Showing posts with label setengah baya. Show all posts
Showing posts with label setengah baya. Show all posts

Wednesday, August 5, 2015

Pesta Di Rumah

Namaku Nadya. Aku adalah gadis keturunan chinese yang berkulit kuning langsat. Badanku tidak terlalu tinggi hanya sekitar 155 cm dan berat 45 cm. Payudaraku berukuran sedang, sekitar 34B. Usiaku sekarang 22 tahun dan aku tinggal di pinggiran kota Jakarta

Aku sebenarnya bukanlah wanita penggoda. Cuman aku sering mendengar dari teman-teman kuliahku bahwa aku termasuk cewek yang berpenampilan sexy dan sering membuat para cowok turun naik jakunnya. Terlebih aku suka memakai kaos longgar, sehingga jika aku menunduk sering terlihat gundukan payudaraku yang terbungkus bra hitam kesukaanku.


Di rumahku sendiri, setiap habis mandi, aku selalu hanya membungkus tubuhku menggunakan kimono mandi warna biru muda berbahan handuk. Seringkali karena habis tersiram air yang dingin, membuat puting susuku tercetak di balik kimono.
Kamar mandiku sendiri terletak di ruang tamu, dan sering pada saat aku mandi, pacar ciciku datang sedang ngapelin ciciku. Walau aku tidak pernah berpikiran ngeres, tapi sering aku melihat pacar ciciku menelan ludah jika melihat aku habis mandi hanya berbalut kimono itu.

Ayahku adalah seorang penyalur TKI yang akan diberangkatkan ke luar negeri. Sering kali ada TKI baik pria maupun wanita menginap di rumah sebelum diberangkatkan ke luar negeri. Hari Minggu kemarin papa baru saja membawa pulang 3 orang TKI pria berusia sekitar 20 tahunan yang kuketahui bernama Maman, Yadi, dan Mulyo. Mereka bertiga orang desa yang bertubuh kekar dan berkulit gelap. Mereka sedang menunggu akan berangkat ke Malaysia.

Pagi itu hari Senin, aku sendirian di rumah bersama ke 3 orang calon TKI itu. Mamaku sedang pergi ke Jakarta bersama papaku ada keperluan mendadak. Sementara ciciku pergi bersama pacarnya entah kemana.

Aku waktu itu habis beraerobik ria di rumah, dan kemudian ingin mandi. Seperti biasa kubawa saja kimono biruku ke kamar mandi. Dan setelah aku beberapa saat aku selesai mandi, maka kubalut tubuh telanjangku itu dengan kimonoku tanpa apa-apa lagi di baliknya.

Kemudian aku berjalan ke halaman belakang hendak menjemur pakaian dalam yang baru kupakai semalam untuk tidur. Kulihat para TKI itu sedang menikmati sarapan pagi. Mereka menyapaku ramah.

Kulihat mereka memandangiku saat aku memeras BH hitam dan celana dalam kuningku yang sexy itu. Sebenarnya aku risih juga dilihatin begitu, tapi aku pikir tanggung, sebentar lagi aku akan kekamar untuk ganti pakaian. Maka aku kemudian menjemur pakaian dalamku itu. Pada saat aku berjinjit untuk menaruh pakaian dalamku di jemuran, tak terasa kimonoku sedikit tertarik ke atas, padahal kimono itu hanya sepaha. Maka, tak elak lagi, bulu bulu vaginaku yang tidak tertutup itu sedikit kelihatan membuat mereka melotot.

Tapi aku tak menyadari hal itu, kemudian aku berbalik dan masuk ke kamar. Kamarku sendiri ada jendela besar ke halaman belakang. Aku ingat ada para TKI itu, maka korden aku tutup, namun rupanya tidak tertutup rapat dan masih bisa kelihatan dari halaman belakang.

Aku melepas kimonoku, dan mulai melotioni tubuh telanjangku ini. Aku tak sadar ada 3 pasang mata yang melotot memandangi tubuh telanjangku ini. Beberapa saat kemudian aku baru sadar saat melihat bayangan di cermin. Maka aku berteriak dan segera menutup payudara dan kemaluanku dengan tangan.

Ketiga TKI itu segera lari dan masuk ke kamarku yang memang tak pernah kukunci. Aku kaget melihat mereka bertiga masuk ke kamarku.

“Non, kami sudah melihat tubuh non yang mulus itu. Sebaiknya non tidak usah melawan karena di sini tidak ada siapa-siapa lagi “ kata Mulyo cengengesan. Aku masih berusaha galak dan menyuruh mereka keluar.

Namun Maman dan Yadi segera maju dan memegangi tanganku. Kemudian aku mereka banting di ranjang. Aku kemudian berpikir daripada aku melawan malah mendapat celaka, maka lebih baik aku pasrah saja dan tidak melawan.

“Sabar-sabar, jangan pada main kasar gitu donk. Saya kan belum pernah gituan… pelan2 kek” tegurku.

Mereka kemudian tidak lagi beringas, dan mendekatiku. Maman segera memelukku dan menciumi bibirku dengan ganas. Mula-mula aku berusaha menolak bibirnya yang bau itu, namun saat Yadi mulai menjilati payudaraku, dan Mulyo mulai mengelus-elus bibir vaginaku dengan tangannya yang kasar itu, aku mulai terangsang dan bibirku mulai membuka untuk membalas serbuan bibir Maman yang tangannya sibuk meremasi pantatku yang bulat itu.

Tanganku mulai meraba-raba celana mereka. Dan Yadi berinisiatif membuka celananya dan menyodorkan kontolnya yang lumayan besar itu ke tanganku. Aku agak kaget melihat kontol pria sebesar itu. Aku sudah sering melihat kontol milik pacar-pacarku namun tidak ada yang sebesar itu. Apalagi Maman dan Mulyo menyusul bugil. Ternyata kontol mereka begitu besar.

Aku sempat ketakutan, namun dengan halus, Mulyo memegang tanganku dan menaruhnya di batang penisnya. Akupun perlahan mulai mengelus penisnya. Maman melanjutkan menyusu di payudaraku yang montok itu.

Aku yang sudah makin terangsang, mulai bergantian menjilati batang penis Mulyo dan Yadi secara bergantian, sementara Maman kini mulai menjilati klitorisku yang memerah.

Tiba-tiba aku merasa ingin pipis dan akhirnya keluar cairan banyak dari vaginaku. Ketiga cowok itu segera saja berebut menjilati vaginaku sampai aku kegelian.

Yadi kemudian menelentangkan aku di ranjang. Aku merasa inilah saatnya aku akan kehilangan keperawananku. Saat Yadi menempelkan kepala kontolnya yang besar itu di bibir vaginaku aku sempat berusaha menolaknya. Namun dari belakang Mulyo mendorong Yadi sehingga kontolnya langsung amblas ke memekku. Aku menjerit kesakitan.

Namun Mulyo segera berinisiatif menjilati puting payudaraku sehingga aku kegelian. Yadi sendiri perlahan mulai menarik majukan kontolnya sehingga aku merasakan kegelian yang amat sangat di lubang vaginaku. Terasa kontolnya memenuhi lubang vaginaku.

Tiba-tiba sambil memelukku, Yadi menggulingkan aku sehingga aku berada di atasnya. Mulutnya segera menyerbu ke puting payudaraku yang menggantung bebas. Belum sempat aku berpikir tiba-tiba dari belakang Mulyo menyodokkan kontolnya yang besar itu ke dalam lubang anusku. Aku yang berteriak kesakitan, segera disumpal mulutku dengan kontol Maman samai aku nyaris muntah.

Kini dalam keadaan menelungkup, ketiga lubangku sudah dimasuki kontol yang berbeda. Namun aku merasakan sensasi yang luar biasa. Seluruh tubuhku serasa dilolosi. Aku mengalami orgasme sampai 3 kali.
Akhirnya aku merasa ingin orgasme lagi, dan bersamaan dengan orgasmeku, kurasakan Yadi menyemprotkan banyak sekali spermanya di dalam memekku. Kemudian aku jatuh lunglai di pelukan Yadi.

Mulyo kemudian segera menarikku duduk di pangkuannya sambil kontolnya masih menancap di lubang anusku. Dari belakang ia meremas-remas payudaraku yang berguncang-guncang. Maman yang belum klimaks, segera menyodokkan kontolnya ke dalam vaginaku yang nganggur itu.

Aku benar-benar sudah merasa kepayahan, hingga akhirnya aku merasa ingin keluar lagi. Tak lama kemudian aku benar-benar tak tahan lagi dan akhirnya aku menyemprotkan cairan orgasmeku yang kelima. Maman tak lama kemudian menyusul menyemprotkan maninya di dalam memekku.

Mulyo rupanya memang yang terkuat di antara mereka. Dia belum keluar, sehingga dia kemudian menunggingkan aku dan kontolnya pindah ke vaginaku. Dari belakang aku disodoknya sambil tangannya memeras-meras payudaraku.

15 menit kemudian dia akhirnya mencapai klimaks dan aku pun juga mencapai orgasmeku lagi. Kami berempat akhirnya lunglai di atas ranjang.

Kulihat jam, ternyata sudah hampir 2 jam kami melakukan pesta sex. Aku kemudian mengajak mereka untuk mandi bersama karena aku khawatir sebentar lagi papa mamaku pulang. Kemudian kami berempat mandi bersama. Di kamar mandi ketiga laki-laki itu selalu berebutan untuk menjamah tubuhku yang mulus ini.

Sungguh pengalaman ini tak terlupakan bagiku dan aku mulai mengerti nikmatnya sex sejak itu. Lain kali akan kuceritakan pengalamanku bersama tetanggaku.

Sejak peristiwa itu, aku merasa agak bersalah kepada pacarku, yang justru terhadapnya aku belum pernah berhubungan sex. Paling-paling hanya sebatas saling menjilat kemaluan sampai kami sama-sama klimaks.

Pagi itu, aku lupa hari apa, aku masih tertidur di ranjangku, yang kebetulan sekamar dengan orang tuaku. Kata orang tuaku sich, kami tidur seranjang untuk menghemat biaya AC yang cukup mahal itu. Saat itu aku memakai baju tidur satin warna pink yang tidak berlengan. Di dalamnya hanya mengenakan celana dalam warna kuning yang mini, sehingga kalau ada pria yang melihat pasti akan terangsang melihatnya.

Hari itu, mama dan papaku kembali sedang pergi ke Jakarta. Sedang ciciku sudah ke kantornya. Memang sudah kebiasaan di rumahku, jika ada orang di rumah, pintu depan tidak pernah terkunci, hanya dirapatkan saja.

Pagi itu, aku tidak tahu bahwa mamaku memanggil tetanggaku Benny yang tukang servis AC itu, untuk menservis AC di rumah. Benny adalah seorang cowok chinese yang wajahnya jauh dari tampan. Rambutnya agak botak. Tubuhnya tinggi. Usianya tak jauh beda dari ciciku. Katanya sich dia pernah naksir aku.

Pagi itu, sekitar jam 8, Benny datang ke rumahku membawa peralatan hendak menservis AC. Dia mengetuk pintu namun tak ada jawaban karena aku masih pulas tidur di kamar. Maka dia memberanikan diri, karena sudah kenal, masuk ke rumah.

Waktu dia mendekati kamarku, rupanya mamaku lupa merapatkan pintu kamar, hingga agak terbuka sedikit. Benny tanpa kusadari membuka pintu itu pelan-pelan. Aku saat itu sedang tertidur pulas tanpa ditutupi selimut. Baju tidurku juga sudah tersingkap sampai di pusar, sehingga celana dalamku yang berwarna kuning menyala itu terpampang bebas di hadapan Benny.

Aku merasa ada tangan yang meraba-raba pahaku. Namun aku saat itu sedang memimpikan bersetubuh dengan pacarku. Saat tangan itu membelai-belai selangkanganku yang masih tertutup CD itu, aku merasa bahwa itu adalah jilatan-jilatan dari pacarku.

Kurasakan tangan itu semakin berani merabai tubuhku. Diselipkan jarinya dibalik Cdku yang sudah mulai basah itu. Diraba-rabanya bibir vaginaku dari luar.

Tiba-tiba di halaman belakang ada suara genteng jatuh sehingga aku terkaget dan terbangun. Lebih kaget lagi saat kulihat Benny sedang mempermainkan vaginaku dengan jari-jarinya sambil cengegesan.

