan sambil bicara kepada saya, “Dah loe tiduran aja dulu di ranjang, temen gue mau bilang sesuatu kali nih ke gue.”

Tidak lama mereka keluar dari kamar mandi.”Eh sori yach tadi sempet bikin loe kaget.” kata Santi.”Eh, ngga apa-apa kok.” jawab saya masih bingung.”Emangnya kenapa sih tadi..?” saya masih bingung.”Udah deh loe ngga usah tau, urusan perempuan kok barusan, yang penting sekarang loe santai aja di ranjang loe dan ikutin permainan gue.” timpalnya lagi.

“Wah-wah-wah, permainan apa lagi nih..?” pikir saya dalam hati.Tapi saya sudah senang sekali, apalagi saya melihat Vina tersenyum nakal ke arah saya. Duh, saya jadi tambah horni saja deh.”Sebelum gue kasih loe ijin, jangan sekali kali loe sentuh gue, ok..?” kata Santi.”Ok-ok deh..,” jawab saya meskipun saya masih agak bingung dengan arah permainannya.

Tiba-tiba saja Santi langsung mendekati ke ranjang dan segera menciumi saya di bibir. Yach sudah otomatis saya akan merespon juga donk. Lidah kami saling ‘bergerilya’, sedangkan saya hanya boleh telentang saja di ranjang. Kemudian ciuman Santi turun ke leher saya, hm.. enaknya pikirku. Dijilatinnya leher saya, terus dia juga menjilati kuping saya.Tanpa sadar saya mendesah, “Ahh, enak, San, terusin dong..!”

“Sekarang gue bukain baju loe, tapi inget..! Tangan loe tetep diam aja yach, jangan sentuh gue sebelum gue kasih ijin..!” sahutnya lagi.”Aduh sengsara banget nih..! Masa mau ML tapi tangan gue ngga boleh megang-megang sih..!” pikir saya dalam hati.

Dengan cepet Santi membuka baju saya dan langsung dilempar. Dengan sigapnya Santi langsung bergerilya di dada saya, bagaikan seseorang yang lama tidak mendapatkan tubuh laki-laki. Digigitnya kedua puting saya.”Ahh, enak gigitan loe,” saya mendesah pelan.Samar-samar saya melihat Vina duduk di samping saya sambil memperhatikan wajah saya dan dia tersenyum.

Tanpa sadar tangan saya mencoba mencari buah dada Santi untuk saya remas-remas. Eh tanpa saya duga, tiba-tiba saja tangan saya ditepis oleh Santi dan Vina.”Gue kan udah bilang, kalo belum gue kasih ijin jangan sentuh gue..!” kata Santi.”Iya, loe tuh gimana sih..?” kata Vina, “Ikutin donk permainannya Santi..!” lanjut Vina.”Yach habis gimana donk..? Namanya juga reflek..!” timpal saya sambil mendesah dan agak kecewa.

“Pokoknya loe sabar deh..!” kata Santi sambil membuka celana saya.”Hmm.., CD model low cut dengan warna hitam nih..!” ujar Santi sambil bergumam sendiri.”Loe tau aja kesukaan gue..!” kata Santi, “Dan loe seksi banget dengan CD warna gini, bikin gue horni juga tau..!” kalimat Santi yang terakhir sebelum dia mulai ber-‘karaoke’.”Oohh, enak, sedot lagi donk yang kuat San..!” kata saya sambil mendesah.

Kurang lebih 5 menit Santi telah ber-‘karaoke’ terhadap penis saya. Kemudian Santi dengan sigapnya melepas seluruh baju, celana dan pakaian dalamnya.”Nah, sekarang loe baru boleh sentuh gue..!” kata Santi.Maka karena dari tadi saya sudah menahan mau nyentuh dia tapi tidak boleh, maka kesempatan ini tidak saya sia-sia kan.

Langsung saja saya rebahkan Santi di ranjang dan gantian saya ciumi bibirnya, dan Santi juga membalasya dengan tidak kalah ganasnya. Kemudian saya turuni ciuman saya ke daerah lehernya. Hmm, lehernya yang bersih itu saya ciumi dan saya jilati. Samar-samar saya mendengar Santi mulai mendesah.

Kali ini saya turun ke buah dadanya, saya menjilati dulu pinggirnya secara bergantian, dari kanan ke kiri. Tetapi saya tidak menyentuh sedikit pun putingnya Santi.Dan Santi kemudian bicara, “Ayo donk isepin puting gue, please..!”

“Wah ini saatnya balas dendam nih..!” pikir saya dalam hati.”Hah..? Loe minta diisepin puting loe, sabar yach sebelum gue mood, gue ngga bakal isep puting loe..!” jawab saya sambil tersenyum.Saya lihat Vina juga ikut tersenyum melihat temannya terkapar pasrah.

Tidak lama setelah saya memainkan buah dadanya, saya turun ke vaginanya. Tampaklah bulu-bulu vagina Santi yang begitu halus dan dicukur rapih. Dengan sigap saya langsung menghisap vagina santi.”Ohh.., ohh.., enakk..! Terusin donk Sayang..!” sahut Santi sambil mendesah.Kalimat itu membuat saya tambah semangat, maka saya tambah liar untuk menghisap vaginanya.

“Sayang, aku mau keluar,” lirih santi.Dan tiba-tiba saja cairan vagina Santi keluar diiringin teriakan dari Santi yang kemudian saya telan semua cairan vagina Santi.”Duh Say, kamu kok hebat sih maenin memekku..?” tanya Santi.Yang saya lakukan hanya tersenyum saja.

“Please donk, masukin punya kamu sekarang..!” pinta Santi dengan memelas.”Nanti dulu, puting kamu belum gue hisap..!” jawab saya.Maka dengan cepat langsung puting yang berwarna coklat muda itu saya hisap dengan kencanganya secara bergantian, kiri dan kanan.

“Ahh, enakk Sayang, terusin..! Tambah kenceng donk..!” teriak Santi.Hmm, mendengar suara cewek lagi terangsang begitu membuat saya tambah horni lagi, apalagi si ‘adik’ sudah dari tadi menunggu giliran ‘masuk’. Maka langsung saja saya memasukkan penis saya ke vaginanya.”Shit..! Sempit banget nih memek..!” pikir saya dalam hati.

Setelah sedikit bersusah payah, akhirnya masuk juga barang saya ke vaginanya.”Gila bener San, barang loe enak dan sempit banget sih..?” jawab saya dengan napas yang mulai tidak teratur.Dan kalimat saya dibalas dengan senyum oleh Santi yang sedang merem melek.

Begitu masuk, langsung saya goyangkan. Yang ada hanya suara Santi yang terus mendesah dan teriak.”Ahh terus Sayang, tambah cepet donk..!”Dan sekilas di samping saya tampak Vina sedang meremas-remas buah dadanya sendiri.

“Sabar Vin, akan tiba giliran loe, sekarang gue beresin dulu temen loe ini..!” jawab saya sambil sambil menggoyangkan Santi.Vina hanya dapat menganggukan kepala, soalnya dia tahu ini bagian dalam permainan yang mereka buat, jadi Vina juga tidak boleh ikut sedikit pun dalam permainan saya dan Santi.

Tidak lama kemudian Santi minta gantian posisi, kali ini dia mau di atas.”Gue cepet keluar kalo di atas..!” katanya santai.Kami pun berganti posisi. Berhubung Santi tadi sudah keluar, maka kali ini ketika kami ‘main’ vagina Santi sudah becek.”Ahh.., enakk.., barang lo berasa banget sih..!” jawab Santi sambil merem melek.

5 menit kemudian Santi teriak, “Ahh.., gue keluar lagi..!” dan dia langsung jatuh ke pelukan saya.Tetapi saya kan belum keluar, wah tidak begini caranya nih. Ya sudah akhirnya saya gantian dengan gaya doggy.Kali ini kembali Santi menjerit, “Terusiin Sayang..!”Tidak lama kemudian saya merasa kalau saya sudah mau keluar.”San, mau keluarin dimana..?” tanya saya.”Di muka gue aja.” jawabnya cepat.

Kemudian, “Croott.., crott..!” sperma saya saya keluarkan di wajah Santi.Kemudian Santi dengan cepat membersihkan penis saya, bahkan saya saja sampai ngilu dengan hisapannya. Tidak lama saya pun jatuh lemas di sampingnya. Dan saya tetep melihat Vina tetap meremas dadanya dan dia pun melihat saya dengan tatapan ingin mendapat perlakuaan yang sama seperti temannya.

Baca Juga : Cerita Dewasa Nikmatnya Toket Janda Muda

“Vin, ke kamar mandi dulu yuk, gue mau bersih-bersih nih..!” jawab saya sambil mengajak Vina.Kemudian Vina dengan cepat menarik saya ke kamar mandi. Di kamar mandi kami saling membersihkan satu sama lain.”Vin, gue istirahat dulu yach, gue cape banget soalnya,” timpal saya dengan suara lemas karena horni tapi penuh dengan kebahagiaan.

“Ok deh, tapi jangan lama-lama yach, gue udah ngga tahan nih, horni banget..!” jawab Vina sambil membersihkan penis saya.
Read More

Cerita Seks Ketagihan Berawal Dengan Permainan Yang Tahan Lama

Cerita Seks Ketagihan Berawal Dengan Permainan Yang Tahan Lama


Cerita Dewasa Tante Muda - Saya, sebut saja Ratna (23), seorang sarjana ekonomi. Usai tamat kuliah, saya bekerja pada salah satu perusahaan jasa keuangan di Solo. Sebagai wanita, terus terang, saya juga tidak bisa dikatakan tidak menarik. Kulit tubuh saya putih bersih, tinggi 163 cm dan berat 49 kg. Sementara ukuran bra 34B.

Cukup bahenol, kata rekan pria di kantor. Sementara, suami saya juga ganteng. Rio namanya. Umurnya tiga tahun diatas saya atau 26 tahun. Bergelar insinyur, ia berkerja pada perusahaan jasa konstruksi. Rio orangnya pengertian dan sabar.

Karena sama-sama bekerja, otomatis pertemuan kami lebih banyak setelah sepulang atau sebelum berangkat kerja. Meski begitu, hari-hari kami lalui dengan baik-baik saja. Setiap akhir pekan–bila tidak ada kerja di luar kota–seringkali kami habiskan dengan makan malam di salah satu resto ternama di kota ini. Dan tidak jarang pula, kami menghabiskannya pada sebuah villa di Tawangmangu.