“Pagi Dya, sorry gua masuk tanpa permisi, abis ngga ada yang bukain pintu. Pas gua masuk eh gua liat lu lagi bobo dengan baju seksi gini.” “Gua ngga tahan kalo liat lu begini”

Aku berusaha menolak Benny, tapi tangannya kuat mencengkeram bahuku sambil jari tangan yang satunya sibuk mengorek-ngorek isi vaginaku dari balik Cdku yang sudah basah itu.

Aku merasakan geli yang amat sangat, namun aku juga tak begitu rela disetubuhi oleh si Bandot ini.

“Sudah Ben… gua ngga tahan nich… entar ketahuan orang ngga enak “ kataku sambil berusaha memegang tangannya. Namun dia tetap bertahan “Tenang aja Dya, bentar lagi pasti enak koq…. Ayo lah… kita kan udah kenal lama, sekali-sekali kasih donk gua kesempatan…” kata Benny sambil terus mengorek-ngorek vaginaku.

Tak lama kemudian aku merasakan akan orgasme, sehingga pahaku menjepit kuat tangan Benny yang ada di selankanganku. Kira-kira 5 menit kemudian aku merasakan ada cairan yang keluar deras dari vaginaku. Aku jadi lemas karenanya dan telentang tak berdaya, pasrah membiarkan apa yang akan dilakukan Benny.

Benny kemudian menaikkan dasterku ke atas hingga lewat kepala dan membuangnya entah kemana. Dia tersenyum mesum melihat payudaraku yang terpampang bebas dengan putingnya yang merah kecoklatan itu.

Dia segera mengenyot payudara kananku, sambil lidahnya bermain-main di atas putingku. Tangan kanannya perlahan-lahan melorot Cdku hingga bugil. Kemudian jari-jarinya kembali ditusuk-tusukkan ke dalam vaginaku yang sudah becek itu. Mulutnya berganti-ganti mengenyot kedua payudaraku.

Aku yang sudah terangsang itu tak sadar mulai mengelus-elus kepala Benny yang botak itu seperti kekasihku. Padahal sebelumnya aku sama sekali tak kepengen disentuh Benny. Namun Benny sungguh sangat pandai menaikkan nafsuku.

Kemudian Benny melepas seluruh pakaiannya hingga terlihatlah kontolnya yang berukuran sekitar 18 cm dengan diameter 4 cm itu. Dia menyuruhku untuk menjilatnya.

Mulanya aku menolak karena kontol itu agak bau, namun dia menjejalkan kontolnya ke mulutku hingga aku mulai mengemutnya. Kepalaku digerakkannya maju mundur seperti sedang dientot oleh kontolnya.

Tiba-tiba aku dikagetkan oleh suara. “Wah, lagi apa nich… lagi asik ya… ikutan donk…” Kami berdua menoleh. Rupanya Bang Man, sopir tetanggaku masuk ke dalam rumahku yang tak terkunci itu. “Sorry non, tadinya mau minjem tangga, eh ternyata lagi pada asyik….” Kata Bang Man.

Aku merasa kepalang basah, maka mendiamkan saja keadaanku yang sedang bugil bersama Benny. Kulihat Bang Man segera melepas celana panjang dan Cdnya. Kontol Bang Man sedikit lebih panjang dari Benny tapi lebih kurus. Selain itu warnanya juga hitam.

Kini kedua pria itu mendekatkan kontol mereka ke bibirku. Sambil terus mengocok kontol Benny yang sudah tegang itu, kontol Bang Man yang masih lemas itu mulai kujilat-jilat. Perlahan tapi pasti kontol itu mulai menegang, hingga akhirnya sama tegangnya seperti kontol Benny.

“Bang, aku udah ngga tahan… langsung masukin aja ya… Ben, elu masukin dari bawah aja dech..” kataku kepada keduanya.

Benny kemudian menelentang hingga kontolnya mengacung tegak ke atas. Perlahan aku naik ke atas tubuh Benny dan memasukkan kontolnya ke vaginaku.

Mula-mula agak sakit, namun Benny menghentakkan tubuhnya ke atas hingga blesss…. Kontolnya langsung masuk ke dalam lubang memekku.

Aku perlahan-lahan mulai menaik turunkan tubuhku. Tak terlalu susah karena vaginaku sudah basah. Aku merasakan kegelian yang amat sangat saat kontol Benny keluar masuk tubuhku.

Tiba-tiba Bang Man memaksaku agak menelungkup. Kemudian… blesss…. Kurasakan kontolnya yang panjang itu menyodok lubang pantatku hingga aku agak terdongak ke atas. Bang Man segera menjambak rambutku dan menjadikannya sebagai pegangan.

Aku semakin kegelian karena payudaraku yang tergantung bebas itu dijilat-jilat Benny dari bawah. Sungguh sensasi yang luar biasa. Saat Bang Man menyodokkan kontolnya, saat itu pula kontol Benny tertanam makin dalam ke liang vaginaku. Aku sampai dibuat orgasme 2 kali.

15 menit kemudian mereka berganti posisi. Benny masih menelentang, namun dia mendapat jatah lubang duburku. Sementara itu dari depan, Bang Man menyodokkan batangnya kedalam vaginaku yang sudah becek. Bang Man menggenjot kontolnya maju mundur dengan cepat sambil tangannya berebutan dengan tangan Benny meremasi payudaraku.

Aku dibuat menggelinjang kesana kemari oleh terjangan dua cowok ini, hingga akhirnya aku tak tahan dan orgasme untuk entah yang keberapa.

Tak berapa lama kurasakan kontol Benny berdenyut-denyut, dan dia mencengkeram keras payudaraku. Dia kemudian menyemprotkan spermanya banyak sekali di dalam duburku.

Rupanya Bang Man masih perkasa. Tanpa mempedulikanku yang kecapean, dia segera memangkuku, sambil kontolnya naik turun menusuk vaginaku. Bibirnya yang hitam itu sibuk mengenyot-ngenyot putting susuku hingga aku kegelian.

Akhirnya aku kepengen orgasme lagi. “ Bang… aku mau keluar lagi…” “Tahan non, abang juga dah mau nyampe… barengan aja “

Akhirnya kurasakan aku mulai mengejang, Bang Manpun juga demikian. Akhirnya pertahananku jebol. Dari vaginaku keluar cairan banyak sekali. Tak lama kurasakan Bang Man juga menyemprotkan banyak sekali air maninya ke dalam vaginaku.

Kami berdua kecapean hingga telentang di ranjang. Rupanya Benny sudah bangkit lagi. Hingga tanpa memberiku waktu istirahat, dia segera menancap vaginaku.

Hari itu, kami bertiga bermain sex sampai kira-kira hampir sore. Aku merasa sangat kelelahan sekali, namun juga sekaligus puas sekali. Ini adalah pengalamanku yang sangat hebat.

“Nadya, elu sungguh hebat, kapan-kapan kita main lagi ya” kata Benny sebelum pulang sambil menciumku. Dalam hati aku hanya bisa mendongkol. Enakan di dia, ngga enak di guanya, gerutuku dalam hati.

- Tamat -
Read More

Istri Kepala Dinas

Perkenalkanlah namaku Galaxy. Aku adalah seorang teknisi parabola, dan bekerja di sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang penjualan antena parabola yang tentu saja membutuhkan teknisi untuk melayani pemasangan dan perbaikan parabola. Di perusahaan ini walau bukan paling senior tetapi aku tergolong paling terampil dan cekatan, hingga jika pimpinan dapat pekerjaan besar, aku yang jadi andalannya.

Suatu hari aku mendapat tugas untuk memasang antena parabola di rumah kepala dinas sebuah bank pemerintah. Dengan dibantu 2 orang asisten yakni Edo dan Salim, aku berangkat ke alamat tujuan sambil menenteng segala peralatan. Waktu itu aku diantar sopir kemudian setelah sampai di tujuan, kami bertiga diturunkan berikut segala barang dan peralatannya. Di rumah dinas yang terkesan asri karena dipenuhi pohon mangga, kami diterima oleh satpam yang kemudian setelah mengadakan kontak lewat intercom diberi ijin masuk.


Seorang wanita muda berumur sekitar 25 tahun dengan berbusana daster biru malam, sangat kontras dengan kulitnya yang putih mulus menyambut kami. Sekejap aku terpesona melihat kecantikan wajahnya, bibir dan hidungnya luar biasa indahnya.
“Selamat pagi, Mbak.., kami yang mau memasang parabola pesanan bapak kepala”.
“Ohh, iya silakan masuk saja Mas.., tapi bapak masih dinas, dan kebetulan rumah lagi sepi jadi terserah Mas saja masangnya”.

Tanpa basa basi lagi aku segera memerintahkan asistenku untuk segera mulai bekerja, dengan harapan bisa berkenalan tanpa gangguan, siapa tahu nasibku sedang mujur. Dari perkenalan, wanita tersebut bernama Asni dan adalah istri kepala dinas, tepatnya istri kedua, yang duda karena ditinggal mati. Semula kuduga dia adalah anaknya, tapi ternyata ibu dari 2 anak tiri yang umurnya sebayanya. Kedua anak-tirinya wanita dan cantik-cantik, terlihat dari foto besar yang terpajang di ruang keluarga.

Sementara kedua asistenku sedang merakit parabola, aku asyik menerangkan aneka macam seputar parabola, mulai dari acara siaran sampai cara merawat parabola. Kelihatan Mbak Asni juga antusias mendengarnya, padahal aku cuma asal bicara agar bisa berlama-lama dekat dengan Mbak Asni sambil terus membayangkan besarnya payudara yang mengembung besar di balik dasternya. Mbak Asni duduk persis di depanku, hingga waktu aku memberi keterangan sambil membuat tulisan di meja, dia terpaksa menunduk untuk ikut membacanya, dan karena krah dasternya longgar sekali maka otomatis semua isi di dalamnya jadi ternganga lebar, jantungku seketika bergetar-getar tak menentu saat menyaksikannya. Batang kemaluanku mendadak beringas laksana torpedo hendak meluncur. Aku tak tahu apa Mbak Asni tahu kalau aku jadi keterusan nulis-nulis sambil sesekali melirik ke balik dasternya. Tampaknya dia cuek saja sambil mendengar penjelasanku.

“Diminum dulu Mas.., tehnya, mumpung masih hangat!”, katanya sambil tersenyum manis setengah menggoda. Akupun jadi salah tingkah dan mengiyakannya. Tehnya memang hangat dan segera menyegarkan otakku kembali. Daripada pusing memikirkan cara untuk menggapai gunung kembar, aku minta diri untuk mengawasi pekerjaan asisten.

Tak terasa hari telah menjelang sore ketika pekerjaan selesai. Terlihat Mak Asni tengah bersiap untuk mandi. Pikiran kotor langsung menyergap, dan tak kuasa aku menolaknya. Membayangkan kala tangannya mengusap lembut seluruh tubuhnya, lalu dadanya, lalu perutnya, lalu anunya, lalu.., wow, Mbak Asni tidak menyadari kalau mataku terus mengikuti langkahnya menuju kamar mandi. Ketika pintu kamar mandi telah tertutup aku jadi merasa kehilangan.

Dengan reflek aku memberi kode dengan jari telunjuk berdiri di depan mulut pada kedua asistenku. Keduanya malah cengengesan. Tanpa komando, kami kompak menggotong sebuah kursi tinggi agar bisa mengintip lewat lubang angin di atas pintu. Aku langsung saja merebut kesempatan pertama untuk menaiki kursi, dan karena besarnya lubang angin maka seluruh isi kamar mandi jadi terlihat.

Mbak Asni tampak mulai mengangkat ujung dasternya ke atas hingga melampaui kepalanya. Tubuhnya tinggal terbalut celana dalam warna coklat dan BH, itupun tak berlangsung lama, karena segera dia melucutinya. Dadaku terasa mau pecah saking menahan napas. Luar biasa keindahan ciptaan Tuhan yang satu ini. Tetapi aku terkejut dengan caranya mandi, tanpa diguyur air dia mengolesi seluruh tubuhnya dengan sabun cair, lalu tangannya meremasi kedua payudaranya dan berputar-putar di ujungnya. Batang kemaluanku seakan turut merasakan pijitannya jadi membesar. Dengan posisi berdiri sambil bersandar tembok, Mbak Asni meneruskan permainannya ke bawah selangkangan, sementara matanya tertutup rapat, mulutnya menyungging seperti orang kepedasan cabe. Tak sadar tanganku ikut memijiti batang kemaluanku sendiri. Sayang kedua asistenkupun minta giliran jatah tontonan gratis yang aduhai. Merekapun jadi seperti terkena tegangan tinggi, celana kombornya tak mampu menyembunyikan batang yang mencuat kencang.

“Ayo, Mass.., masuk saja tak perlu mengintip begitu, kan nggak baik, pintunya tidak terkunci kok!”, tiba-tiba terdengar seruan lembut bernada ajakan. Tetapi terus terang kelembutan itu membuat kami hampir pingsan dan amat sangat mengejutkan. Kami serentak saling berpandangan kebingungan.
“Maaf yah Mbak.., kami tidak sengaja kurang ajar”.. Aku menjawab sambil mengambil inisiatif pelan-pelan memutar handel pintu kamar mandi yang memang benar tidak terkunci. Tetapi setelah pintu terbuka, kami bertiga seperti patung menyaksikan pemandangan yang tidak pernah terbayangkan. Mbak Asni tersenyum manis sekali dan tanpa canggung melambaikan tangannya agar kami lebih mendekatinya. Wah tentu saja kami tak perlu mendengar suara ulangan lagi, serempak kami bertiga mengerubuti sang dewi.

Dengan posisi duduk di atas bak mandi Mbak Asni menyuruh kami mandi dahulu agar bau keringat kami lenyap. Aku, Edo, dan Salim segera melepas semua pakaian masing-masing, dan seperti anak kecil berebutan mandi di bawah siraman shower. Tanpa rasa malu kami bertiga telanjang bulat di hadapan Mbak Asni. Batang kemaluan kami sudah pada posisi maksimal, mengacung-acung keras minta perhatian. Mbak Asnipun kegelian melihat tingkah kami bertiga. Lalu Mbak Asni memandikan kami satu per satu. Batang kemaluanku yang terlihat paling besar, berdenyut-denyut kala tangan Mbak Asni mengelusinya dengan sabun. Ah, nikmat sekali apalagi begitu tangannya bergerak maju mundur, segera kuraih gunung impianku yang telah nyata di depan hidung dan meremasinya sambil mulut kami saling berpagutan. Sementara Edo dan Salim tidak mau ketinggalan, mereka memang tim yang kompak. Tangan Edo menggerayangi selangkangan Mbak Asni yang nyaris tertutup seluruhnya oleh bulu ikal yang lebat. Sedang Salim kebagian pekerjaan menjilati pantat Mbak Asni, kelihatan Mbak Asni keenakan sekali ketika ujung lidah Salim menjongkel-jongkel lubang anusnya. Tangan Mbak Asnipun dengan adil bergantian meremas dan mengocok batang kemaluan kami, yang tentu saja membuat kami semua mengerang kenikmatan.

Mungkin karena kurang leluasa dengan posisi berdiri, Mbak Asni mengajak kami bertiga segera menyudahi acara mandi bersama. Dan mengajak pindah lokasi ke kamar tidur. Salim yang anak keturunan Arab telentang di atas kasur, batangnya yang sangat panjang menegang ke atas persis seperti orang punya ekor. Mbak Asni tanpa ragu-ragu segera mengangkanginya dan menyodorkan vaginanya. Salim kegirangan segera menjilatinya dengan rakus sampai berbunyi cipak-cipuk. Mbak Asnipun keenakan sambil menyosor-nyosorkan vaginanya ke mulut Salim agar lidah Salim lebih masuk ke dalamnya. Tanpak Salim semakin gigih menyedoti cairan vagina Mbak Asni. Sedang Edo yang tak tahan menunggu lalu menyodorkan batangnya yang bulat hitam ke mulut Mbak Asni. Mulut Mbak Asni tampak menganga menyambut kehadirannya. Lidahnya berputar-putar mengulum batang Edo, lalu memainkannya maju mundur. Terang saja Edo melenguh-lenguh merasakan kenikmatan yang luar biasa.

Aku tak habis berpikir menyaksikan istri seorang pejabat terhormat dengan ganas mengerang-erang menikmati pelayanan kami. Barangkali suaminya memang sudah tua atau impoten, hingga tidak menyia-nyiakan kehadiran kami. Padahal menurutku Mbak Asni cantik sekali, hidungnya mancung, bibirnya agak tebal, sensual sekali. Dan badannya padat berisi apalagi kala kuremas-remas payudaranya jelas seperti gadis perawan. Membuatku gemas sekali menyedoti ujung puting susunya. Lidahku mengais-ngais agak ngawur ke sana ke sini. Tapi semakin ngawur semakin membuat Mbak Asni bersemangat mengocok batang Edo dengan mulutnya. Dan akhirnya Edo tampak kewalahan menahan permainan Mbak Asni. Tangannya mencengkeram kepala Mbak Asni sambil mendorong ke arah selangkangannya. Hingga batangnya habis tertelan mulut Mbak Asni, lalu “Cret.., cret.., crett”, Batang Edo menyemburkan maninya, Mbak Asnipun tidak merasa jijik atau bagaimana segera menelan habis mani Edo, sambil lidahnya terus menjilati ujung batang Edo. Karuan saja Edo kegelian dan terus memuntahkan “lahar” hingga loyo.

Aku segera membalik badan Mbak Asni lalu kedua kakinya buru-buru kuangkat ke atas. Vaginanya kelihatan terbuka kemerahan walau dirimbuni bulu yang sangat lebat. Lalu.., “Bless”, sekali tancap batangku amblas ke dalamnya. Karena batangku sudah berdenyut-denyut dari tadi maka seperti orang kesetanan aku mengayunkan pinggangku maju mundur. Mata Mbak Asni membelalak merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Dari liang kewanitaannya mengalir cairan lendir banyak sekali. Akibatnya goyanganku menimbulkan suara gaduh. Mbak Asni mengerang-erang kala aku menyemburkan air maniku.Banyak sekali keluarnya, maklum lagi bernapsu besar.

Salim segera menggantikan posisiku, dan langsung memompa vagina Mbak Asni. Aduh, tak terbayangkan kenikmatan yang dirasakan oleh Mbak Asni. Mukanya tampak bahagia sekali. Pinggulnya menghentak-hentak mengikuti gerakan Salim. Apalagi batang Salim yang sangat panjang membuat Mbak Asni kelojotan kala batang itu mengayun tandas ke dalam. Sambil meremas keras sprei kasur, Mbak Asni kelihatan mencapai klimaks yang entah ke berapa. Sampai Salim pun menggelepar di atas perut Mbak Asni.

- Tamat -
Read More

Benih Bapak Mertua

Ini berawal saat ibunya sakit dan harus masuk rumah sakit dan Paul harus terbang ke luar kota untuk urusan bisnis yang amat penting. Paul tadinya tak setuju saat Emma meminta papanya, Jack, agar menginap di rumah mereka untuk sementara untuk menemaninya pergi ke rumah sakit, mengatakan padanya bagaimana hal itu akan mengganggu pikirannya karena dia adalah titik penting dalam negosiasi kali ini.

Dan pikiran yang sangat mengganggunya itu adalah karena dia curiga sudah sejak dulu papanya ada ‘perasaan lain’ pada Emma istrinya. Emma merasa sangat marah pada Paul, karena sangat egois dan dengan perasaan cemburunya itu. Bukan hanya kali ini Paul meragukan kesetiaannya terhadap perkawinan mereka dan kali ini dia merasa telah berada dalam puncaknya… dan dia tahu dia akan membuat Paul membayar sikapnya yang menjengkelkan itu.


Ketika itu terjadi, Jack tiba pada hari sebelum Paul terbang ke luar kota untuk bertemu kliennya. Dia tidak membiarkan kedatangan Jack mengganggu jadwalnya, meskipun dia akan membiarkan papanya bersama Emma tanpa dia dapat mengawasinya selama beberapa hari kedepan. Ini adalah segala yang Emma harapkan dan lebih, ketika dia menyambut Jack dengan secangkir teh yang menyenangkan…

Dia bisa katakan dari perhatian Jack yang ditunjukkannya pada kunjungan itu. Mata Jack berbinar saat dia tahu Paul akan pergi besok pagi-pagi benar, dan dia mendapatkan Emma sendirian dalam beberapa hari bersamanya. Emma sangat menarik, yang sungguhpun dia tahu sudah tidak punya kesempatan terhadap Emma, dia masih berpegang pada harapannya, dan berbuat yang terbaik untuk mengesankannya, dan menggodanya.

Emma tersanjung oleh perhatiannya, dan menjawab dengan mengundang bahwa mereka berdua dapat mulai untuk membiarkan harapan dan pemikiran yang telah dia kubur sebelumnya untuk mulai kembali ke garis depan itu.

Sudah terlambat untuk jam kunjungan rumah sakit sore itu, sehingga mereka akan kembali lagi esok paginya sekitar jam sebelas. Emma menuangkan beberapa gelas wine untuk mereka berdua sekembalinya dari rumah sakit petang itu.

“Aku harus pergi dan mandi… Aku kira aku tidak punya waktu pagi nanti”.

“Oh bisakah papa membiarkan showernya tetap hidup? Aku juga mau mandi jika papa tidak keberatan” Emma mau tak mau nati akan menyentuh dirinya di dalam shower, bayangan tangan Jack pada tubuhnya terlalu menggoda dan rasa marah terhadap suaminya sangat sukar untuk dienyahkan dari pikirannya.

Dia belum terlalu sering mengenakan jubah mandi sutera itu sebelumnya, tetapi memutuskan untuk memakainya malam ini. Hasrat hatinya mendorongnya untuk melakukannya untuk papa mertuanya, Paul bisa protes padanya jika dia ingin. Terlihat pas di pinggangnya dan dengan tali terikat, membuat dadanya tertekan sempurna. Itu nampak terlalu ‘intim’ saat dia menunjukkan kamar mandi di lantai atas. Emma meninggalkannya, dan kemudian kembali semenit kemudian.

“Aku menemukan salah satu jubah mandi Paul untuk papa” dia berkata tanpa berpikir saat dia membukakan pintu untuknya. Di dalam cahaya yang remang-remang Emma dapat melihat pantatnya yang atletis.

Mereka duduk bersama di atas sofa, melihat T.V. Dan setelah dua gelas wine lagi, Emma tahu dia akan mendorong ‘keinginan’ manapun yang Jack ingin lakukan. Dia sedikit lebih tinggi dari Paul, maka jubahnya hanya sampai setengah paha berototnya. Mau tak mau Emma meliriknya sekilas dan ingin melihat lebih jauh lagi. Dengan cara yang sama, Jack sulit percaya akan keberuntungannya untuk duduk disamping Emma yang berpakaian sangat menggoda dan benaknya mulai membayangkan lebih jauh lagi. Jack akan dikejutkan nantinya jika dia kemudian mengetahui hal sederhana apa yang akan membuat hasratnya semakin mengakar…

Besok adalah hari ulang tahun Emma, dan Paul lupa seperti biasanya, alasannya bahwa tidak ada waktu untuk lakukan apapun ketika dia sedang pergi, dan dia telah berjanji pada Emma kalau dia akan berusaha untuk mengajaknya untuk sebuah dinner yang manis ketika pulang. Kenyataannya bahwa Jack tidak hanya tidak melupakan, tetapi membawakannya sebuah hadiah yang menyenangkan seperti itu, menjadikan hatinya lebih hangat lagi. Dia seperti seorang anak perempuan kecil yang sedang membuka kotak, dan menarik sebuah kalung emas.

“Oh papa…papa seharusnya tidak perlu…ini indah sekali”

“Tentu saja aku harus…tapi aku takut itu tidak bisa membuat kamu lebih cantik cintaku… sini biarku ku pasangkan untukmu”

“Ohh papa!” Emma merasa ada semacam perasaan cinta untuknya saat dia berada di belakangnya. Dia harus lebih dulu mengendurkan jubah untuk membiarkan dia memasang kaitan di belakang, dan ketika dia berbalik ke arahnya, Jack tidak bisa menghindari tetapi matanya mengarah pada belahan dada Emma yang menyenangkan.

“Oh… apa rantainya kepanjangan?” ia berharap, menatap kalung yang melingkar diatas dada lezatnya.

“Tidak pa… ini menyenangkan” dia tersenyum, menangkap dia memandang ke sana lebih banyak dari yang seharusnya diperlukan.

“Oh terima kasih banyak…” Emma menciumnya dengan agak antusias dibanding yang perlu dilakukannya dan putus tiba-tiba dengan sebuah gairah dipermalukan. Kemudian Jack menangkap momen itu, menarik punggungnya seolah-olah meredakan kebingungannya dan menciumnya dengan perasaan jauh lebih dibandingkan perasaan seorang mertua.