Soal hubungan kami, terutama yang berkaitan dengan ‘malam-malam di ranjang’ juga tidak ada masalah yang berarti. Memang tidak setiap malam. Paling tidak dua kali sepekan, Rio menunaikan tugasnya sebagai suami. Hanya saja, karena suami saya itu sering pulang tengah malam, tentu saja ia tampak capek bila sudah berada di rumah. Bila sudah begitu, saya juga tidak mau terlalu rewel. Juga soal ranjang itu.

Bila Rio sudah berkata, “Kita tidur ya,” maka saya pun menganggukkan kepala meski saat itu mata saya masih belum mengantuk. Akibatnya, tergolek disamping tubuh suami–yang tidak terlalu kekar itu-dengan mata yang masih nyalang itu, saya sering-entah mengapa-menghayal. Menghayalkan banyak hal. Tentang jabatan di kantor, tentang anak, tentang hari esok dan juga tentang ranjang.

Bila sudah sampai tentang ranjang itu, seringkali pula saya membayangkan saya bergumulan habis-habisan di tempat tidur. Seperti cerita Ani atau Indah di kantor, yang setiap pagi selalu punya cerita menarik tentang apa yang mereka perbuat dengan suami mereka pada malamnya.

Tapi sesungguhnya itu hanyalah khayalan menjelang tidur yang menurut saya wajar-wajar saja. Dan saya juga tidak punya pikiran lebih dari itu. Dan mungkin pikiran seperti itu akan terus berjalan bila saja saya tidak bertemu dengan Karyo. Pria itu sehari-hari bekerja sebagai polisi. Usianya mungkin sudah 50 tahun. Gemuk, perut buncit dan hitam.

Begini ceritanya, saya bertemu dengan pria itu. Suatu malam sepulang makan malam di salah satu resto favorit kami, entah mengapa, mobil yang disopiri suami saya menabrak sebuah sepeda motor. Untung tidak terlalu parah betul. Pria yang membawa sepeda motor itu hanya mengalami lecet di siku tangannya. Namun, pria itu marah-marah.

“Anda tidak lihat jalan atau bagaimana. Masak menabrak motor saya. Mana surat-surat mobil Anda? Saya ini polisi!” bentak pria berkulit hitam itu pada suami saya.

Mungkin karena merasa bersalah atau takut dengan gertakan pria yang mengaku sebagai polisi itu, suami saya segera menyerahkan surat kendaraan dan SIM-nya. Kemudian dicapai kesepakatan, suami saya akan memperbaiki semua kerusakan motor itu esok harinya. Sementara motor itu dititipkan pada sebuah bengkel. Pria itu sepertinya masih marah. Ketika Rio menawari untuk mengantar ke rumahnya, ia menolak.

“Tidak usah. Saya pakai becak saja,” katanya.

Esoknya, Rio sengaja pulang kerja cepat. Setelah menjemput saya di kantor, kami pun pergi ke rumah pria gemuk itu. Rumah pria yang kemudian kami ketahui bernama Karyo itu, berada pada sebuah gang kecil yang tidak memungkinkan mobil Blazer suami saya masuk.

Terpaksalah kami berjalan dan menitipkan mobil di pinggir jalan. Rumah kontrakan Pak Karyo hanyalah rumah papan. Kecil. Di ruang tamu, kursinya sudah banyak terkelupas, sementara kertas dan koran berserakan di lantai yang tidak pakai karpet.

“Ya beginilah rumah saya. Saya sendiri tinggal di sini. Jadi, tidak ada yang membersihkan,” kata Karyo yang hanya pakai singlet dan kain sarung.

Setelah berbasa basi dan minta maaf, Rio mengatakan kalau sepedamotor Pak Karyo sudah diserahkan anak buahnya ke salah satu bengkel besar. Dan akan siap dalam dua atau tiga hari mendatang. Sepanjang Rio bercerita, Pak Karyo tampak cuek saja. Ia menaikkan satu kaki ke atas kursi. Sesekali ia menyeruput secangkir kopi yang ada di atas meja.

“Oh begitu ya. Tidak masalah,” katanya.

Saya tahu, beberapa kali ia melirikkan matanya ke saya yang duduk di sebelah kiri. Tapi saya pura-pura tidak tahu. Memandang Pak Karyo, saya bergidik juga. Badannya besar meski ia juga tidak terlalu tinggi. Lengan tangannya tampak kokoh berisi. Sementara dadanya yang hitam membusung. Dari balik kaosnya yang sudah kusam itu tampak dadanya yang berbulu. Jari tangannya seperti besi yang bengkok-bengkok, kasar.

Karyo kemudian bercerita kalau ia sudah puluhan tahun bertugas dan tiga tahun lagi akan pensiun. Sudah hampir tujuh tahun bercerai dengan istrinya. Dua orang anaknya sudah berumah tangga, sedangkan yang bungsu sekolah di Bandung. Ia tidak bercerita mengapa pisah dengan istrinya.

Pertemuan kedua, di kantor polisi. Setelah beberapa hari sebelumnya saya habis ditodong saat berhenti di sebuah perempatan lampu merah, saya diminta datang ke kantor polisi. Saya kemudian diberi tahu anggota polisi kalau penodong saya itu sudah tertangkap, tetapi barang-barang berharga dan HP saya sudah tidak ada lagi. Sudah dijual si penodong.

Saat mau pulang, saya hampir bertabrakan dengan Pak Karyo di koridor kantor Polsek itu. Tiba-tiba saja ada orang di depan saya. Saya pun kaget dan berusaha mengelak. Karena buru-buru saya menginjak pinggiran jalan beton dan terpeleset. Pria yang kemudian saya ketahui Pak Karyo itu segera menyambar lengan saya.

Akibatnya, tubuh saya yang hampir jatuh, menjadi terpuruk dalam pagutan Pak Karyo. Saya merasa berada dalam dekapan tubuh yang kuat dan besar. Dada saya terasa lengket dengan dadanya. Sesaat saya merasakan getaran itu. Tapi tak lama.

“Makanya, jalannya itu hati-hati. Bisa-bisa jatuh masuk got itu,” katanya seraya melepaskan saya dari pelukannya. Saya hanya bisa tersenyum masam sambil bilang terimakasih.

Ketika Pak Karyo kemudian menawari minum di kantin, saya pun tidak punya alasan untuk menolaknya. Sambil minum ia banyak bercerita. Tentang motornya yang sudah baik, tentang istri yang minta cerai, tentang dirinya yang disebut orang-orang suka menanggu istri orang. Saya hanya diam mendengarkan ceritanya.

Mungkin karena seringkali diam bila bertemu dan ia pun makin punya keberanian, Pak Karyo itu kemudian malah sering datang ke rumah. Datang hanya untuk bercerita. Atau menanyai soal rumah kami yang tidak punya penjaga. Atau tentang hal lain yang semua itu, saya rasakan, hanya sekesar untuk bisa bertemu dengan berdekatan dengan saya. Tapi semua itu setahu suami saya lho. Bahkan, tidak jarang pula Rio terlibat permainan catur yang mengasyikkan dengan Pak Karyo bila ia datang pas ada Rio di rumah.

Ketika suatu kali, suami saya ke Jakarta karena ada urusan pekerjaan, Pak Karyo malah menawarkan diri untuk menjaga rumah. Rio, yang paling tidak selama sepakan di Jakarta, tentu saja gembira dengan tawaran itu. Dan saya pun merasa tidak punya alasan untuk menolak.

Meski sedikit kasar, tapi Pak Karyo itu suka sekali bercerita dan juga nanya-nanya. Dan karena kemudian sudah menganggapnya sebagai keluarga sendiri, saya pun tidak pula sungkan untuk berceritanya dengannya. Apalagi, keluarga saya tidak ada yang berada di Solo. Sekali waktu, saya keceplosan. Saya ceritakan soal desakan ibu mertua agar saya segera punya anak. Dan ini mendapat perhatian besar Pak Karyo. Ia antusias sekali. Matanya tampak berkilau.

“Oh ya. Ah, kalau yang itu mungkin saya bisa bantu,” katanya. Ia makin mendekat.
“Bagaimana caranya?” tanya saya bingung.
“Mudah-mudahan saya bisa bantu. Datanglah ke rumah. Saya beri obat dan sedikit diurut,” kata Pak Karyo pula.

Dengan pikiran lurus, setelah sebelumnya saya memberitahu Rio, saya pun pergi ke rumah Pak Karyo. Sore hari saya datang. Saat saya datang, ia juga masih pakai kain sarung dan singlet. Saya lihat matanya berkilat. Pak Karyo kemudian mengatakan bahwa pengobatan yang didapatkannya melalui kakeknya, dilakukan dengan pemijatan di bagian perut. Paling tidak tujuh kali pemijatan, katanya. Setelah itu baru diberi obat. Saya hanya diam.

“Sekarang saja kita mulai pengobatannya,” ujarnya seraya membawa saya masuk kamarnya. Kamarnya kecil dan pengap. Jendela kecil di samping ranjang tidak terbuka. Sementara ranjang kayu hanya beralaskan kasur yang sudah menipis.

Pak Karyo kemudian memberikan kain sarung. Ia menyuruh saya untuk membuka kulot biru tua yang saya pakai. Risih juga membuka pakaian di depan pria tua itu.

“Gantilah,” katanya ketika melihat saya masih bengong.

Inilah pertama kali saya ganti pakaian di dekat pria yang bukan suami saya. Di atas ranjang kayu itu saya disuruh berbaring.

“Maaf ya,” katanya ketika tangannya mulai menekan perut saya.

Terasa sekali jari-jari tangan yang kasar dan keras itu di perut saya. Ia menyibak bagian bawah baju. Jari tangannya menari-nari di seputar perut saya. Sesekali jari tangannya menyentuh pinggir lipatan paha saya. Saya melihat gerakannya dengan nafas tertahan. Saya berasa bersalah dengan Rio.

“Ini dilepas saja,” katanya sambil menarik CD saya. Oops! Saya kaget.
“Ya, mengganggu kalau tidak dilepas,” katanya pula.

Tanpa menunggu persetujuan saya, Par Karyo menggeser bagian atasnya. Saya merasakan bulu-bulu vagina saya tersentuh tangannya. CD saya pun merosot. Meski ingin menolak, tapi suara saya tidak keluar. Tangan saya pun terasa berat untuk menahan tangannya.

Tanpa bicara, Pak Karyo kembali melanjutkan pijatannya. Jari tangan yang kasar kembali bergerilya di bagian perut. Kedua paha saya yang masih rapat dipisahkannya. Tangannya kemudian memijati pinggiran daerah sensitif saya. Tangan itu bolak balik di sana. Sesekali tangan kasar itu menyentuh daerah klitoris saya. Saya rasa ada getaran yang menghentak-hentak. Dari mulut saya yang tertutup, terdengar hembusan nafas yang berat, Pak Karyo makin bersemangat.