“Selamat ulang tahun sayang” katanya, saat senyuman mereka berubah jadi lebih serius.

“Oh terimakasih papa” Emma menciumnya kembali, menyadari ini adalah titik yang tak bisa kembali lagi, dan kali ini membiarkan lidahnya ‘bermalas-malasan’ terhadapnya. Dia baru saja mempunyai waktu untuk merapatkan jubahnya kembali saat Paul menelponnya untuk ucapkan selamat malam dan sedikit investigasi. Paul ingin bicara pada papanya dan memintanya agar menyimpan cintanya untuk ibunya yang sudah meninggal. Mata Emma tertuju pada Jack saat dia menenteramkan hati putranya di telpon, mengetahui dia akan membiarkan pria ini melakukan apapun…

“Aku sangat suka ini pa…” Emma tersenyum ketika telpon dari Paul berakhir. Dia menggunakan alasan memperhatikan kalungnya untuk membuka jubahnya lagi, kali ini sedikit lebih lebar.

“Apa kamu pikir ini cocok untukku?”

“Mmm oh ya…” dia tersenyum, matanya menelusuri bagian atas gundukan lezatnya, dan untuk pertama kalinya membiarkan gairahnya tumbuh. Emma secara terbuka mempresentasikan payudaranya untuk kekasihnya, membiarkan dia menatapnya ketika dia membusungkan dadanya jauh lebih lama dibandingkan hanya sekedar untuk memandangi kalung itu. Dia mengangkat tangannya dan memegang mainan kalung itu, mengelus diantara dadanya, menatap tajam ke dalam matanya.

“Kamu terlihat luar biasa dengan memakainya” dia tersenyum.

Nafas Emma yang memburu adalah nyata ketika tangan kekasihnya telah menyentuhnya di sana, dan pandangannya yang memikat saat kekasihnya menyelami matanya memberi dia tiap-tiap dorongan. Mereka berdua tahu apa yang akan terjadi kemudian, sudah terlalu jauh untuk menghentikannya sekarang. Dia akan bercinta dengan papa mertuanya. Mereka berdua juga menyadari, bahwa tidak perlu terburu-buru kali ini, mereka harus lebih dulu membiarkan berjalan dengan sendirinya, dan walaupun kemudian itu akan menjadi resikonya nanti.

Emma bisa melihatnya sekarang kalau ‘pertunjukannya’ yang nakal telah memberi efek pada gairah kekasihnya. Gundukan yang terlihat nyata di dalam jubahnya menjadikan jantungnya berdebar kencang, dan kekasihnya menjadi bangga ketika melihatnya menatap itu, seperti halnya dia yang memandangi payudaranya.

“Kamu sudah cukup merayuku…kamu nakal!” Emma tersenyum pada kata-kata terakhirnya, memberi dia pelukan yang lain. Pelukan itu berubah menjadi sebuah ciuman, dan kali ini mereka berdua membiarkan perasaan mereka menunjukkannya, lidah mereka saling melilit dan memukul-mukul satu sama lain. Emma merasa tali jubahnya mengendur, dan Jack segera merasakan hal yang sama.

“Oh Jack…kita tidak boleh” dia menjauh dari kekasihnya sebentar, tidak mampu untuk hentikan dirinya dari pemandangan jubahnya yang terbuka cukup lebar untuk melihat ujung penisnya yang tak terukur membesar diantara pahanya yang kuat.

“Ohh Emma … aku tahu…. tapi kita harus” dia menarik nafas panjang, memandang pada perutnya untuk melihat kewanitaannya yang sempurna, telah merekah dan mengeluarkan cairannya. Detak jantung Emma bahkan jadi lebih cepat saat dia lihat tonjolannya menghentak lebih tinggi ke udara saat kekasihnya memandang bagian paling intimnya.

“Oh Jack sayang…” desahnya pelan saat kekasihnya memeluknya, jubahnya tersingkap dan dia terpana akan tonjolannya yang sangat besar di bagian bawahnya. Itu sepertinya memuat dua prem ranum yang membengkak dengan benihnya yang berlimpah. Dia tidak bisa hentikan dirinya sekarang… dia membayangkan dirinya berenang di dalamnya.

“Emma cintaku…betapa lamanya aku menginginkanmu…” katanya saat ia menggapai paha Emma.

“Oh Jack… seandainya aku tahu… setiap kali Paul bercinta denganku aku membayangkan itu adalah kamu yang di dalamku… papa termanis… apakah aku terlalu jahat untuk katakan hal seperti itu?”

“Tidak kekasihku…” jawabnya, mencium lehernya dan turun pada dadanya, dan membuka jubahnya lebih lebar lagi untuk agar tangannya dapat memegang payudaranya. Mereka berdua ingin memanfaatkan momen itu…

“Apakah kamu ingin aku di sana sekarang?”

“Oh Jack… ya… papa” erangnya kemudian mengangkat jubahnya dan tangannya meraih penisnya.

“Aku sangat menginginkannya”

“Oh Emma…. kekasihku, apakah ini yang kamu ingin?” dia mengerang, memegang jarinya di sekitar batang berdenyutnya yang sangat besar.

“Oh ya papa… penismu… aku ingin penis papa di dalamku”

“Sayangku yang manis…apa kamu menginginkannya di sini?” kekasihnya melenguh, menjalankan jemarinya yang pintar sepanjang celah itu, menggodanya, membuat matanya memejam dengan nikmat. Emma hampir merintih ketika dia menatap mata kekasihnya.

“Mmmm penis papa di dalam vaginaku”

“Ahhh anak manisku tercinta” Emma menjilat jarinya dan menggosoknya secara lembut di atas ujung kejantanannya yang terbakar, membuat kekasihnya merasa ngeri dengan kegembiraan.

“Kamu ingin jadi nakal kan pa…kamu ingin orgasme di dalamku” Emma menggoda, meninggalkan pembesaran tonjolan yang bagus, dan mengalihkan perhatiannya kepada buah zakarnya yang membengkak.

Sekarang adalah giliran kekasihnya untuk menutup matanya dengan gairah yang mengagumkan.

“Kamu ingin meletakkan spermamu di dalam istri putramu… kamu ingin melakukan itu di dalam vagina gadis kecilmu” Dia hampir menembakkannya bahkan waktu Emma menggodanya, tetapi entah bagaimana menahan ombak klimaksnya, dan mengembalikannya pada Emma, keduanya sekarang saling memegang pinggang satu sama lainnya.

“Dan kamu ingin benih papa di dalam kandunganmu kan… dalam kandunganmu yang dahaga… membuat seorang bayi kecil di dalam kandungan suburmu” dia tidak bisa semakin dekat kepada tanda untuknya… Emma telah memimpikan kekasihnya memberinya seorang anak, Emma gemetar dan menggigit bibirnya saat jari tangan kekasihnya diselipkan di dalam saluran basahnya.

“Papa… oh ya… ya… tolong… aku sangat menginginkannya…” Paul belum pernah punya keinginan membicarakan tentang hal itu… Emma tidak benar-benar mengetahui apakah dia ingin seorang anak, sekalipun begitu pemikiran itu menjadi sebuah gairah yang luar biasa. Bibirnya menemukannya lagi, dan tenggelam dalam gairahnya, lidah mereka melilit lagi dengan bebas tanpa kendali yang sedemikian manis. Emma membiarkan jubahnya terbuka seluruhnya sekarang, menekankan payudaranya secara lembut melawan dada berototnya, perasaan geli membuat cairannya lebih berlimpah. Jantungnya terisi dengan kenikmatan dan antisipasi, pada pikiran bahwa dia menginginkan dirinya…bahwa seluruh gairah Emma akan terpenuhi dengan segera.

“Oh gadis manisku yang jahat ” lenguhnya saat bibir Emma menggodanya.

“Aku akan pergi sebentar” dia tersenyum dengan mengundang saat dia menoleh ke belakang dari pintu.

“Jangan pergi” Emma melangkah ke lantai atas, jubahnya berkibar di sekitarnya lagi saat dia memandangnya. Emma tidak perlu merasa cemas, suaminya sedang berada jauh di sana dengan segala egoisme kesibukannya, dan Emma mengenal bagaimana kebiasaanya. Jantung Emma dilanda kegembiraan lebih ketika dia melepaskan jubahnya dan berjalan menuju dia… pada papa mertuanya… telanjang dan siap untuk menyerahkan dirinya seluruhnya kepada kekasihnya.

Ketika dia mendengar langkah kaki Emma pada tangga, dia lalu keluar dari jubahnya dan sekarang berlutut di atas permadani di depan perapian, menghadapinya ketika dia masuk, ereksinya semakin besar dalam posisi demikian. Emma berlutut di depannya, tangannya memegang obyek hasratnya, yang berdenyut sekilas, lembut dan demikian panas dalam sentuhannya. Matanya terpejam dalam kenikmatan murni saat Emma berlutut dan mencium ujung merah delima itu, matanya terbuka meresponnya, dan mengirim beberapa tetesan cairan lezat kepada lidah penggemarnya. Kekasihnya mengelus payudaranya dan menggoda puting susunya yang gemuk itu.

“Aku sudah siap pa… malam ini seutuhnya milikmu”

“Emma sayang, kamu indah sekali…” kekasihnya memujinya dan dia tersenyum dengan bangga.

“Oh Papa… kumohon. Aku sangat menginginkannya … aku ingin benihmu di dalamku”

“Sepanjang malam cintaku…” kekasihnya tersenyum, rebah bertumpu pada sikunya lalu menyelipkan tangannya diantara paha Emma.

“Kita berbagi tiap momen” Emma rebahan pada punggungnya, melebarkan lututnya membiarkan jari kekasihnya berada di dalam rendaman vulvanya.

“Ohh mmm papa sayang… ” Emma melenguh saat jari kekasihnya merangsang tunas kesenangannya tanpa ampun.

“Mmm betapa aku sangat memuja perempuan kecilku… ” kekasihnya menggodanya ketika wajahnya menggeliat di puncak kesenangan.

“Ohh papa… rasakan bagaimana basahnya aku untukmu”

“Apa anakku yang manis sudah basah untuk penis papa? Mmmm penis papa di dalam vagina panas gadis kecilnya…. penis besar papa di dalam vagina gadisnya yang panas, vagina basah…” kata-katanya diiringi dengan tindakan saat dia bergerak diantara pahanya, tongkatnya berdenyut dengan bernafsu saat dia mempersiapkan lututnya.

“Setubuhi aku pa… masukkan penismu ke dalamku”

“Sayang… Emma yang nakal… buka vaginamu untuk penis papa” tangan mereka memandu, kejantanannya membelah masuk kewanitaannya.

“Papa… sepenuhnya untukku kan?”

“Ya putriku manis… sperma yang penuh untuk kandunganmu… apa kamu akan membuat papa melakukan itu di dalam tubuhmu?”

“Ahh ya papa… aku akan membuatmu memberikan semuanya ke dalam tubuhku… ahh ahh ahh” Emma mulai menggerakkan pinggangnya…takkan menghentikan dirinya saat dia membayangkan itu. Mata mereka saling bertemu dalam sebuah kesenangan yang sempurna, mereka bergerak dengan satu tujuan, yang ditetapkan oleh kata-katanya.

“Papa akan menebarkan semuanya ke dalam kandunganmu yang subur… sperma papa akan membuat bayi di dalam kandunganmu Emma sayang” tangan kekasihnya mengayun pantatnya sekarang saat dia mulai menusuk lebih dalam, matanya menatap kekasihnya ketika dia menarik pantatnya yang berotot, mendorong lebih lanjut ke dalam tubuhnya… memberinya hadiah yang sangat berharga.

Penis besarnya menekan dalam dan panjang, buah zakarnya yang berat menampar pantatnya saat dia mendorong ke dalam kandungannya. Dia tidak bisa menolong, hanya melihatnya, setiap gerakan mereka yang mendatangkan nikmat… membayangkan waktunya akan segera datang… memancar dari kekasihnya… berenang di dalam dirinya… membuatnya mengandung anaknya. Dia menggelinjang saat kekasihnya menyusu pada puting susunya yang diremas keras, tangan besarnya meremas payudaranya bersama-sama saat dia mengocoknya berulang-ulang.