“Ada yang tidak beres di bagian peranakan kamu,” katanya.

Satu tangannya berada di perut, sementara yang lainnya mengusap gundukan yang ditumbuhi sedikit bulu. Tangannya berputar-putar di selangkang saya itu. Saya merasakan ada kenikmatan di sana. Saya merasakan bibir vagina saya pun sudah basah. Kepala saya miring ke kiri dan ke kanan menahan gejolak yang tidak tertahankan.

Tangan kanan Pak Karyo makin berani. Jari-jari mulai memasuki pinggir liang vagina saya. Ia mengocok-ngocok. Kaki saya menerjang menahan gairah yang melanda. Tangan saya yang mencoba menahan tangannya malah dibawanya untuk meremas payudara saya. Meski tidak membuka BH, namun remasan tangannya mampu membuat panyudara saya mengeras.

Uh, saya tidak tahu kalau kain sarung yang saya pakai sudah merosot hingga ujung kaki. CD juga sudah tanggal. Yang saya tahu hanyalah lidah Pak Karyo sudah menjilati selangkang saya yang sudah membanjir. Terdengar suara kecipak becek yang diselingi nafas memburu Pak Karyo.

Ini permainan yang baru yang pertama kali saya rasaran. Rio, suami saya, bahkan tidak pernah menyentuh daerah pribadiku dengan mulutnya. Tapi, jilatan Pak Karyo benar-benar membuat dada saya turun naik. Kaki saya yang menerjang kemudian digumulnya dengan kuat, lalu dibawanya ke atas. Sementara kepalanya masih terbenam di selangkangan saya.

Benar-benar sensasi yang sangat mengasyikan. Dan saya pun tidak sadar kalau kemudian, tubuh saya mengeras, mengejang, lalu ada yang panas mengalir di vagina saya. Aduh, saya orgasme! Tubuh saya melemas, tulang-tulang ini terasa terlepas.

Saya lihat Pak Karyo menjilati rembesan yang mengalir dari vagina. Lalu ditelannya. Bibirnya belepotan air kenikmatan itu. Singletnya pun basah oleh keringat. Saya memejamkan mata, sambil meredakan nafas. Sungguh, permainan yang belum pernah saya alami. Pak Karyo naik ke atas ranjang.

“Kita lanjutkan,” katanya.

Saya disuruhnya telungkup. Tangannya kembali merabai punggung saya. Mulai dari pundah. Lalu terus ke bagian pinggang. Dan ketika tangan itu berada di atas pantat saya, Pak Karyo mulai melenguh. Jari tangannya turun naik di antara anus dan vagina. Berjalan dengan lambat. Ketika pas di lubang anus, jarinya berhenti dengan sedikit menekan. Wow, sangat mengasyikan. Tulang-tulang terasa mengejang. Terus terang, saya menikmatinya dengan mata terpejam.

Bila kemudian, terasa benda bulat hangat yang menusuk-nusuk di antara lipatan pantat, saya hanya bisa melenguh. Itu yang saya tunggu-tunggu. Saya rasakan benda itu sangat keras. Benar. Saat saya berbalik, saya lihat kontol Pak Karyo itu. Besar dan hitam. Tampak jelas urat-uratnya. Bulunya pun menghitam lebat.

Mulut saya sampai ternganga ketika ujung kontol Pak Karyo mulai menyentuh bibir vagina saya. Perlahan ujungnya masuk. Terasa sempit di vagina saya. Pak Karyo pun menekan dengan perlahan. Ia mengoyangnya. Bibir vagina saya seperti ikut bergoyang keluar masuk mengikuti goyangan kontol Pak Karyo yang tahan lama.

Hampir sepuluh menit Pak Karyo yang tahan lama asik dengan goyangannya. Saya pun meladeni dengan goyangan. Tubuh kami yang sudah sama-sama telanjang, basah dengan keringat. Tahan lama juga stamina Pak Karyo. Belum tampak tanda-tanda itunya akan ‘menembak’.

Padahal, saya sudah kembali merasakan ujung vagina saya memanas. Tubuh saya mengejang. Dengan sedikit sentakan, maka muncratlah. Berkali-kali. Orgasme yang kedua ini benar-benar terasa memabukkan. Liang vagina saya makin membanjir. Tubuh saya kehilangan tenaga. Saya terkapar.

Saya hanya bisa diam saja ketika Pak Karyo yang tahan lama masih menggoyang. Beberapa saat kemudian, baru itu sampai pada puncaknya. Ia menghentak dengan kuat. Kakinya menegang. Dengan makin menekan, ia pun memuntahkan seluruh spermanya di dalam vagina saya. Saya tidak kuasa menolaknya. Tubuh besar hitam itu pun ambruk diatas tubuh saya. Luar biasa tahan lama permainan polisi yang hampir pensiun itu. Apalagi dibandingkan dengan permainan Rio yang kurang tahan lama.

Baca Juga : Cerita Dewasa ABG Kunjungan Teman Lama Berujung Kenikmatan

Sejak saat itu, saya pun ketagihan dengan permainan Pak Karyo yang tahan lama. Kami masih sering melakukannya. Kalau tidak di rumahnya, kami juga nginap di hotel. Meski, kemudian Pak Karyo juga sering minta duit, saya tidak merasa membeli kepuasan syahwat kepadanya. Semua itu saya lakukan, tanpa setahu Rio.

Dan saya yakin Rio juga tidak tahu samasekali. Saya merasa berdosa padanya. Tapi, entah mengapa, saya juga butuh belaian keras Pak Karyo yang tahan lama itu. Entah sampai kapan.
Read More

Saturday, August 19, 2017

Cerita Dewasa Tante Terangsang Sekali

Cerita Dewasa Tante Terangsang Sekali


Cerita Dewasa Tante - Ditinggal mati oleh isteri di usia 39 tahun bukan hal yang menyenangkan. Namaku Ardy, berasal dari kawasan Timur Indonesia, tinggal di Surabaya. Isteriku Lia yang terpaut lima tahun dariku telah dipanggil menghadap hadirat penciptanya. Tinggal aku seorang diri dengan dua orang anak yang masih membutuhkan perhatian penuh.

Aku harus menjadi ayah sekaligus ibu bagi mereka. Bukan hal yang mudah. Sejumlah teman menyarankan untuk menikah lagi agar anak-anak memperoleh ibu baru. Anjuran yang bagus, tetapi saya tidak ingin anak-anak mendapat seorang ibu tiri yang tidak menyayangi mereka. Karena itu aku sangat hati-hati.

Kehadiran anak-anak jelas merupakan hiburan yang tak tergantikan. Anita kini berusia sepuluh tahun dan Marko adiknya berusia enam tahun. Anak-anak yang lucu dan pintar ini sangat mengisi kekosonganku. Namun kalau anak-anak lagi berkumpul bersama teman-temannya, kesepian itu senantiasa menggoda. Ketika hari telah larut malam dan anak-anak sudah tidur, kesepian itu semakin menyiksa.

Sejalan dengan itu, nafsu birahiku yang tergolong besar itu meledak-ledak butuh penyaluran. Beberapa teman mengajakku mencari wanita panggilan tetapi aku tidak berani. Resiko terkena penyakit mengendurkan niatku. Terpaksa aku bermasturbasi. Sesaat aku merasa lega, tetapi sesudah itu keinginan untuk menggeluti tubuh seorang wanita selalu muncul di kepalaku karena rasa kesepian.

Tidak terasa tiga bulan telah berlalu. Perlahan-lahan aku mulai menaruh perhatian ke wanita-wanita lain. Beberapa teman kerja di kantor yang masih lajang kelihatannya membuka peluang. Namun aku lebih suka memiliki mereka sebagai teman.

Karena itu tidak ada niat untuk membina hubungan serius. Di saat keinginan untuk menikmati tubuh seorang wanita semakin meningkat, kesempatan itu datang dengan sendirinya. Senja itu di hari Jumat, aku pulang kerja. Sepeda motorku santai saja kularikan di sepanjang Jalan Darmo. Maklum sudah mulai gelap dan aku tidak terburu-buru.

Di depan hotel Mirama kulihat seorang wanita kebingungan di samping mobilnya, Suzuki Baleno. Rupanya mogok. Kendaraan-kendaraan lain melaju lewat, tidak ada orang yang peduli. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan, tidak tahu apa yang hendak dilakukan. Rupanya mencari bantuan. Aku mendekat.

“Ada yang bisa saya bantu, Mbak?” tanyaku sopan.

Ia terkejut dan menatapku agak curiga. Saya memahaminya. Akhir-akhir ini banyak kejahatan berkedok tawaran bantuan seperti itu.

“Tak usah takut, Mbak”, kataku.”Namaku Ardy. Boleh saya lihat mesinnya?”

Walaupun agak segan ia mengucapkan terima kasih dan membuka kap mesinnya. Ternyata hanya problema penyumbatan slang bensin. Aku membetulkannya dan mesin dihidupkan lagi. Ia ingin membayar tetapi aku menolak. Kejadian itu berlalu begitu saja.

Tidak kuduga hari berikutnya aku bertemu lagi dengannya di Tunjungan Plaza. Aku sedang menemani anak-anak berjalan-jalan ketika ia menyapaku. Kuperkenalkan dia pada anak-anak. Ia tersenyum manis kepada keduanya.

“Sekali lagi terima kasih untuk bantuan kemarin sore”, katanya,”Namaku Mei. Maaf, kemarin tidak sempat berkenalan lebih lanjut.”
“Aku Ardy”, sahutku sopan.

Harus kuakui, mataku mulai mencuri-curi pandang ke seluruh tubuhnya. Wanita itu jelas turunan Cina. Kontras dengan pakaian kantor kemarin, ia sungguh menarik dalam pakaian santainya. Ia mengenakan celana jeans biru agak ketat, dipadu dengan kaos putih berlengan pendek dan leher rendah.

Pakaiannya itu jelas menampilkan keseksian tubuhnya. Buah dadanya yang ranum berukuran kira-kira 38 menonjol dengan jujurnya, dipadu oleh pinggang yang ramping. Pinggulnya bundar indah digantungi oleh dua bongkahan pantat yang besar.

“Kok bengong”, katanya tersenyum-senyum,”Ayo minum di sana”, ajaknya.

Seperti kerbau dicocok hidungnya aku menurut saja. Ia menggandeng kedua anakku mendahului. Keduanya tampak ceria dibelikan es krim, sesuatu yang tak pernah kulakukan. Kami duduk di meja terdekat sambil memperhatikan orang-orang yang lewat.

“Ibunya anak-anak nggak ikut?” tanyanya.

Aku tidak menjawab. Aku melirik ke kedua anakku, Anita dan Marko. Anita menunduk menghindari air mata.

“Ibu sudah di surga, Tante”, kata Marko polos. Ia memandangku.
“Isteriku sudah meninggal”, kataku. Hening sejenak.
“Maaf”, katanya,”Aku tidak bermaksud mencari tahu”, lanjutnya dengan rasa bersalah.

Pokok pembicaraan beralih ke anak-anak, ke sekolah, ke pekerjaan dan sebagainya. Akhirnya aku tahu kalau ia manajer cabang satu perusahaan pemasaran tekstil yang mengelola beberapa toko pakaian. Aku juga akhirnya tahu kalau ia berusia 32 tahun dan telah menjanda selama satu setengah tahun tanpa anak.

Selama pembicaraan itu sulit mataku terlepas dari bongkahan dadanya yang menonjol padat. Menariknya, sering ia menggerak-gerakkan badannya sehingga buah dadanya itu dapat lebih menonjol dan kelihatan jelas bentuknya. Beberapa kali aku menelan air liur membayangkan nikmatnya menggumuli tubuh bahenol nan seksi ini.

“Nggak berpikir menikah lagi?” tanyaku.
“Rasanya nggak ada yang mau sama aku”, sahutnya.
“Ah, Masak!” sahutku,”Aku mau kok, kalau diberi kesempatan”, lanjutku sedikit nakal dan memberanikan diri.”Kamu masih cantik dan menarik. Seksi lagi.”
“Ah, Ardy bisa aja”, katanya tersipu-sipu sambil menepuk tanganku. Tapi nampak benar ia senang dengan ucapanku.

Tidak terasa hampir dua jam kami duduk ngobrol. Akhirnya anak-anak mendesak minta pulang. Mei, wanita Cina itu, memberikan alamat rumah, nomor telepon dan HP-nya. Ketika akan beranjak meninggalkannya ia berbisik,

“Saya menunggu Ardy di rumah.”

Hatiku bersorak-sorak. Lelaki mana yang mau menolak kesempatan berada bersama wanita semanis dan seseksi Mei. Aku mengangguk sambil mengedipkan mata. Ia membalasnya dengan kedipan mata juga. Ini kesempatan emas. Apalagi sore itu Anita dan Marko akan dijemput kakek dan neneknya dan bermalam di sana.

“OK. Malam nanti aku main ke rumah”, bisikku juga, “Jam tujuh aku sudah di sana.” Ia tersenyum-senyum manis.

Sore itu sesudah anak-anak dijemput kakek dan neneknya, aku membersihkan sepeda motorku lalu mandi. Sambil mandi imajinasi seksualku mulai muncul. Bagaimana tampang Mei tanpa pakaian? Pasti indah sekali tubuhnya yang bugil. Dan pasti sangatlah nikmat menggeluti dan menyetubuhi tubuh semontok dan selembut itu.

Apalagi aku sebetulnya sudah lama ingin menikmati tubuh seorang wanita Cina. Tapi apakah ia mau menerimaku? Apalagi aku bukan orang Cina. Dari kawasan Timur Indonesia lagi. Kulitku agak gelap dengan rambut yang ikal.

Tapi.. Peduli amat. Toh ia yang mengundangku. Andaikata aku diberi kesempatan, tidak akan kusia-siakan. Kalau toh ia hanya sekedar mengungkapkan terima kasih atas pertolongaku kemarin, yah tak apalah. Aku tersenyum sendiri.

Jam tujuh lewat lima menit aku berhasil menemukan rumahnya di kawasan Margorejo itu. Rumah yang indah dan mewah untuk ukuranku, berlantai dua dengan lampu depan yang buram. Kupencet bel dua kali. Selang satu menit seorang wanita separuh baya membukakan pintu pagar. Rupanya pembantu rumah tangga.

“Pak Ardy?” ia bertanya, “Silahkan, Pak. Bu Mei menunggu di dalam”, lanjutnya lagi.

Aku mengikuti langkahnya dan dipersilahkan duduk di ruang tamu dan iapun menghilang ke dalam. Selang semenit, Mei keluar. Ia mengenakan baju dan celana santai di bawah lutut. Aku berdiri menyambutnya.

“Selamat datang ke rumahku”, katanya.

Ia mengembangkan tangannya dan aku dirangkulnya. Sebuah ciuman mendarat di pipiku. Ini ciuman pertama seorang wanita ke pipiku sejak kematian isteriku. Aku berdebaran. Ia menggandengku ke ruang tengah dan duduk di sofa yang empuk. Mulutku seakan terkunci. Beberapa saat bercakap-cakap, si pembantu rumah tangga datang menghantar minuman.

“Silahkan diminum, Pak”, katanya sopan, “Aku juga sekalian pamit, Bu”, katanya kepada Mei.
“Makan sudah siap, Bu. Saya datang lagi besok jam sepuluh.”
“Biar masuk sore aja, Bu”, kata Mei, “Aku di rumah aja besok. Datang saja jam tiga-an.”

Pembantu itu mengangguk sopan dan berlalu.

“Ayo minum. Santai aja, aku mandi dulu”, katanya sambil menepuk pahaku.

Tersenyum-senyum ia berlalu ke kamar mandi. Di saat itu kuperhatikan. Pakaian santai yang dikenakannya cukup memberikan gambaran bentuk tubuhnya. Buah dadanya yang montok itu menonjol ke depan laksana gunung. Pantatnya yang besar dan bulat berayun-ayun lembut mengikuti gerak jalannya. Pahanya padat dan mulus ditopang oleh betis yang indah.

“Santai saja, anggap di rumah sendiri”, lanjutnya sebelum menghilang ke balik pintu.

Dua puluh menit menunggu itu rasanya seperti seabad. Ketika akhirnya ia muncul, Mei membuatku terkesima. Rambutnya yang panjang sampai di punggungnya dibiarkan tergerai. Wajahnya segar dan manis. Ia mengenakan baju tidur longgar berwarna cream dipadu celana berenda berwarna serupa.

Tetapi yang membuat mataku membelalak ialah bahan pakaian itu tipis, sehingga pakaian dalamnya jelas kelihatan. BH merah kecil yang dikenakannya menutupi hanya sepertiga buah dadanya memberikan pemandangan yang indah. Celana dalam merah jelas memberikan bentuk pantatnya yang besar bergelantungan. Pemandangan yang menggairahkan ini spontan mengungkit nafsu birahiku. Kemaluanku mulai bergerak-gerak dan berdenyut-denyut.

“Aku tahu, Ardy suka”, katanya sambil duduk di sampingku, “Siang tadi di TP (Tunjungan Plaza) aku lihat mata Ardy tak pernah lepas dari buah dadaku. Tak usah khawatir, malam ini sepenuhnya milik kita.”

Ia lalu mencium pipiku. Nafasnya menderu-deru. Dalam hitungan detik mulut kami sudah lekat berpagutan. Aku merengkuh tubuh montok itu ketat ke dalam pelukanku. Tangaku mulai bergerilya di balik baju tidurnya mencari-cari buah dadanya yang montok itu. Ia menggeliat-geliat agar tanganku lebih leluasa bergerak sambil mulutnya terus menyambut permainan bibir dan lidahku. Lidahku menerobos mulutnya dan bergulat dengan lidahnya.

Tangannya pun aktif menyerobot T-shirt yang kukenakan dan meraba-raba perut dan punggungku. Membalas gerakannya itu, tangan kananku mulai merayapi pahanya yang mulus. Kunikmati kehalusan kulitnya itu. Semakin mendekati pangkal pahanya, kurasa ia membuka kakinya lebih lebar, biar tanganku lebih leluasa bergerak.

Peralahan-lahan tanganku menyentuh gundukan kemaluannya yang masih tertutup celana dalam tipis. Jariku menelikung ke balik celana dalam itu dan menyentuh bibir kemaluannya. Ia mengaduh pendek tetapi segera bungkam oleh permainan lidahku. Kurasakan badannya mulai menggeletar menahan nafsu birahi yang semakin meningkat.

Tangannyapun menerobos celana dalamku dan tangan lembut itu menggenggam batang kemaluan yang kubanggakan itu. Kemaluanku tergolong besar dan panjang. Ukuran tegang penuh kira-kira 15 cm dengan diameter sekitar 4 cm. Senjata kebanggaanku inilah yang pernah menjadi kesukaan dan kebanggaan isteriku. Aku yakin senjataku ini akan menjadi kesukaan Mei. Ia pasti akan ketagihan.

“Au.. Besarnya”, kata Mei sambil mengelus lembut kemaluanku.

Elusan lembut jari-jarinya itu membuat kemaluanku semakin mengembang dan mengeras. Aku mengerang-ngerang nikmat. Ia mulai menjilati dagu dan leherku dan sejalan dengan itu melepaskan bajuku. Segera setelah lepas bajuku bibir mungilnya itu menyentuh puting susuku. Lidahnya bergerak lincah menjilatinya.

Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa. Tangannya kembali menerobos celanaku dan menggenggam kemaluanku yang semakin berdenyut-denyut. Aku pun bergerak melepaskan pakaian tidurnya. Rasanya seperti bermimpi, seorang wanita Cina yang cantik dan seksi duduk di pahaku hanya dengan celana dalam dan BH.

“Ayo ke kamar”, bisiknya, “Kita tuntaskan di sana.”

Aku bangkit berdiri. Ia menjulurkan tangannya minta digendong. Tubuh bahenol nan seksi itu kurengkuh ke dalam pelukanku. Kuangkat tubuh itu dan ia bergayut di leherku. Lidahnya terus menerabas batang leherku membuat nafasku terengah-engah nikmat.

Buah dadanya yang sungguh montok dan lembut menempel lekat di dadaku. Masuk ke kamar tidurnya, kurebahkan tubuh itu ke ranjang yang lebar dan empuk. Aku menariknya berdiri dan mulai melepaskan BH dan celana dalamnya.

Ia membiarkan aku melakukan semua itu sambil mendesah-desah menahan nafsunya yang pasti semakin menggila. Setelah tak ada selembar benangpun yang menempel di tubuhnya, aku mundur dan memandangi tubuh telanjang bulat yang mengagumkan itu.

Kulitnya putih bersih, wajahnya bulat telur dengan mata agak sipit seperti umumnya orang Cina. Rambutnya hitam tergerai sampai di punggungnya. Buah dadanya sungguh besar namun padat dan menonjol ke depan dengan puting yang kemerah-merahan. Perutnya rata dengan lekukan pusar yang menawan.

Pahanya mulus dengan pinggul yang bundar digantungi oleh dua bongkah pantat yang besar bulat padat. Di sela paha itu kulihat gundukan hitam lebat bulu kemaluannya. Sungguh pemandangan yang indah dan menggairahkan birahi.