Dia berteriak, menaikkan lututnya setinggi yang dia bisa untuk memaksanya lebih dalam ke bagian terdalam vaginanya. Kekasihnya menghentak lebih cepat, meremas pantatnya untuk membuat sebuah lingkaran yang ketat pada vaginanya… momen yang sempurna mendekat dengan cepat saat dia menatap mata kekasihnya yang juga dipeluk selimut puncak surgawi. Emma memperlambat gerakan kekasihnya, menenangkannya ketika waktunya datang…

“Aku ingin menahanmu jauh di dalam tubuhku saat kamu keluar…saat kamu memompa benihmu ke dalam tubuhku”

“Oh sayang…ya manisku…tahan aku saat kukeluarkan spermaku ke dalam kandunganmu”

Dia merasa itu membesar di dalam cengkramannya, urat gemuk penisnya siap untuk berejakulasi, dan kemudian menghentak dengan liar, dan dengan masing-masing semburan yang dia rasa pancarannya yang kuat menghantam dinding kewanitaannya, membasahi hamparan ladangnya yang haus kekeringan. Bibir mereka bertemu dalam lilitan sempurna, tangisan Emma membanjiri kekasihnya kala kekasihnya menyembur dengan deras ke dalamnya. Punggung Emma melengkung, mencengkeram penisnya sangat erat saat ombak kesenangan menggulungnya. Dia ingin menahannya di sana untuk selamanya…

Jantung mereka berdegup sangat keras ketika mereka berbaring bersama, terengah-engah, sampai mereka bisa berbicara.

“Oh Tuhan Emma…aku sangat menginginkanmu…”

Dan untuk beberapa hari kedepan, tak ada sepatah katapun yang sanggup melukiskan momen itu…

- tamat -
Read More

Saturday, June 8, 2013

Kisah Seorang Dosen

Dulu terfikir, uang pensiunan pegawai negeri sudah cukup untuk menjadi jaminan sumber biaya untuk membiayai keluarg-ku, namun krisis berkepanjangan di negeri ini, ditambah harga kebutuhan hidup yang terus meningkat membuat dana pensiunan bulanan makin tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup saat ini, membiayai biaya sekolah anak-anak-ku, dan gaya hidup mereka yang makin tinggi, belum lagi, Parni istri-ku yang tercinta mengidap penyakit kanker, harta yang tersisa pun aku jual untuk menutup semua biaya pengobatan, walaupun akhirnya Parni meninggal 5 tahun yang lalu..

Dan sejak 5 tahun itulah saya harus memutar otak, beruntung di usia-ku yang sudah lewat setengah abad ini, gelar S-2 sempat aku kenyam, hingga Aku masih dianggap pantas untuk mengajar di sebuah Universitas Swasta di Jakarta,..



Berbeda memang, anak-anak dari kaum borjuis ini, membuat rasanya diri ini malu, merasa gagal sebagai orang tua, rasanya tuntutan ke dua anak-ku Mardi dan Mira tidak lah berlebihan HandPhone berwarna atau pun sepeda motor, itu masih jauh di bawah standard para Mahasiswa-ku,..

Ya bagaimana-pun aku mulai bersyukur, bersyukur anak-anak-ku masih mau menggap aku sebagai ayah, dan mau menerima keadaan ekonomi yang meski tidak berlebih, namun untuk sekedar biaya makan dan sekolah bukan-lah masalah,..

Selama 5 tahun ini juga aku berusaha menjadi dosen idealis, dosen yang baik dan objektive pada murid-murid-ku, berusaha sedikit tegas dan memang itu yang aku fikir harus aku lakukan, sayang rasanya membiarkan mereka membuang uang orangtua-nya untuk sekedar bermain di dalam kelas, aku gak mau seperti Pak Irham, atau Pak Bambang, yang dikenal sebagai dosen ‘baik’ di kampus ini, sayang rasanya mereka tidak mendapat sesuatu di dalam kelas,..

Namun kejadian ini membuat hidup-ku berubah, mungkin…

Waktu itu aku mengajar pelajaran Bank dan Lembaga Keuangan, salah satu mata kuliah yang paling aku kuasai, kelas yang kuajar itu bisa dibilang kelas buangan, karena memang hal yang biasa kalau daftar kelas dan dosen yang mengajar itu sudah bocor sebelum pengisian Jadwal mahasiswa,..

Jadilah kelas-ku salah satu kelas yang paling dihindari,.. Yang payahnya lagi anak-anaka ini seperti tidak mau Belajar, aku berusaha bersabar, hingga pada akhirnya saat membacakan nilai UTS, 3 minggu sebelum UAS murid-murid mulai menjambangi meja kerja-ku di ruang dosen, ya seolah aku yang menentukan nilai, aku yang sengaja membuat nilai mereka Jatuh,..

Hal itu sudah biasa terjadi 5 tahun belakang ini, namun entah satu orang ini, seorang mahasiswi membuatku jatuh dalam perangkapnya, aku bahkan terkadang berfikir, apa aku pantas masih menjadi seorang dosen?

Sore itu, seorang Mahasiswi, murid kelasku, usianya sekitar 21-an diatas rata-rata usia mahasiswa di kelas-ku, memang salah satu mahasiswa bermasalah dengan nilainya,.. orang-nya cantik, cantik sekali memang, rasanya dia pun terlihat berbeda memiliki keistimewaan tertentu yang membuat seorang lelaki, bahkan seusia-ku ini masih menaruh minat padanya,..

Tubuhnya sintal proposional, memang lebih tinggi dari-ku yang hanya 164 cm ini, sore itu sekitar pukul 5 sore, suasana ruang dosen sudah sangat sepi, apalagi hari jum’at hanya sedikit dosen yang mengajar hingga sepetang ini pada hari itu, aku baru saja duduk di kursi-ku setelah mengambil air putih dari dispenser di sudut ruangan,.

Saat itulah Veronica, nama Mahasiswi itu datang menghampiriku, perlahan dia melangkah masuk, dengan senyuman lembut, rambut panjangnya yang berwarna coklat dikuncir, celana panjang jeans berwarna hitam ketat memperlihatkan pahanya yang berisi, bokongnya yang padat,..

Balutan kaus kuningnya, berdada rendah memperlihatkan payudaranya yang membusung, bahakan BH yang dikenakannya pun adalah Bra yang mengait dileher, hingga aku dapat dengan jelas melihat warna Bra-nya talinya berwarna merah, sedangkan Cup-nya sendiri berwarna Hitam, kutaksir ukurannya 36 B, terlihat dari balik kausnya yang berbahan tipis itu,..

Entah apa maksudnya, aku tak berusaha menerka, mungkin hanya berusaha memberikan sogokan, seperti beberapa mahasiswa lain yang datang beberapa hari kebelakang,.. Aku pun berusaha memasang tampang cuek, meski iman ini mulai terguncang,..

“Pak Agus,..” Suara lembut itu memanggil,..

“Ya,..” Kata-ku menjawab,..masih berusaha memberikan ekspresi datar,..

“Saya Veronica, murid BLK bapak…” Memperkenalkan diri “ Boleh saya duduk?”

“Oh ya silahkan, Veronica dari kelas G?” Aku pura-pura bertanya, meski sebagai lelaki tidak mungkin aku tak mengingat mahasiswi secantik Veronica

“Iya pak, saya mau minta bantuan pak,..” tampaknya dia sudah biasa berbuat seperti ini, hingga tak malu-malu lagi untuk mengajukan permintaan yang sebenarnya memalukan itu,..

“Oh, memang apa yang bisa saya bantu?” Aku pura-pura bertanya meski sudah bisa menerka keinginan-nya,..

“Nilai saya Pak, Cuma 24,..Saya mau lulus pak,..” Dia meminta lagi tanpa rasa malu

Wajahnya pun terlihat cuek, seolah tak bersalah,..

“Wah, jauh ya,..gimana mungkin kamu mengulang semester depan,..” ya memang itu yang bisa kulakukan, nilai itu terlalu jauh, dan tampanya sulit untuk dia bisa mengejar nilai di UAS, meski bukan hal yang tidak mungkin,…

“Yah, bapak, masa gak bisaaa…” Vero berkata Manja,..tubunnya dibusungkan seolah sengaja mendorong dada-nya lebih maju, menempel di meja kerja-ku,.. menapak diatas kaca bening diatas meja,..Dadanya terkesan lebih besar, tak hanya itu belahan dada-nya yang rendah membuat payudaranya sedikit terangkat keluar, belahan-nya menantang dalam jarak yang begitu dekat, darah tua ini mendidih,..entah apa, aku berusaha menerka maksud dari murid cantik-ku ini,..

“Bapak, tolongin saya ya pak,..” Suaranya sengaja dibuat demikian manja, manja membuat hati ini sedikit luluh, aku seorang manusia, seorang lelaki normal

“Eh, ehmmm..”,” Mungkin kamu bisa, bisa kerjakan makalah bab 14 – 18, saya akan maksimalkan nilai tugas-mu..” Aku berusaha untuk tidak menatap ke belahan dadanya itu,..

Aku yakin seyakin yakinnya, Vero bukan tak tahu aku mengintip, tapi dia seolah cuek-cuek saja, bahkan kesan yang diberikannya semakin disengaja,..Seraya berdiri,..

“Bapak, bapak bisa kan bikin cepet selesai?”, Dia berdiri menantang dihadapan-ku, tatapannya menggoda,..” Ayolah Pak,..” Katanya lagi sambil membuka jepitan rambutnya, rambut panjangnya terurai indah,..menambah kecantikan gadis muda ini,.

Jantungku berdegup kencang,

“Eh,.. apa maks..maksud kamu,..” Aku tahu, aku tahu maksudnya, aku bukan orang bodoh, tapi aku bukan orang yang ingin mengambil kesempatan, aku tahu di lingkungan kampus ini sudah biasa mahasiswi yang bisa dibilang ( maaf ) Jablay, dan bukan tak mungkin Veronica ini pun salah satu bagian komunitas tersebut,..

“Saya cuma mau lulus pak,..” Dia menjawab santai, duduk diatas meja-ku, saat berdiri tadi dia sempat berbalik, tubuhnya indah sempurna, matanya indah bokongnya pun demikan menggoda,.aku meneguk ludah dalam deru jantung dan desir darah yang membara,..

“Bapak, bapak tahu kan, bapak tahukan musti bagaimana untuk membantu saya,..” Manja dia berkata,..tubuhnya menunduk, memeluk-ku dari belakang, menyela lewat bahu,..tangannya menempel didadaku, bersilang, kepalanya di tidurkan di bahu-ku, mesra, aku dapat merasakan hembusan nafas, tatapan matanya yang seolah menelanjangiku itu, mata berglayut manja memandang-ku, tiba-tiba Veronica mencium-ku,..

Memeluk-ku lebih erat, mencium pipi kiriku hangat, aku bahkan merasakan ciuman yang berbeda dari ciuman anak-anak-ku setiap ulangtahun-ku, bukan ciuman kasih sayang, tapi sebuah ciuman berbeda, mencium pipiku yang mulai berkerut dengan hangat, sentuhan lidahnya sesekali menyentuh kulit pipi-ku, darah tua ini tambah berdesir, makin menyerah akan kekalutan dosa birahi anak didik-ku,..

“Vero yakin, Bapak pasti bisa bantu Vero,..” Dia melepas pelukan dan menghentikan ciumannya,.Tuhan kufikir hanya ini saatnya bila aku ingin mengakhiri semua ini, mengakhiri dosa anak didik-ku,..

Vero melangkah perlahan, mendorong bangku-ku menjauh dari meja kerja-ku,.dia berdiri dihdapanku sekarang,..mulut orang tua ini tak sanggup berkata apa-apa lagi,..di depan kedua mataku, Vero menarik kausnya, meloloskan kaus kuning tipisnya,..sekaligus menarik jepitan rambutnya, rambut panjang coklatnya terurai, menambah kesan kecantikan sensual gadis itu

Tubuhnya yang putih indah itu, tak berbalut lagi dengan kaus tipis itu, payudaranya yang masih terlidung oleh Bra-nya yang mungkin hanya menutupi bagian putingnya saja, ya Cup-nya kecil sekali tak sepadan dengan dada-nya yang padat berisi itu,,..

Vero, menatap ku, dengan tatapan manja Khasnya,..

Menunduk lah gadis itu membuat payudaranya itu kian menantang-ku, menantang birahi-ku yang terus memuncak, mamancing birahi seorang lelaki tua,..jemari lentiknya bergerak ke perut, seolah sengaja belaiannya seolah penari erotis yang begitu memamerkan perut ratanya yang putih rata itu,..

Rambutnya yang panjang terurai, makin menggoda, menutup sebagian wajahnya memberikan kesan misterius yang merangsang, jemari lentik itu menekan kancing celana jeans ketatnya, menarik keluar kancing celana itu keluar dari tempatnya,..