“Ngapain hanya lihat tok,” protesnya.

“Aku kagum akan keindahan tubuhmu”, sahutku.

“Semuanya ini milikmu”, katanya sambil merentangkan tangan dan mendekatiku.

Tubuh bugil polos itu kini melekat erat ditubuhku. Didorongnya aku ke atas ranjang empuk itu. Mulutnya segera menjelajahi seluruh dada dan perutku terus menurun ke bawah mendekati pusar dan pangkal pahaku. Tangannya lincah melepaskan celanaku. Celana dalamku segera dipelorotnya.

Kemaluanku yang sudah tegang itu mencuat keluar dan berdiri tegak. Tiba-tiba mulutnya menangkap batang kemaluanku itu. Kurasakan sensai yang luar biasa ketika lidahnya lincah memutar-mutar kemaluanku dalam mulutnya. Aku mengerang-ngerang nikmat menahan semua sensasi gila itu.

Puas mempermainkan kemaluanku dengan mulutnya ia melepaskan diri dan merebahkan diri di sampingku. Aku menelentangkannya dan mulutku mulai beraksi. Kuserga buah dada kanannya sembari tangan kananku meremas-remas buah dada kirinya. Bibirku mengulum puting buah dadanya yang mengeras itu.

Buah dadanya juga mengeras diiringi deburan jantungnya. Puas buah dada kanan mulutku beralih ke buah dada kiri. Lalu perlahan tetapi pasti aku menuruni perutnya. Ia menggelinjang-linjang menahan desakan birahi yang semakin menggila. Aku menjilati perutnya yang rata dan menjulurkan lidahku ke pusarnya.

“Auu..” erangnya, “Oh.. Oh.. Oh..” jeritnya semakin keras.

Mulutku semakin mendekati pangkal pahanya. Perlahan-lahan pahanya yang mulus padat itu membuka, menampakkan lubang surgawinya yang telah merekah dan basah. Rambut hitam lebat melingkupi lubang yang kemerah-merahan itu. Kudekatkan mulutku ke lubang itu dan perlahan lidahku menyuruk ke dalam lubang yang telah basah membanjir itu.

Ia menjerit dan spontan duduk sambil menekan kepalaku sehingga lidahku lebih dalam terbenam. Tubuhnya menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan. Pantatnya menggeletar hebat sedang pahanya semakin lebar membuka.

“Aaa.. Auu.. Ooo..”, jeritnya keras.

Aku tahu tidak ada sesuatu pun yang bakalan menghalangiku menikmati dan menyetubuhi si canting bahenon nan seksi ini. Tapi aku tak ingin menikmatinya sebagai orang rakus. Sedikit demi sedikit tetapi sangat nikmat. Aku terus mempermainkan klitorisnya dengan lidahku.

Tiba-tiba ia menghentakkan pantatnya ke atas dan memegang kepalaku erat-erat. Ia melolong keras. Pada saat itu kurasakan banjir cairan vaginanya. Ia sudah mencapai orgasme yang pertama. Aku berhenti sejenak membiarkan ia menikmatinya. Sesudah itu mulailah aku menjelajahi kembali bagian tersensitif dari tubuhnya itu.

Kembali erangan suaranya terdengar tanda birahinya mulai menaik lagi. Tangannya terjulur mencari-cari batang kejantananku. Kemaluanku telah tegak sekeras beton. Ia meremasnya. Aku menjerit kecil, karena nafsuku pun sudah diubun-ubun butuh penyelesaian.

Kudorong tubuh bahenon nan seksi itu rebah ke kasur empuk. Perlahan-lahan aku bergerak ke atasnya. Ia membuka pahanya lebar-lebar siap menerima penetrasi kemaluanku. Kepalanya bergerak-gerak di atas rambutnya yang terserak.

Mulutnya terus menggumam tidak jelas. Matanya terpejam. Kuturunkan pantatku. Batang kemaluanku berkilat-kilat dan memerah kepalanya siap menjalankan tugasnya. Kuusap-usapkan kemaluanku di bibir kemaluannya. Ia semakin menggelinjang seperti kepinding.

“Cepat.. Cepat.. Aku sudah nggak tahan!” jeritnya.

Kuturunkan pantatku perlahan-lahan. Dan.. BLESS!

Kemaluanku menerobos liang senggamanya diiringi jeritannya membelah malam. Tetangga sebelah mungkin bisa mendengar lolongannya itu. Aku berhenti sebentar membiarkan dia menikmatinya. Lalu kutekan lagi pantatku sehingga kemaluanku yang panjang dan besar itu menerobos ke dalam dan terbenam sepenuhnya dalam liang surgawi miliknya.

Ia menghentak-hentakkan pantatnya ke atas agar lebih dalam menerima diriku. Sejenak aku diam menikmati sensasi yang luar biasa ini. Lalu perlahan-lahan aku mulai menggerakkan kemaluanku. Balasannya juga luar biasa.

Dinding-dinding lubang kemaluannya berusaha menggenggam batang kemaluanku. Rasanya seberti digigit-gigit. Pantatnya yang bulat besar itu diputar-putar untuk memperbesar rasa nikmat. Buah dadanya tergoncang-goncang seirama dengan genjotanku di kemaluannya.

Matanya terpejam dan bibirnya terbuka, berdesis-desis mulutnya menahankan rasa nikmat. Desisan itu berubah menjadi erangan kemudian jeritan panjang terlontar membelah udara malam. Kubungkam jeritannya dengan mulutku. Lidahku bertemu lidahnya. Sementara di bawah sana kemaluanku leluasa bertarung dengan kemaluannya, di sini lidahku pun leluasa bertarung dengan lidahnya.

“OH..”, erangnya, “Lebih keras sayang, lebih keras lagi.. Lebih keras.. Oooaah!”

Tangannya melingkar merangkulku ketat. Kuku-kukunya membenam di punggungku. Pahanya semakin lebar mengangkang. Terdengar bunyi kecipak lendir kemaluannya seirama dengan gerakan pantatku. Di saat itulah kurasakan gejala ledakan magma di batang kemaluanku. Sebentar lagu aku akan orgasme.

“Aku mau keluar, Mei”, bisikku di sela-sela nafasku memburu.

“Aku juga”, sahutnya, “Di dalam sayang. Keluarkan di dalam. Aku ingin kamu di dalam.”

Kupercepat gerakan pantatku. Keringatku mengalir dan menyatu dengan keringatnya. Bibirku kutekan ke bibirnya. Kedua tanganku mencengkam kedua buah dadanya. Diiringi geraman keras kuhentakkan pantatku dan kemaluanku membenam sedalam-dalamnya. Spermaku memancar deras. Ia pun melolong panjang dan menghentakkan pantatnya ke atas menerima diriku sedalam-dalamnya.

Kedua pahanya naik dan membelit pantatku. Ia pun mencapai puncaknya. Kemaluanku berdenyut-denyut memuntahkan spermaku ke dalam rahimnya. Inilah orgasmeku yang pertama di dalam kemaluan seorang wanita sejak kematian isteriku. Dan ternyata wanita itu adalah Mei yang cantik bahenol dan seksi.

Sekitar sepuluh menit kami diam membatu mereguk semua detik kenikmatan itu. Lalu perlahan-lahan aku mengangkat tubuhku. Aku memandangi wajahnya yang berbinar karena birahinya telah terpuaskan. Ia tersenyum dan membelai wajahku.

“Ardy, kamu hebat sekali, sayang”, katanya, “Sudah lebih dari setahun aku tidak merasakan lagi kejantanan lelaki seperti ini.”

“Mei juga luar biasa”, sahutku, “Aku sungguh puas dan bangga bisa menikmati tubuhmu yang menawan ini. Mei tidak menyesal bersetubuh denganku?”

“Tidak”, katanya, “Aku malah berbangga bisa menjadi wanita pertama sesudah kematian isterimu. Mau kan kamu memuaskan aku lagi nanti?”

“Tentu saja mau”, kataku, “Bodoh kalau nolak rejeki ini.” Ia tertawa.

“Kalau kamu lagi pingin, telepon saja aku,” lanjutnya, “Tapi kalau aku yang pingin, boleh kan aku nelpon?”

“Tentu.. Tentu..”, balasku cepat.

“Mulai sekarang kamu bisa menyetubuhi aku kapan saja. Tinggal kabarkan”, katanya.

Baca Juga : Cerita Dewasa Tante Minta Kenikmatan Kepadaku

Hatiku bersorak ria. Aku mencabut kemaluanku dan rebah di sampingnya. Kurang lebih setengah jam kami berbaring berdampingan. Ia lalu mengajakku mandi. Lapar katanya dan pingin makan. Malam itu hingga hari Minggu siang sungguh tidak terlupakan. Kami terus berpacu dalam birahi untuk memuaskan nafsu.

Aku menyetubuhinya di sofa, di meja makan, di dapur, di kamar mandi dalam berbagai posisi. Di atas, di bawah, dari belakang. Pendek kata hari itu adalah hari penuh kenikmatan birahi. Dapat ditebak, pertemuan pertama itu berlanjut dengan aneka pertemuan lain. Kadang-kadang kami mencari hotel tetapi terbanyak di rumahnya.

Sesekali ia mampir ke tempatku kalau anak-anak lagi mengunjungi kakek dan neneknya. Pertemuan-pertemuan kami selalu diisi dengan permainan birahi yang panas dan menggairahkan.
Read More

Wednesday, August 16, 2017

Cerita Mesum Setubuhi Mertua Saat Tidur Diranjang Sempit

Cerita Mesum Setubuhi Mertua Saat Tidur Diranjang Sempit


Cerita Mesum - Saat itu Kejadian nya Aku Sedang di Rumah. Kebetulan Ada Mertuaku, Dia adalah seorang janda dengan kulit yang putih, cantik, lembut, dan berwajah keibu ibuan, dia selalu mengenakan kebaya jika keluar rumah. Dan mengenakan daster panjang bila didalam rumah, dan rambutnya dikonde keatas sehingga menampakkan kulit lehernya yang putih jenjang.

Sebenarnya semenjak aku masih pacaran dengan anaknya, aku sudah jatuh cinta padanya Aku sering bercengkerama dengannya walaupun aku tahu hari itu pacarku kuliah. Diapun sangat baik padaku, dan aku diperlakukan sama dengan anak anaknya yang lain.

Bahkan tidak jarang bila aku kecapaian, dia memijat punggungku. Setelah aku kawin dengan anaknya dan memboyong istriku kerumah kontrakanku, mertuaku rajin menengokku dan tidak jarang pula menginap satu atau dua malam. Karena rumahku hanya mempunyai satu kamar tidur, maka jika mertuaku menginap, kami terpaksa tidur bertiga dalam satu ranjang. Biasanya Ibu mertua tidur dekat tembok, kemudian istri ditengah dan aku dipinggir.

Sambil tiduran kami biasanya ngobrol sampai tengah malam, dan tidak jarang pula ketika ngobrol tanganku bergerilya ketubuh istriku dari bawah selimut, dan istriku selalu mendiamkannya. Bahkan pernah suatu kali ketika kuperkirakan mertuaku sudah tidur, kami diam diam melakukan persetubuhan dengan istriku membelakangiku dengan posisi agak miring, kami melakukankannya dengan sangat hati hati dan suasana tegang. Beberapa kali aku tepaksa menghentikan kocokanku karena takut membangunkan mertuaku. Tapi akhirnya kami dapat mengakhirinya dengan baik aku dan istriku terpuaskan walaupun tanpa rintihan dan desahan istriku.

Cerita Sex Akibat Ranjang Sempit Suatu malam meruaku kembali menginap dirumahku, seperti biasa jam 21.00 kami sudah dikamar tidur bertiga, sambil menonton TV yang kami taruh didepan tempat tidur. Yang tidak biasa adalah istriku minta ia diposisi pinggir, dengan alasan dia masih mondar mandir kedapur. Sehingga terpaksa aku menggeser ke ditengah walaupun sebenarnya aku risih, tetapi karena mungkin telalu capai, aku segera tidur terlebih dahulu.

Aku terjaga pukul 2.00 malam, layar TV sudah mati. ditengah samar samar lampu tidur kulihat istriku tidur dengan pulasnya membelakangiku, sedangkan disebelah kiri mertuaku mendengkur halus membelakangiku pula.

Hatiku berdesir ketika kulihat leher putih mulus mertuaku hanya beberapa senti didepan bibirku, makin lama tatapan mataku mejelajahi tubuhnya, birahiku merayap melihat wanita berumur yang lembut tergolek tanpa daya disebelahku.. Dengan berdebar debar kugeser tubuhku kearahnya sehingga lenganku menempel pada punggungnya sedangkan telapak tanganku menempel di bokong, kudiamkan sejenak sambil menunggu reaksinya.

Tidak ada reaksi, dengkur halusnya masih teratur, keberanikan diriku bertindak lebih jauh, kuelus bokong yang masih tertutup daster, perlahan sekali, kurasakan birahiku meningkat cepat. Penisku mulai berdiri dan hati hati kumiringkan tubuhku menghadap mertuaku. Cerita Sex Dewasa Akibat Ranjang Sempit – Kutarik daster dengan perlahan lahan keatas sehingga pahanya yang putih mulus dapat kusentuh langsung dengan telapak tanganku.

Tanganku mengelus perlahan kulit yang mulus dan licin, pahanya keatas lagi pinggulnya, kemudian kembali kepahanya lagi, kunikmati sentuhan jariku inci demi inci, bahkan aku sudah berani meremas bokongnya yang sudah agak kendor dan masih terbungkus CD. Tiba tiba aku dikejutkan oleh gerakan mengedut pada bokongnya sekali, dan pada saat yang sama dengkurnya berhenti. Aku ketakutan, kutarik tanganku, dan aku pura pura tidur, kulirik mertuaku tidak merubah posisi tidurnya dan kelihatannya dia masih tidur.

Kulirik istriku, dia masih membelakangiku, Penisku sudah sangat tegang dan nafsu birahiku sudah tinggi sekali, dan itu mengurangi akal sehatku dan pada saat yang sama meningkatkan keberanianku. Cerita Sex Akibat Ranjang Sempit Setelah satu menit berlalu situasi kembali normal, kuangkat sarungku sehingga burungku yang berdiri tegak dan mengkilat menjadi bebas, kurapatkan tubuh bagian bawahku kebokong mertuaku sehingga ujung penisku menempel pada pangkal pahanya yang tertutup CD. Kenikmatan mulai menjalar dalam penisku, aku makin berani, kuselipkan ujung penisku di jepitan pangkal pahanya sambil kudorong sedikit sedikit, sehingga kepala penisku kini terjepit penuh dipangkal pahanya, rasa penisku enak sekali, apalagi ketika mertuaku mengeser kakinya sedikit, entah disengaja entah tidak. Tanpa meninggalkan kewaspadaan mengamati gerak gerik istri, kurangkul tubuh mertuaku dan kuselipkan tanganku untuk meremas buah dadanya dari luar daster tanpa BH. Cukup lama aku melakukan remasan remasan lembut dan menggesekan gesekkan penisku dijepitan paha belakangnya. Aku tidak tahu pasti apakah mertuaku masih terlelap tidur atau tidak tapi yang pasti kurasakan puting dibalik dasternya terasa mengeras.

Dan kini kusadari bahwa dengkur halus dari mertuaku sudah hilang.., kalau begitu..pasti ibuku mertuaku sudah terjaga..? Kenapa diam saja? kenapa dia tidak memukul atau menendangku, atau dia kasihan kepadaku? atau dia menikmati..? Oh.. aku makin terangsang. Tak puas dengan buah dadanya, tanganku mulai pindah keperutnya dan turun keselangkangannya, tetapi posisinya yang menyebabkan tangan kananku tak bisa menjangkau daerah sensitifnya. Tiba tiba ia bergerak, tangannya memegang tanganku, kembali aku pura pura tidur tanpa merrubah posisiku sambil berdebar debar menanti reaksinya. Dari sudut mataku kulihat dia menoleh kepadaku, diangkatnya tanganku dengan lembut dan disingkirkannya dari tubuhnya, dan ketika itupun dia sudah mengetahui bahwa dasternya sudah tersingkap sementara ujung penisku yang sudah mengeras terjepit diantara pahanya.

Jantungku rasanya berhenti menunggu reaksinya lebih jauh. Dia melihatku sekali lagi, terlihat samar samar tidak tampak kemarahan dalam wajahnya, dan ini sangat melegakanku . Dan yang lebih mengejutkanku adalah dia tidak menggeser bokongnya menjauhi tubuhku, tidak menyingkirkan penisku dari jepitan pahanya dan apalagi membetulkan dasternya.

Dia kembali memunggungiku meneruskan tidurnya, aku makin yakin bahwa sebelumnya mertuaku menikmati remasanku di payudaranya, hal ini menyebabkan aku berani untuk mengulang perbuatanku untuk memeluk dan meremas buah dadanya. Tidak ada penolakan ketika tanganku menyelusup dan memutar mutar secara lembut langsung keputing teteknya melalui kancing depan dasternya yang telah kulepas. Walaupun mertuaku berpura pura tidur dan bersikap pasif, tapi aku dengar nafasnya sudah memburu.

Cukup lama kumainkan susunya sambil kusodokkan kemaluanku diantara jepitan pahanya pelan pelan, namun karena pahanya kering, aku tidak mendapat kenikmatan yang memadai, Kuangkat pelan pelan pahanya dengan tanganku, agar aku penisku terjepit dalam pahanya dengan lebih sempurna, namun dia justru membalikkan badannya menjadi terlentang, sehingga tangannya yang berada disebelah tangannya hampir menyetuh penisku, bersamaan dengan itu tangan kirinya mencari selimutnya menutupi tubuhnya. Kutengok istri yang berada dibelakangku, dia terlihat masih nyenyak tidurnya dan tidak menyadari bahwa sesuatu sedang terjadi diranjangnya. Kusingkap dasternya yang berada dibawah selimut, dan tanganku merayap kebawah CDnya. Dan kurasakan vaginanya yang hangat dan berbulu halus itu sudah basah. Jari tanganku mulai mengelus, mengocok dan meremas kemaluan mertuaku. Nafasnya makin memburu sementara dia terlihat berusaha untuk menahan gerakan pinggulnya, yang kadang kadang terangkat, kadang mengeser kekiri kanan sedikit. Kunikmati wajahnya yang tegang sambil sekali kali menggigit bibirnya.



Hampir saja aku tak bisa menahan nafsu untuk mencium bibirnya, tapi aku segera sadar bahwa itu akan menimbulkan gerakan yang dapat membangunkan istriku. Setelah beberapa saat tangan kanannya masih pasif, maka kubimbing tangannya untuk mengelus elus penisku, walaupun agak alot akhirnya dia mau mengelus penisku, meremas bahkan mengocoknya. Agak lama kami saling meremas, mengelus, mengocok dan makin lama cepat, sampai kurasakan dia sudah mendekati puncaknya, mertuakan membuka matanya, dipandanginya wajahku erat erat, kerut dahinya menegang dan beberapa detik kemudian dia menghentakkan kepalanya menengadah kebelakang. Tangan kirinya mencengkeram dan menekan tanganku yang sedang mengocok lobang kemaluannya. Kurasakan semprotan cairan di pangkal telapak tanganku. Mertuaku mencapai puncak kenikmatan, dia telah orgasme. Dan pada waktu hampir yang bersamaan air maniku menyemprot kepahanya dan membasahi telapak tangannya. Kenikmatan yang luar biasa kudapatkan malam ini, kejadianya begitu saja terjadi tanpa rencana bahkan sebelumnya membayangkanpun aku tidak berani.

Sejak kejadian itu, sudah sebulan lebih mertuaku tidak pernah menginap dirumahku, walaupun komunikasi dengan istriku masih lancar melalui telpon. Istriku tidak curiga apa apa tetapi aku sendiri merasa rindu, aku terobsesi untuk melakukannya lebih jauh lagi. Kucoba beberapa kali kutelepon, tetapi selalu tidak mau menerima. Akhirnya setelah kupertimbangkan maka kuputuskan aku harus menemuinya. Hari itu aku sengaja masuk kantor separo hari, dan aku berniat menemuinya dirumahnya, sesampai dirumahnya kulihat tokonya sepi pengunjung, hanya dua orang penjaga tokonya terlihar asik sedang ngobrol. Tokonya terletak beberapa meter dari rumah induk yang cukup besar dan luas. Aku langsung masuk kerumah mertuaku setelah basa basi dengan penjaga tokonya yang kukenal dengan baik. Aku disambut dengan ramah oleh mertuaku, seolah olah tidak pernah terjadi sesuatu apa apa, antara kami berdua, padahal sikapku sangat kikuk dan salah tingkah. “Tumben tumbenan mampir kesini pada jam kantor?” “Ya Bu, soalnya Ibu nggak pernah kesana lagi sih” Mertuaku hanya tertawa mendengarkan jawabanku “Ton.