Belum lagi aku menghela nafas, Vero kembali membuatku harus menahan nafas lebih lama, jemari lentik berbalut kutek merah muda itu menempel di kancing resletingnya, sempat Vero menatap-ku, tersenyum…

Jemari lentik itu bekerja, menarik turun resletingnya, aku menarik nafas panjang-panjang,.. mata tua ini mengintip, mencoba mencari tahu indahnya dunia remaja, celana dalam hitam-lah yang bisa kulihat, aku menarik mata-ku dari daerah selangkangan itu, menatap mahasiswiku yang hanya tersenyum-senyum saja, dengan tatapan mata yang menggoda,..

“Srettt…” celana itu meluncur turun, aku tak lagi harus mencuri-curi pandang, celana dalan hitam model string itu kini sudah menantangku, celana Jeans ketat itu terus diturunkan oleh Mahasiswi-ku itu,..

Meluncur turun melewati bokongnya yang padat berisi itu, melewati pahanya yang begitu putih mulus menggoda, lutut-nya yang indah, turun lagi melewati betis Vero,..Oh tuhan tubuh itu seolah menari indah sekali, hingga celana jeans itu tertahan di kakinya, Vero meloloskan celana jeansnya dari kaki sebelah kiri dahulu, berganti kaki kanan hingga Jeans itu terlepas dari tubuh indahnya,..sebelum dia menaruh kaus dan celana jeansnya diatas meja kerja-ku,..

Mahasiswiku berdiri menantang dihadapan-ku, sinar matahari senja yang menyelinap dari balik meja kerja-ku, membuat keindahan di hadapan-ku ini makin mempesona, sinar mentari yang hangat itu tersenyum mesra memantulkan keindahan tubuh mahasiswiku,..

Berdiri mematung, tangannya berpindah kebelakang menarik lepas kait branya,..sebelum dia meloloskan Branya itu lewat lehernya,..dadanya kian menantang, bulat dan cukup besar, tidak turun sedikitpun, sempurna adalah kata yang tepat untuk menggambarkannya, putingnya yang tidak terlalu besar itu berwarna merah kecoklatan, mengacung tegak yang membuat kesan sensual kian bertambah…

Mahasiswiku berdiri nyaris bugil dihadapan-ku,..

Tuhan,.. aku menarik nafas panjang,..jantungku berdegup kencang sementara Veronica melangkah mendekatiku,..

“Bapak,. Bapak bisa kan bantuin Vero,..” Dia mendekat ” Vero bakal nyenegin Bapak dech..” Rayunya

Jantung tua ini makin, payah, apalagi saat Vero tanpa tendeng aling lagi duduk di pangkuan-ku, bokongnya mendarat di paha kanan-ku, padat dan berisi sesuai dengan yang terlihat,..kedua tangannya langsung memeluk-ku melewati leherku, mesra bergelayut,..payudara indah-nya itu menempel di dadaku, membuatku yakin dia dapat merasakan degup jantung-ku yang begitu kuat berdebar, degup jantung yang makin menderu saat payudara itu bertempel di dadaku yang masih terbalut kemeja tua ini,..

Vero tersenyum, mungkin dia dapat merasakan jantungku yang berdebar keras,..

“Bapak, relaks ya,..” ,.” Vero yakin pasti bisa nyenegin bapak koq,..” dia tersenyum,..

Tangannya menempel di wajah-ku, halus lembut, sesaat kemudian bibir mungil itu kembali menempel, bukan lagi di pipi-ku yang berkerut, tapi di bibir tua berkarat ini,..

Menyentuh hangat di bibirku, lidahnya mulai berusaha menyelinap masuk dalam bibir-ku, persetan dengan semua ideologi, objektivitas dan Sumpah dosen, aku tak bahagia dengan itu semua, kini yang terfikir hanya keindahan tubuh Mahasiswi-ku ini,..

Aku tak lagi dapat menutup mulutku rapat, aku membiarkan lidah mudanya itu berpagutan dengan lidah tua-ku, ya-ya dia seolah tak sedikitpun jijik pada orang tua seperti-ku, aku pun tak lagi merasa malu, berhubungan dengan Gadis yang seumuran dengan putri-ku,,..

Birahiku mengalahkan akal-sehat-ku,..

Kami berciuman mesra, hidung kami sempat beberapa terantuk aku sudah tua untuk melawani frenckissnya ini, sedotan dibalas sedotan, kami berciuman dahsyat hingga menimbulkan bunyi aneh sewajarnya orang berciuman hebat,..

Lidah kami saling bersilangan seraya berciuman itu, liur kami sudah saling tertukar, penis-ku pun sudah makin sest dibawah sana,..apalagi kala Vero menarik tangan-ku untuk mengapai dadanya, seolah menginginkan-ku meremas payudara-nya,..

Jemari orang tua ini menyisir payudara kencang itu,..jemariku terasa bergetar saat menyentuh kulit halusnya,..aku mengganti jari-jariku dengan telapak tangan tua ini,..menyentuh permukaan payudara itu,..sedikit memberanikan diri menggoyang dan meremas payudara itu, pemiliknya sedikit mendesah diantara ciuman kami,..

Ku-kumpulkan segenap keberanian-ku, kumainkan payudara yang menggantung itu, meremasnya dengan sisa tenaga tua yang ada,..merema payudar itu, menekannya ataupun menarik-narik puting payudara itu, putingnya sesekali kuremas, kupelentir puting itu, teringat dengan istri-ku Parni dahulu,..

“Ougghhh..” Vero mendesah nikmat, membuat-ku makin PD untuk mengerjai mahasiswiku itu,..ya aku makin terbakar birahi,..tak lagi kupedulikan status ” Dosen ” ku,..

Kupeluk tubuh indah itu, kudekatkan lagi tubuh tua ini dengan tubuh indahnya,. memeluk mesra mahasiswiku, sambil berciuman, sambil memainkan puting payudara-nya itu,..,..

Tangan-ku yang memeluknya itu mulai berani lebih dalam lagi,..menyelinap diantara celana dalamnya meremas bongkahan pantat itu,..

“Aww… Bapak bandel ya,..” Vero menghentikan ciumannya,..tersenyum lah dia,..

Ya Vero malah berdiri dihadapan-ku sekarang,..

“Turunin pak, celana dalam-nya..” Rengeknya manja,..

Aku tersenyum menatap wajah cantik mahasiswiku itu, ya aku tak lagi ragu untuk melakukannya,..

Kujulurkan kedua tangannku, menarik karet celana dalam itusebelum menariknya turun, gundukan bulu kemaluannya yang tak terlalu lebat namun tertata rapi itu menimbulkan sebuah aroma, aroma khas wangi yang mematikan,..

“Hehehe, gitu donk pak,..” Vero kembali melompat dalam pelukan-ku, kini dia malah mengangakang dihadapanku,..

“Pak, Turn me On lagi donk,..” Pintanya,..

Aku pun tak menolak,..melakukannya,..

“Vero, Vero, sini sama bapak ya,..” aku memeluknya sekarang,..

Kujulurkan bibirku menciumnya, dari kening turun kebawah, teringat titik sensitif istriku dahulu, tepat di balik telingannya, kugayut telinga itu, kuhisap-hisap teliganya, sesekali lidah ini kusisipkan di lubang telinga itu,..

“Ahhh, ahhh pak,..enaaaak…” Desahan manja melucur dari telingannya, tangan Vero pun tak lagi diam, membuka kancing perkancing kemeja ku itu,..

Perlahan tapi pasti kancing kemejaku terbuka semua, sementara aku masih sibuk merangsang titik sensitifnya yang ternyata sama dengan istriku itu,..

Tubuhnya bergerak-gerak manja, sambil tangannya berpacu dibalik kaus dalam-ku itu,..merajahi dadaku yang juga mulai berkeriput dimakan usia

Jemari lentiknya bermain, ya mencoba merangsang diriku lebih lagi, puting ku dijelajahinya dengan tangannya yang halus itu menjepit payudaraku, sakit tapi ya nikmat sekali aku tak menyangkal kenikmatan yang diberikan mahasiswi-ku itu,..

Aku pun mendesir hebat saat Vero dengan begitu bernafsunya berkata,..

“Sekarang giliran Vero ya pak” pinta si cantik itu,.. “Vero yang bakal puasin Bapak”

Turunlah dia sambil tangannya menyibak kemeja dan kaus dalam-ku, tubuh tua yang sedikit buncit ini terpampang dihadapan Mahasiswi yang begitu cantik dan kontras dengan tua bangka seperti diriku,..

Lidahnya merangsang puting tua-ku itu, menjilatnya sambil menyedot-nyedotnya membuat si tua ini mendesah kenikmatan,..nikmat sekali dia mngerayangi puting kanan-ku tak lama berganti ke kiri,..tubuh tua ini bergetar,..

“Enak pak,.?? ” tanya-nya tersenyum manja menatap-ku,..

Aku membalas dengan senyuman, ..kembali Vero menarik tangan-ku,..

ditaruhnya diselangkangan, agak ragu aku saat itu,..

“Ayo pak, Vero pengen…” Dia meminta,..

jempolku pun kugerakan,..menempel di Clitorisnya, sedangkan jemari telunjuk-ku itu kugerakan di depan bibir vaginanya,..

“Owhh,, pak, Enak,.. ahhh..” vaginanya sudah mulai basah, kugerakan jemariku makin cepat naik turun dipermukaan bibir vaginanya,..

Vero mendesisi, sembari tak henti menjilati puting payudara-ku,..tangan kirinya masih bergelayut memeluk-ku, sementara tangan kanan-nya digunakan merangsang permukaan dadaku,..

Kurasakan permukaan vaginanya bertambah basah, tangan-ku pun mencuri kesempatan menjamahi payudara kencangnya itu, ya makin lama kami makin terpacu birahi, terpacu dosa kenikmatan, entah berpura atau tidak, tapi gerakan tubuh Vero menggambarkan seolah Vero ikut menikmati ini, semua,..

“Pak… gak tahan, jangan di depan ajah.. ahhh, Pak masukin…” Pinta Vero,..

Kuturuti kemauan anak didik-ku itu,..telunjuk-ku ini kugunakan untuk melakukan penetrasi dalam vaginanya,..terasa sempit liang kemaluan-nya sedikit basah dengan cairan cintanya yang mulai berproduksi dalam rahim muda gadis itu,..

Telujuk itu kugunakan mendesak lebih dalam, kutatap wajah mahasiswiku, wajahnya tampak kesakitan, namun mulutnya berkata lain,..

“Terus pak, awwww… enak pak…” Dia terus menceracau,..akhirnya telunjuk-ku mentok juga, sesaat kudiamkan, Vero tampak menarik nafas panjang, sebelum akhirnya kugerakan telunjuk-ku naik turun dalam kemaluannya itu,..

“Owwww, ahhh pakk,, aaww…” Dia menceracau, berusaha memagut bibirku, kusodorkan saja bibir tua ini, kami berciuman mesra sementara tangan-ku terus keluar masuk menjelajahi kemaluannya,..

Jemari Vero seolah ingin membals kenikamatan yang kuberikan,..

Diraihnya kancing celana-ku, dipelorotkannya, sementara dengan jemari lentiknya dikeluarkan penisku yang sudah menegang itu,..

“Ich, keras juga ya pak, awww..” Dia berkata disela desahan-nya,..

aku makin liar, rasanya mendengar gadis secantik itu mendesah dalam pelukan-ku, makin membuat ku bergairah,….

Makin kupacu jemariku keluar masuk dalam vagina-nya, sementara Vero membalas dengan sentuhan tangannya yang membelai kemaluan-ku, membelai sambil mengocok kemaluan-ku, jemari tangan yang halus, begitu nyaman menggengam kemaluan-ku,..

Desah nikmat kami diantara ciuman Frenchkiss, nikmat menggema di Kantor dosen yang kosong itu,..beberapa menit kami berpacu dalam keadaan itu, hingga akhirnya tubuh Vero menggelinjang hebat, menggelinjang panjang disertai desahan dasyat tubuhnya mengeras, giginya menggelayut, Veronica mahasiswi-ku terhantam gelombang organsme dahsyat, membuatnya tak karuan mendesah, aku merasakan vaginanya yang seolah menarik jemariku, menyedot hebat sebelum cairan vaginanya merembes keluar,..

“Awhhhhh…Oughhh…” Dia memeluk-ku mesra saat Organsme itu tiba, nafasnya tersengal sengal, sebelum dia merambat turun,..Penis-ku masih tegar berdiri saat itu,..

Dia melangkah mengambil air minum di meja, menegaknya,..

“Bapak, dasar,.. hebat banget..” celetuknya manja,..

Aku kembali hanya tersenyum membalas,..

“Sini Vero bales,..” Dia kembali mendekatiku, berjongkok dihadapan-ku, meraih penis-ku ditangannya meremasnya mesra, sebelum dibuka-nya bibir mungil miliknya,..

Penis ku dijilatnya, tubuh tua-ku mendesir nikmat,..merasakan basuhan hangat lidah Vero yang menari di penis-ku,..

“OWhh…” geli nikmat yang dahsyat, berlanjut kebuah Zakar-ku, agak susah membuatnya harus melepas celana panjang-ku turun, jadilah kami berdua dosen dan Mahasiswinya saling bertelanjang,..

Tak lagi sempat berfikir, seketika buah Zakar-ku telah disantapnya, menghisap dan menyedotnya dahsyat,..menggelitik buah zakar-ku itu, hingga basah, bijinya ditarik tarik memberikan kenikmatan, seolah tidak jijik dengan penis si tua bangka ini, bahkan memberikan kenikmatan yang dahsyat sekali,..

Tangannya yang satu lagi terus mengocok penis-ku, belum lagi sedotan dahsyat pada buah zakarku, bulu kemaluan-ku yang sudah mulai beruban sesekali rontok tertarik tangannya, namun tak seberapa dibanding kenikmatan yang diberikan gadis muda ini,..

“Ahhh, ahhh..” Aku terus mendesah kenikmatan

sesaat penisku malah sudah berada dalam mulut hangatnya, mulut hangatnya yang bermain membalur penis tua itu dengan lidahnya, menyedot penisku itu, ” Aghhh..” aku mengelinjang nikmat,..

Kepala penisku dihisapnya sementara tangannya tak henti mengocok batang kemaluan-ku,..aku tak tahan lagi,..kutarik lepas kepala mahasiswi ku itu,.. kucium bibir mungilnya,.ku dorong dia keatas meja kerjaku, tangan-ku mencoba merangsang bibir vaginanya yang mulai basah,..

“Oughh, pak…” Vero mendesah, kulepas ciuman-ku, kupindahkan ke payudaranya yang menantang itu,..

Tangan ku, kini kugunakan untuk merangsang clitoris Veronica, pemiliknya hanya dapat melenguh seakan melampiskan kenikmatan atas rangsangan yang kuberikan,.. Jemari-ku sesekali kusisispkn lagi dalam vagina-nya, sementara terus kuciumi juga payudara mahasiswi-ku itu,..

Kukunyah puting payudaranya itu, kujilati seluruh bagian dari payudaranya yang putih indah menggoda itu,.” Ughhh, pakk..ahhhh “ Pemiliknya terus melenguh menambah naik birahiku,..

Pinggulnya bergoyang erotis menikmati rangsangan dari orang tua ini, apalagi vagina itu kian basah oleh cairan cintanya, aku dapat merasakan kehangatan dan remasan otot-otot vaginanya meremas telunjuk-ku didalam sana,..

Jemai Vero terus mencoba merangsangku, terkadang tangannya membelai dada-ku memberikan sentuhan pada puting susu-ku, ataupun dia mencari telingaku untuk dihisapnya, mungkin dia ingin kami sama-sama naik, apa dia sudah sering seperti ini dengan dosen-dosen lain?? Ataukah dia tak merasa Jijik brcinta dengan orang yang mungkin sudah lebih berumur dari orangtuanya itu,..ai enyahlah pikran semacam itu, tak perduli lagi dengan itu semua, yang terpenting aku dapat menikmati dagin hangat ini sekarang,..

Tangan Vero mencabut jemari-ku yang berada dalam vaginanya, ditariknya penisku yang sudah mengeras itu untuk merangsang vagina-nya, digesek-gesekannya lah kepala penis-ku itu, dia melenguh hebat menkmati ransangan yang diberikannya oleh permainannya sendiri itu,..

“Oughh, pak..enyakk..” Vero terus melenguh, peluh sudah mulai membanjiri wajah cantiknya itu…

Jemarinya terus membimbing penis tua-ku itu untuk brmain di mulut vaginanya,..penisku seakan berdenyut nikmat, tiap kali penis ini menyentuh bagian vaginanya yang basah dn trtekan-tekan nikmat, seolah ada yang ingin keluar meski aku tahu masih jauh buatku untuk menembak-kan sperma-ku ini,..

Tak terduga apa yang terjadi selanjutnya. Justru Vero sendiri lah yang menekan-kan penisku masuk dalam vaginanya, keset sekali saat di bimbingnya penis-ku masuk dalam vagina-nya,..dia terus meriung-riung tiap centimeter penisku melengsek masuk, “ Awwwh,..pak…ahhhh…” aku pun tak uasa mendesah..” Ahhh, Veroo…” pertama kalinya aku menyebut nama murid-ku itu dalam persetubuhan ini,.

Betis Vero terus mendorong pinggulku, di kaitkannya kedua kakinya kuatkuat pada pinggulku demi untuk mendorong penis-ku masuk lebih dalam, aku tak mencegah aku keenakan menikmati remasan otot-otot vagina muda dari mahasiswi tercantik di kelas ku itu,..

Vero sendiri hanya merem melek saja, menikmati tiap detik penis-ku masuk lebih dalam,..sempat mentok beberapa kali, namun aku menarik pinggulku lagi mencai ruang agar dapat menekan penisku masuk lebih dalam ada vagina-nya,..

“Ahhh, pak,..dalem banget.. awwhhh..” Rintih Vero, saat penisku akhirnya tertanam semua dalam vagina-nya, sempit sekali, kesat namun vagina itu terus berdenyut seolah memijat penisku yang berada di dalam sana,.

Aku tersenyum saja mendengar perkataan anak didik ku itu,..

Entah sudah berapa tahun sejak aku menikmati vagina seorang wanita, namun aku yakin ini adalah vagina ternikmat yang pernah kurasakan dalam hidup-ku, lupakan kegilaan seorang PNS dahulu, hanya pelacur-pelacur kelas bawah yang pernah kunikmati dahulu, itupun sebelum menikahi istri ku yang tercinta, sejak kematian-nya tak pernah aku sekalipun bercinta dengan wanita, aku setia menjaga cintaku, hingga hari ini,..

Seluruh birahi yang terpendam selama 5 tahun ini kutumpahkan pada diri anak didik-ku ini, kugengam pinggangnya sebagai tumpuan, kugoyangkan penisku keluar masuk dalam vagina-nya dengan kecepatan yang teus meningkat..

Payudaranya itu terpental kesana kemari, ya bergoyang memutar hingga menambah kecantikan murid-ku itu, sungguh dia memiliki pesona sendiri dimata lelaki, bunyi tabrakan bokongnya dengan selangkangan-ku menimbulkan bunyi yang cukup nyaring tapi kami tak perduli lagi,..

Kami terus berciuman untuk mengurangi gaung suara desahan kami, lidah kami berpagutan sementara di bawah sana, vagina-nya terus meremas penis-ku, meremasnya nikmat sekali,..

“Uhhh, owghhh,..ahhhh…” Vero terus mendesah,.mulutnya seolah tak pernah berhenti mendesah, meransang darah tua ini untuk terus terbakar oleh suasana,..Ya aku tak lagi berfikir selain memuaskan birahiku ini sekarang,..

Dahsyatnya lagi tiap sodokan sekuat tenaga-ku, aku merasakan sensasi lain dari vagina-nya, selain lolongan panjang Vero, seolah ada cairan yang terdrong keluar dari dalam vaginanya, sesekali meloncat hingga kebuah zakar-ku,..

Jemari Vero pun digunakan olehnya untuk membuka vagina-nya, entah mengapa dia lakukan itu, namun posenya itu membuat dia lebih merangsang saja,..Sementara tangannya yang satunya lagi terus merangkul, memeluk-ku.

Kutarik tangan kanan ku dari punggulnya, kuremas payudara Vero yang membuat pemiliknya kembali melenguh erotis,..lenguhan yang membuat ku kian bernafsu untuk mengocok gadis ini makin liar,..

“Srettt, Srettt, Plak, Plak,..” bunyi-bunyian yang sering terdengar karena sentuhan tubuh kami, belum lagi cairan vagina Vero yang terkadang merembes keluar melumasi penis-ku yang memungkinkanku untuk menyetubuhinya lebih cepat lagi..

“Awwhh, pak….Ahhhh..” Vero tiba-tiba mencakar-ku, tubuhnya mengejang hebat, apalagi tangannya yang mencengkram tangan-ku, mencengkamnya hebat membuat tangan-ku sediki terluka karena kuku jarinya yang panjang,..

Yang lebih dahsyat lagi adalah vaginanya yang seolah menjus penis-ku didalam sana, himpitan otot vaginanya seolah melumat penis-ku, kurasakan semburan hangat cairan vagina Vero yang menyentuh kepala penis-ku, terus membasahi batangnya hingga merembes keluar,.. Beberapa detik Vero menutup mata dengan tubuh yang bergetar,..

“Hahhh, ahhh, hahhh..” dia mendesah dengan nafas yang memburu,..

“Enak pak,..” Vero tersenyum genit,.” Lagi donk pak,..hehehe”

Sebenarnya tak perlu komando darinya, begitu punggungnya yang sempat terangkat saat organsme tadi turun kebawah, langsung kuhantamkan lagi penisku keluar masuk dalam vaginanya,..Desahan Vero kembali membahana,..

Terus kugali vaginanya beberapa menit, tak secepat tadi memang namun masih dapat kuakali dengan penetrasi pendek, ya hanya kepala penis dan sebagian kecil penisku yang masuk, ternyata itu cukup membuat Vero blingsatan dan berusaha menggoyangkan pinggulnya, menginginkan penterasi yang lebih dalam..

“Ahhhh, ahhhh, bapak,.. jahat ahhh..” Rengeknya, namun aku tak tak perduli aku berfikir unuk mendapatkan kepuasan maksimal darinya, aku gak mau buru-buru keluar,..

Kuciumi lagi puting payudaranya yang besar itu, kuremas dengan tangan-ku, kutarik-tarik lah puting payudaranya yang sudah mengeras itu, kujilati, kuhisapi sesekali mengunyahnya, bukan rahasia umum, kalau sebenarnya wanita lebih menyukai payudara bagian bawahnya untuk dijilati,..aku tahu itu dari istriku,..

Maka kugerakan lidahku menjilati payudara bagian bawah Veronica, Vronica langsun menggelinjang nikmat begitu lidahku ini, menjelajah payudara bagian bawahnya,.. kuciumi payudara putihnya yang sekal, bagian bawahnya begitu merangsang, Bulat sempurna,..sementara aku masih melakukan penetrasi di muka vaginanya,..

“Ughhh, pak..ahh,..” Veronica terus melenguh, melenguh keenakan, wajahnya kian merangsang, apalagi melihat matanya yang merem melek itu, sementara dari bibir mungilnya suara lolongan desahan nikmat terus saja keluar,..

Setelah kurasakan sedikit sudah tenang kusodokan penisku dalam-dalam pada vaginanya, kali ini dengan seluruh tenaga yang ada ditubuh orang tua ini, Vero langsung melolong dahsyat,..

Vagina-nya kembali mengejang, lelehan cairan cintanya kembali menerpa penisku, tubuhnya bergetar, meski tak sehebat tadi, namun aku tahu dengan pasti mahasiswiku in kembali mencapai puncak kenikmatannya,..

Sayang beribu sayang, dasar tubuh ini sudah tua, aku tak sanggup bertahan lebih lama lagi. Remasan yang seolah memijat penisku di dalam vaginanya, membuat penis ini seketika meledak, melelehlah sperma orang tua ini dalam vagina Vero,..

Banyak sekali, tabungan 5 tahun,..Vero tampak kaget merasakan cairan sperma yang meloncat dalam leher vaginanya, aku pun sungguh tak menduganya, kami hanya tertegun saja, aku hanya diam entah apa yang ada dalam benak-ku saat itu, perasan bersalah atau apalah,..

Kudiamkan saja penisku dalam vagina-nya, hingga kembali mengecil dan keluar dengan sendirinya, sementara Vero hanya diam menatap langit-langit ruang dosen, entah memikirkan apa, rambutnya sudah tak karuan,.. demikian juga dengan keaadan ruang kerja-ku,.. berantakan tak karuan,..