Ibu takut ah.. wong kamu kalau tidur tangannya kemana mana.., Untung istrimu nggak lihat, kalau dia lihat.. wah.. bisa berabe semua nantinya..” “Kalau nggak ada Sri gimana Bu..?” tanyaku lebih berani. “Ah kamu ada ada saja, Memangnya Sri masih kurang ngasinya, koq masih minta nambah sama ibunya.” “Soalnya ibunya sama cantiknya dengan anaknya” gombalku. “Sudahlah, kamu makan saja dulu nanti kalau mau istirahat, kamar depan bisa dipakai, kebetulan tadi masak pepes” selesai berkata ibuku masuk ke kamarnya. Aku bimbang, makan dulu atau menyusul mertua kekamar. Ternyata nafsuku mengalahkan rasa lapar, aku langsung menyusul masuk kekamar, tetapi bukan dikamar depan seperti perintahnya melainkan kekamar tidur mertuaku.

Pelan pelan kubuka pintu kamarnya yang tidak terkunci, kulihat dia baru saja merebahkan badannya dikasur, dan matanya menatapku, tidak mengundangku tapi juga tidak ada penolakan dari tatapannya. Aku segera naik keranjang dan perlahan lahan kupeluk tubuhnya yang gemulai, dan kutempelkan bibirku penuh kelembutan. Mertuaku menatapku sejenak sebelum akhirnya memejamkan matanya menikmati ciuman lembutku. Kami berciuman cukup lama, dan saling meraba dan dalam sekejap kami sudah tidak berpakaian, dan nafas kami saling memburu. Sejauh ini mertuaku hanya mengelus punggung dan kepalaku saja, sementara tanganku sudah mengelus paha bagian dalam. Ketika jariku mulai menyentuh vaginanya yang tipis dan berbulu halus, dia sengaja membuka pahanya lebar lebar, hanya sebentar jariku meraba kemaluanya yang sudah sangat basah itu, segera kulepas ciumanku dan kuarahkan mulutku ke vagina merona basah itu. Pada awalnya dia menolak dan menutup pahanya erat erat. “Emoh.. Ah nganggo tangan wae, saru ah.. risih..” namun aku tak menghiraukan kata katanya dan aku setengah memaksa, akhirnya dia mengalah dan membiarkan aku menikmati sajian yang sangat mempesona itu, kadang kadang kujilati klitorisnya, kadang kusedot sedot, bahkan kujepit itil mertuaku dengan bibirku lalu kutarik tarik keluar.

“Terus nak Ton.., Enak banget.. oh.. Ibu wis suwe ora ngrasakke penak koyo ngene sstt” Mertuaku sudah merintih rintih dengan suara halus, sementara sambil membuka lebar pahanya, pinggulnya sering diangkat dan diputar putar halus. Tangan kiriku yang meremas remas buah dadanya, kini jariku sudah masuk kedalam mulutnya untuk disedot sedot. Ketika kulihat mertuaku sudah mendekati klimax, maka kuhentikan jilatanku dimemeknya, kusodorkan kontolku kemulutnya, tapi dia membuang muka kekiri dan kekanan, mati matian tidak mau mengisap penisku.

Dan akupun tidak mau memaksakan kehendak, kembali kucium bibirnya, kutindih tubuhnya dan kudekap erat erat, kubuka leber lebar pahanya dan kuarahkan ujung penisku yang mengkilat dibibr vaginanya. Mertuaku sudah tanpa daya dalam pelukanku, kumainkan penisku dibibir kemaluannya yang sudah basah, kumasukkan kepala penis, kukocok kocok sedikt, kemudian kutarik lagi beberapa kali kulakukan. “Enak Bu?” “He eh, dikocok koyo ngono tempikku keri, wis cukup Ton, manukmu blesekno sin jero..” “Sekedap malih Bu, taksih eco ngaten, keri sekedik sekedik” “Wis wis, aku wis ora tahan meneh, blesekno sih jero meneh Ton oohh.. ssttss.. Ibu wis ora tahan meneh, aduh enak banget tempikku” sambil berkata begitu diangkatnya tinggi tinggi bokongnya, bersamaan dengan itu kumasukkan kontolku makin kedalam memeknya sampai kepangkalnya, kutekan kontolku dalam dalam, sementara Ibu mertuaku berusaha memutar mutar pinggulnya, kukocokkan penisku dengan irama yang tetap, sementara tubuhnya rapat kudekap, bibirku menempel dipipinya, kadang kujilat lehernya, ekspresi wajahnya berganti ganti.

Rupanya Ibu anak sama saja, jika sedang menikmati sex mulutnya tidak bisa diam, dari kata jorok sampai rintihan bahkan mendekati tangisan. Ketika rintihannya mulai mengeras dan wajahnya sudah diangkat keatas aku segera tahu bahwa mertua akan segera orgasme, kukocok kontolku makin cepat. “Ton..aduh aduh.. Tempikku senut senut, ssttss.. Heeh kontolmu gede, enak banget.. Ton aku meh metu.. oohh.. Aku wis metu..oohh.” Mertuaku menjerit cukup keras dan bersamaan dengan itu aku merasakan semprotan cairan dalam vaginanya.

Baca Juga : Kisah Bokep Ketahuan Oleh Calon Mertua

Tubuhnya lemas dalam dekapanku, kubiarkan beberapa menit untuk menikmati sisa sisa orgasmenya sementara aku sendiri dalam posisi nanggung. Kucabut penisku yang basah kuyup oleh lendirnya memeknya, dan kusodorkan ke mulutnya, tapi dia tetap menolak namun dia menggegam penisku untuk dikocok didepan wajahnya. Ketika kocokkannya makin cepat, aku tidak tahan lagi dan muncratlah lahar maniku kewajahnya. Siang itu aku sangat puas demikian juga mertuaku, bahkan sebelum pulang aku sempat melakukannya lagi, ronde kedua ini mertuaku bisa mengimbangi permainanku, dan kami bermain cukup lama dan kami bisa sampai mencapai orgasme pada saat yang sama.
Read More

Cerita Dewasa Melayani Nafsu Birahi Pembantuku

Cerita Dewasa Melayani Nafsu Birahi Pembantuku


Cerita Dewasa Pembantu - Saat itu sy masih duduk dibangku kelas 2 SMU. Saat itu sy jg belum mengenal tentang sex. Meski cukup sering menonton film bokep, namun utk urusan sex sy akui sy masih canggung.

Tak seperti teman-teman SMA yg lainnya sy cukup tertutup utk urusan sex, film bokep dan hal sensitif lainnya termasuk masturbasi. Jika teman sy blak-blakan pernah melakukan masturbasi, berbeda dgn sy yg cenderung tdk mau mengakui pernah melakukannya.

Jujur saja, meski cukup tertutup, libido sy cukup tinggi. Jika menonton film bokep tangan sy sdh gatal utk mengocok k0ntol sy hingga orgasme. Alhasil jika libido sedang meninggi, sy bisa melakukan onani tuju kali dlm seminggu atau dua kali dlm sehari.

Begitulah kehidupan sex pribadi sy. Meski belum pernah melakukannya dgn lawan jenis, sy cukup senang meski hanya dgn onani. Mungkin karena sy cukup pemalu utk mendekati wanita dan tdk begitu berani utk bercerita tentang kehidupan pribadi sy yg satu ini. Hingga suatu saat peristiwa yg tak pernah sy lupakan seumur hidup sy itu terjadi.

Cerita sex ini bermula dari percakapan diruang tamu yg sy dengar. Saat itu ayah sy sedang mengobrol dgn ibu sy dan seseorang yg menelepon ayah sy pada waktu itu. Terdengar dari suara penelepon, sepertinya itu adalah seorang wanita. Hingga selesai mendengarkan, akhirnya sy bisa mendapatkan kesimpulan bahwa yg menelpon tadi adalah bibiku sendiri. Bibiku ini adalah adik dari ayah. Ia menelepon karena tak sedang kebingungan mencari tempat tinggal pasca menceraikan suaminya.

Sedikit bercerita, bibi sy ini menikah dgn duda yg usianya terpaut cukup jauh. Saat itu, bibi sy menikah muda dan suaminya berusia 35 tahunan. Mungkin terpaut 10-15 tahunan. Bibiku menceraikannya mungkin karena faktor ekonomi yg menghimpit mereka berdua.

Setelah memiliki momongan dan ditambah bangkrutnya usaha sang suami dan hutang yg harus dibayar, kebutuhan sehari-hari mereka menjadi semakin bertambah. Akhirnya bibi sy memutuskan utk berpisah utk selama-lamanya. Memang sih, bibi sy ini terkesan matre soal duit. Soalnya setelah resmi bercerai ia digosipkan memiliki hubungan dgn beberapa pengusaha.

Setelah berpetualang dgn beberapa pria, dan tinggal kesana kemari, kadang dirumah temannya, kadang dirumah saudaranya, mungkin ia merasa lelah dgn pencarian cintanya yg kandas hingga meminta pertolongan kepada ayah sy. Akhirnya ia di izinkan utk tinggal bersama kami setelah ada kesepakatan dgn ibu dan anak-anaknya termasuk sy.

Karena saat itu kakak-kakak sy jg sedang sibuk diluar kota utk kuliah dan yg lainnya memang sdh berkeluarga. Ayah sy jg meminta anaknya yg berusia 7 tahun utk ikut tinggal bersama kami, tetp si anak tersebut hanya ingin tinggal bersama ayah kandungnya.

Setelah tinggal bersama, tak ada hal aneh ataupun fikiran kotor yg terlintas dibenak sy. Semuanya berjalan normal-normal saja. Si bibi jg tampak kerasan tinggal bersama kami. Ia tidur bersebelahan dgn kamar sy diruang depan. Hingga akhirnya kejadian itu terjadi. Saat itu, tanggal 23 mei 2010, tepatnya malam hari sekitar pukul 01.00, sy keluar kamar utk pergi ke toilet yg terletak didapur.

Saat hendak kembali ke kamar, sy mendengar bunyi ck,ck,ck,ck,ck seperti air yg dikocok dibarengi dgn desahan lembut seorang wanita. Setelah mencari sumber suara tersebut, ternyata suara tersebut semakin jelas ketika sy menempelkan telinga sy ke celah-celah pintu kamar bibi. Saat itu sy berfikir apa yg dilakukan bibi malam-malam begini? Hingga terbesit dlm hati apakah si bibi sedang masturbasi?

Malam itu sy begitu penasaran hingga ingin sekali rasanya utk membuka kamar bibi atau mendengarkan suara desahannya. Akan tetp sy masih ragu utk melakukannya karena takut akan ketahuan. Akhirnya sy memutuskan utk pergi tidur dan melupakan kejadian tersebut hingga esok pagi.

Paginya sy berpura-pura seperti tak ada kejadian aneh yg terjadi semalam. Si bibi jg tampaknya tak menyadari jika sy sempat mendengarkan desahannya semalam. Hingga sy pergi sekolah dan kembali pulang kerumah. Kebetulan dihari itu ibu dan ayah sy pergi berjualan dan hanya ada si bibi saja yg berada dirumah.

Setelah sampai dirumah, ternyata keadaan cukup sepi, pintu depan tdk dikunci hanya pagar luarnya saja uang ditutup. Sy masuk seperti biasanya tanpa mengucapkan salam atau ucapan telah pulang sehingga orang rumah biasanya tdk mengetahui kedatangan sy kerumah. Setelah membuka sepatu, sy langsung menuju kamar sy yg melewati pintu kamar bibi. Ketika hendak memegang gagang pintu, sy kembali mendengar suara desahan dan ricikan air seperti semalam.

Pikiran kotor sy saat itu langsung hadir dan membayangkan si bibi tengah masturbasi. K0ntol sy yg semula anteng didlm celana, seperinya sdh mulai berontak. Namun utk mengobati rasa pensaran, sy harus berpikir utk mencari cara atau alasan utk bisa masuk kedlm kamar bibi sy.

Akhirnya sy memutuskan utk mengganti pakaian sy terlebih dahulu sembari mencari ide utk bisa masuk ke kamar bibi. Setelah berfikir beberapa saat akhirnya sy menemukan ide. Sy berpura-pura masuk utk mencari gunting kuku yg ada di dlm kamar bibi, karena memang sebagian kelengkapan dandan ibu sy ada dikamar bibi sy tersebut. Dgn jantung yg berdebar-debar akhirnya sy beranikan utk menerbos masuk ke kamar bibi sy tersebut dgn harapan pintunya tdk dikunci.

Dgn rasa pensaran dan libido yg sdh cukup tinggi, sy beranikan diri membuka pintu yg ternyata tdk dikunci tersebut. Setelah berhasil membuka pintu sy dikejutkan oleh pose bibi yg sedang mengocok vaginanya dgn posisi menungging dan tangan satunya yg meremas payudaranya. Sontak saja si bibi kaget dan menutupi payudara dan vaginanya yg sdh tampak basah tersebut.

“mm..maaf bi, sy mau cari gunting kuku..” kataku.

Setelah mengetahui keadaan si bibi, sy langsung menutup pintu kembali dgn muka tersipu malu. Akhirnya apa yg sy duga ternyata benar, si bibi sedang bermasturbasi. Melihat kejadian tersebut sy segera menuju kamar mandi karena tak tahan jg melihat kejadian itu yg membuat k0ntol sy ingin memuntahkan spermanya.

Setelah selesai dgn “hajat” sy, sy kembali menuju kamar utk menonton tv dan melupakan kejadian tersebut. Akan tetp pintu kamar si bibi terlihat terbuka. Saat melintas di depannya, sy melihat bibi tengah menangis tersedu-sedu sehingga rasa tak tega menghampiriku. Sy menghampirinya dan kemudian bertanya,



“Bibi kenapa menangis?”. Ia masih saja menangis. Kucoba utk bertanya sekali lagi,
“Bi.. yg tadi ngg akan sy ceritain ke ibu sama ke ayah kok. tenang saja..”
“Kamu janji?” jawabnya.
“Iyaa bi, tenang saja..” timpalku utk meyakinkannya.

Kami berada pada percakapan yg cukup intim hingga akhirnya sy ketahui ternyata si bibi punya nafsu birahi yg cukup besar. Perceraian dgn suaminya jg diakuinya bukan hanya soal ekonomi saja, namun masalah kebutuhan biologisnya. Si suami yg sdh cukup berumur, sdh tak mampu lagi mampu memenuhi kebutuhan batiniyahnya. Pada pertengahan percakapan si bibi berceloteh,

“Kamu masih kecil, tp cukup dewasa jg ya menyikapi hal beginian”.
“heuheu, luarnya saja yg kecil bi, dalemnya sih gede..” candaku. percakapan sdh mulai santai dan mencair hingga menjurus ke pornografi.

Diketahui jg, si bibi jg pernah melakukan hubungan intim dgn salah seorang pacarnya pasca bercerai, namun itupun hanya sekali-kalinya saja. Dan kini, disaat libidonya sedang tinggi-tingginya ia bingung harus bagaimana utk menyalurkan hasratnya tersebut.

Dgn percakapan yg menjurus ke pornografi, sy akui birahi sy jg mulai naik, apalagi sy masih teringat dgn bokong dan vagina bibi yg basah tersebut. Sy beranikan utk semakin mendekat ke bibi, berusaha merangkulnya dan akhirnya si bibi memeluk badan sy. Pikiran sy saat itu hanya memikirkan bagaimana sy memulainya utk bisa menikmati tubuh bibi yg lumayan montok tersebut.

Payudaranya jg sy akui cukup besar, mungkin tangan sy sedikit kewalahan utk bisa meremas payudaranya secara keseluruhan. Setelah birahi mencapai ubun-ubun, sy beranikan utk mencium keningnya, sambil sesekali memuji keindahan tubuhnya. Si bibi hanya tersenyum saja sy perlakukan seperti itu.

Kemudian sy beranjak utk menciumi pipi, telinga, leher hingga akhirnya kami berciuman begitu romantis. Sy sempat kewalahan mengimbangi ciuman bibi yg sesekali menyedot bibir sy. Mungkin karena libidonya sdh mulai naik kembali. Tak lupa jg ketika sedang asyik berciuman, tangan sy aktip bergerilya meremas kedua gunung kembarnya yg masih dibalut kaos dan branya.

Setelah puas berciuman, si bibi segera membuka kaos dan branya. Sy bisa melihat dgn jelas puting payudaranya yg coklat kehitaman yg kontras dgn warna kulit payudaranya yg putih. Ia menuntun kepala sy utk mengecup payudaranya dan kemudian sy rebahkan dikasur supaya lebih nyaman.

Jujur saja, libido sy saat itu sdh tak terkendali lagi, sy begitu lahap menyedot, mengecup dan menjilat payudara si bibi. K0ntol sy pun sdh tak tahan membendung spermanya utk keluar. Beruntung, karena sempat bermasturbasi, sy masih bisa menahan nafsu sy. Maklum, baru kali ini sy bisa melihat seorang wanita begitu pasrah bugil dan sy setubuhi.

“de.. kocok meqi bibi ya..” pintanya dgn nada rendah.

kuturuti perintah bibi, meqinya sdh begitu becek, sehingga saat sy mengocoknya dgn cepat, suara kocokannya bercampur dgn air lendirnya menimbulkan suara yg sama seperti yg pertama kali sy dengar malam kemarin. karena masih mengenakan celana dan celana dalam, aku meminta bibi utk membuka semua pakaiannya sehingga sy bisa melihat tubuh bibi dlm keadaan telanjang bulat.

Meqinya begitu menarik perhatian sy, bulu-bulu tampak rapi dan tdk begitu lebat persis seperti meqi-meqi yg ada di film porno jepang. Tak tahan melihatnya, sy langsung lucuti pakaian sy hingga benar-benar telanjang dan langsung menjilati meqi si bibi. Melihat k0ntol sy yg sdh tegang dan mengeras si bibi menawarkan utk mengocok k0ntol sy, namun sy menolaknya karena takut keburu keluar sebelum merasakan meqinya.

Saat menjilati meqinya, bibi hanya mendesah lembut..

“ehhhmmmm…”
“mmmppphhhh…” dan semakin lama meqinya tersebut semakin basah.

entah karena air liur sy atau karena cairan orgasme si bibi. karena saat itu sy belum tahu kalau si bibi telah mencapai orgasmenya. Karena sdh tak tahan dgn nafsu birahiku, sy meminta ijin utk memasukan k0ntol sy kedlm meqi si bibi,

“sy masukin ya bi?” pintaku.
“iya de.. masukin aja..” jawabnya dgn lirih.. -cerita hot-

Berbekal film bokep sy tdk mengalami kendala saat memasukan k0ntol sy ke meqi si bibi. Mungkin karena meqinya jg yg telah basah sehingga memudahkan k0ntol sy utk memasukinya.

Dgn sodokan yg cukup keras, seluruh k0ntol sy telah masuk kedlm meqi bibi. Secara perlahan sy goyangkan pinggul sy utk mengocok meqinya. Ada perasaan enak bercampur sedikit panas dan ngilu pada kepala k0ntol sy. Mungkin karena efek masturbasi tadi. Semakin lama sy semakin mempercepat kocokan k0ntol sy ke meqinya. Hingga akhirnya sy tak tahan lagi utk menahan aliran sperma yg ingin keluar dari k0ntol sy.

“Bi, mau nyampe..” kataku dgn sedikit ngos-ngosan.
“Keluarin aja de..” katanya dgn desahan keenakan.

Setelah beberapa detik akhirnya k0ntol sy menyemburkan spermanya kedlm rahim bibi. Kedutannya cukup membuat sy lemas walaupun sperma yg keluar tdk begitu banyak. Sy diamkan beberapa saat, kemudian sy cabut k0ntol sy dari meqi si bibi.

“terima kasih ya bi..” kataku sambil mengecup kening si bibi.

Kurebahkan tubuhku disampingnya. Meski hanya berlangsung selama 30 menit, namun keringat ditubuhku keluar cukup banyak. Si bibi langsung memelukku sambil berkata,

“kamu lihay jg, bibi ngga nygka kamu bisa begini”.
“Tp aku hanya tahan sebentar bi..” balasku.
“Ngga apa-apa, yg penting bibi bisa salurin hasrat bibi de, kamu jaga rahasia kita ya..” pintanya.

Semenjak saat itu, sy telah melakukan beberapa kali hubungan seks dgn bibi sy. Dihari itu saja, pada malam harinya, kami melakukan kembali pergumulan tersebut hingga menjelang pagi. Namun syngnya, saat ini bibi sy telah berada diluar negeri utk bekerja menjadi TKW di hongkong, ia bekerja di pabrik setelah temannya menawarkan pekerjaan disana.

Baca Juga : Cerita Dewasa Pembantu Babysitterku Yang Hot

Beberapa hari sebelum keberangkatannya ke Hongkong, kami melakukan hubungan badan sebanyak tiga kali dlm satu malam. Dan setelah berada di hongkong beberapa hari, kabarnya si bibi hamil akibat hubungan intim kami, namun ia memutuskan utk menggugurkan kandungan demi karirnya yg masih seumur jagung. Ada perasaan bersalah namun adapula perasaan rindu kepada bibi utk bisa menikmati tubuhnya lagi. Cepatlah pulang bi, aku selalu menunggu kehadiranmu dikamarmu.
Read More