Aku tertegun saja, kembali duduk di kursi-ku, tanpa busana, langit senja berganti dengan langit malam, sebuah petir menyambar membelah heningnya suasana, kami masih diam beberapa menit, hingga Vero kembali berbicara,..

“Bapak, bisa bantuin Vero kan?” Dia bertanya,..

Aku diam saja, memikirkan cara untuk membantunya,..Namun pikiran jahat dari mana yang muncul, berusaha aku untuk menepis semua kebusukan pikiran ini,.. Dia seusia anak-ku, akutak mau anak-ku seperti ini,..

Sebuah petir kembali menyambar,..diiringi derasnya hujan,.Hal yang langka diawal musim kemarau ini,..

“Kalo segini sich belum cukup,..” Aku bahkan tak percaya ini meluncur dari mulut-ku,..Vero sampai tertegun mendengarnya,..Aku berdiri mendekatinya,..Kuraih dagu muridku, kucium bibir mungilnya itu,..

Vero mendorong-ku,..Tak ingin lagi dia dicium oleh-ku,..

“Bapak mau apa?” Vero bertanya, nadanya ketakutan,..

“Bapak Cuma mau lagi…”

Kudorong dia ke meja kerjaku, kali ini menungging,.. Dia berontak menghindari sergapan-ku,..namun ternyata aku masih bisa menggungulinya dengan tubuh tua ini, penisku kembali mengencang,..Kudorong paksa penisku masuk dalam vagina-nya,..

“Oughhh,..ahhhh..” pemiliknya menjerit tertahan, menahan sakit,..

Wajahnya seolah marah menatap-ku,namun aku tak perduli, aku terus memacu penisku dalam vaginanya, vaginanya pun masih memijitu seperti tadi, bukti dia tak 100% menolak aku menyetubuhinya,..

Aku terus mengerjainya dari belakang, kedua tangannya kutarik kebelakang, mencegah dia berontak atau memukulku, itu membuat dia tak dapat bersandar pada meja kerjaku,

Vero tetap mendesah hebat seperti tadi,..rambutnya terurai tak beraturan…

Di depan meja-ku adalah meja Bu Ratih, di belakangnya ada kaca berukuran besar, wajah Vero terpantul disana, matanya seolah marah padaku, aku tak perduli aku hanya ingin menikmati Mahasiswi cantik-ku ini lebih lama,..

Aku yang salah, atau dia yang salah?

Salahkah aku sebagai seorang dosen?

- Tamat -
Read More

Thursday, June 6, 2013

Dipaksa Tapi Tak Terlalu

Maya duduk di atas ranjang. Hal ini terjadi lagi. Suara dengkuran Krisna menandakan bahwa dia tertidur dengan sangat lelapnya dan membiarkan Maya merenungi sendiri apa yang tengah terjadi dalam kehidupan rumah tangganya. Setelah berjalan lima tahun, perkawinan mereka terasa mulai hambar.

Selama empat tahun sebelumnya, kehidupan seksual mereka bias dikatakan sangat sempurna. Hubungan seks berlangsung hampir setiap malam dalam seminggu hingga beberapa bulan belakangan. Sekarang hanya sekali dalam seminggu dan itupun berlangsung dengan amat cepat dan singkat dan selalu membuatnya tergantung.

Maya berfikir apakah ini semua karena dirinya yang menjadi penyebabnya tapi dia sadar dalam usianya yang ke28 tahun sekarang ini bentuk tubuhnya masih tetap sama tak ubahnya ketika berumur dua puluh. Hampir semua pria yang dikenalnya mengatakan kalau dia adalah sosok dambaan setiap lelaki normal.

Dia bangkit dari ranjang tanpa membangunkan suaminya. Bahkan suaminya tak akan bangun jikalau dia bermaksud membangunkannya sekarang, kondisi suaminya selalu kelelahan akhir-akhir ini. Dia berjalan melintasi kamar tidurnya masih dalam keadaan telanjang seusai persetubuhan yang berakhir dengan kekecewaan dengan suaminya. Cahaya bulan purnama menyinari kamar tidurnya hingga menjadikan seakan disiang hari. Dia berhenti di depan cermin memandangi tubuhnya untuk memastikan apakah bentuk tubuhnya masih tetap seperti dalam angannya. Apa yang dilihatnya adalah sesosok wanita berusia 28 tahun yang telah menikah selama 5 tahun dengan kekasihnya ketika kuliah dulu. Rambut hitamnya yang panjang dan lebat sama hitam dan lebatnya dengan rambut yang menutupi sekitar selangkangannya dan diteruskan dengan sepasang paha yang jenjang menopang semampai tubuh 167nya. Buah dadanya masih tetap kencang dan mendongak angkuh, dan bongkahan pantatnya tetap bundar dan padat. Semua itu terbingkai dalam sosoknya yang seberat 50kg. Tidak, tak mungkin dirinya yang menjadikan Krisna berpaling darinya setiap malamnya.

Dia memikirkan Krisna. Mereka mulai pacaran di tahun terakhir kuliah dan segera menikah begitu wisuda. Seks merupakan bagian yang besar dalam hubungan mereka bahkan sebelum mereka menikah, dan semakin menjadi bagian yang lebih besar setelah keduanya menikah. Krisna memang mempunyai pengalaman yang ‘lebih’ sebelum bertemu dengannya dan Maya sendiri masih ‘gadis’ sebelum bertemu dengan Krisna. Krisna mengajarkan semuanya pada Maya hingga menjadi sosok wanita seperti yang sekarang, dan Krisna masih tetap satu-satunya guru, kekasih, suami dan partner seks yang dimilikinya. Krisna adalah sosok dambaan semua teman wanitanya. Tinggi tubuhnya yang mencapai 190 membuatnya gagah ditambah rambut ikalnya dan sepasang mata elangnya. Kejantanannya sendiri cukup besar untuk memuaskan dahaga seksual Maya.

Krisna mempunya pekerjaan yang menghasilkan uang yang cukup untuk memenuhi semua kebutuhan rumah tangganya dengan tanpa Maya susah payah bekerja. Memang Krisna menginginkan dia menjadi ibu rumah tangga dan mengurus semua kebutuhan rumah. Mereka memiliki sebuah rumah yang nyaman dengan halaman yang sangat luas yang bias menampung sebuah kolam renang dan sekedar untuk berkuda. Benar-benar memberikan mereka sebuah privasi yang berlebih dengan letaknya yang jauh dari pusat kota. Mereka sudah menempati rumah tersebut selama dua tahun. Satu-satunya orang yang tinggal dengan meraka hanyalah seorang penduduk setempat berusia hampir paruh baya yang bekerja mengurus rumah mereka. Adik Krisna baru saja tinggal dengan mereka beberapa bulan yang lalu. Ayah dan Ibu Krisna memutuskan untuk mengontrakkan rumah mereka yang berada di pusat kota dan pindah di kampung halaman untuk menghabiskan masa tua mereka. Adi, adiknya Krisna masih ingin tetap tinggal di kota ini untuk meneruskan sekolahnya.

Adi bukan merupakan sebuah masalah diantara Maya dan Krisna. Masalah mereka sudah berawal jauh sebelum dia pindah dengan mereka. Maya suka dengan adik iparnya tersebut dan sangat setuju jika Adi tinggal bersama mereka. Adi sama sekali bukan masalah dan dia bukan orang yang suka mencampuri terlalu dalam urusan orang lain. Adi juga merasa cocok dengan kakak iparnya dan mereka sering menghabiskan waktu bersama untuk sekedar ngobrol ataupun berenang. Adi merupakan sebuah duplikat yang lebih muda dari kakaknya.

Sukri, sang pengurus rumah, juga tinggal di rumah ini. Dia menempati sebuah rumah kecil yang terletak dekat dengan gudang, jauh di pekarangan belakang rumah mereka. Dia lahir dan tumbuh di tanah ini, dan ketika tanah ini dibeli Krisna dia meminta ijin untuk tetap tinggal disini. Usianya hamper 40 tahun tapi alam membuatnya terlihat masih berusia 20an. Tubuhnya tinggi kekar dengan kulit sawo matang. Dia merasa senang bekerja mengabdi pada Krisna dan Maya. Terutama saat berada di dekat Maya ketika wanita ini berkuda dengan memakai celana jeans ketatnya. Dalam benaknya dia melihat Maya yang tanpa busana setiap kali berada di dekatnya. Strata sosial yang membedakan derajat mereka, ataupun Maya yang juga majikannya tak menghentikan fantasinya untuk menikmati keindahan tubuh wanita cantik ini di atas ranjang.

Maya memandang kea rah tempat tidur dan Krisna masih terlihat lelap tidurnya. Dikenakannya kembali baju tidur sutra tipisnya yang beberapa saat lalu dipakainya untuk membangkitkan gairah suaminya agar bercinta dengannya. Itu merupakan sebuah baju tidur seksi yang sangat tipis dan tak mampu menyembunyikan bagian dalam tubuh telanjangnya. Dia berjalan menuruni anak tangga dab keluar menuju beranda belakang yang mengarah ke kolam renang.

Suasana malam musim panas ini terasa tenang dan damai di pinggir kolam renang. Maya sering berada di sekitar kolam renang ini saat malam hari untuk sekedar duduk-duduk santai melepaskan lelah dan terkadang juga berenang, dengan tanpa selembar pakaianpun. Krisna pernah mengingatkannya kalau mungkin saja Sukri melihatnya, tapi Maya tak peduli. Dia merasa bangga dengan bentuk tubuhnya dan tak merasa ada yang membuatnya malu dengan keadaannya. Dia tak selalu beranang dalam keadaan telanjang tapi bikini yang dipakainya juga tak mampu berbuat banyak untuk menutupi keindahan tubuhnya. Dan Maya juga tahu kalau Adi, adik iparnya itu juga suka memandangi tubuhnya saat dia mengenakan bikini. Tapi Adi belum pernah melihatnya beranang telanjang karena dia menghentikan kebiasaannya tersebut begitu adik iparnya menetap bersama mereka. Pernah suatu malam Adi menemaninya berenang di malam hari setelah Krisna pergi tidur dan keduanya berenang bersama..

Pakaian tidur tipi situ membungkus tubuhnya semakin erat saat Maya merentangkan kedua tangannya dan menghitung bintang bintang yang bertaburan menghiasi langit hitam di atasnya. Dia baru beberapa menit berada di luar sini ketika di dengarnya suara mobil Adi memasuki carport. Dia tahu kalau seharusnya dia bergegas berdiri dan masuk ke dalam rumah sebelum adik iparnya masuk. Dia tidak telanjang tapi apa yang menutupi tubuhnya tak bisa menutupi tubuhnya meskipun di bawah cahaya sinar rembulan. Dia merasa bimbang untuk berbuat apa hingga akhirnya waktu jadi terlambat saat mobil Adi mulai memasuki tempat parker yang terletak di samping kolam renang tersebut.

Adi keluar dari dalam mobil dan kemudian membanting pintunya dengan sangat keras. “Wah wah, kamu pasti sedang sangat marah ya sampai-sampai pintunya kamu banting begitu.”

Adi terlonjak saking terkejutnya tak menyadari ada seseorang dibelakangnya di jam selarut ini. “Ya, mbak boleh bilang malam yang benar-benar sial.” Maya tahu kalau adik iparnya baru pulang dari kencan dengan kembang sekolahnya. Seorang gadis yang menjadi rebutan dan kabar burung menceritakan kalau gadis tersebut bisa diajak tidur asal bisa menaklukkan hatinya, dan malam ini Adi mencoba peruntungannya. Mereka berdua pernah membicarakan tentang hal ini sebelumnya dan saat Adi akan keluar malam tadi, Maya juga mendoakan agar dia berhasil.

Maya bangkit dari bangku yang didudukinya dan memberi isyarat pada Adi untuk mendekat. “Kelihatannya kamu dan aku sedang sial malam ini. Duduklah sini dan ceritakan bagaimana kencanmu.”

Adi baru saja akan duduk saat dia menyadari betapa tipisnya baju tidur yang dikenakan kakak iparnya ini. Dia pernah melihatnya memakai bikini tapi payudara kakak iparnya jauh tampak lebih jelas dengan baju tidur tipis yang dikenakannya ini dibandingkan saat memakai bikini. “Hey, mbak terlihat sangat cantik. Bagaimana mungkin mbak punya masalah kalau pakai pakaian seperti ini?”

Maya melipat kedua lengannya di depan dadanya. “Kamu jangan memandangiku seperti itu.”

“Rasanya sulit setelah kencan sial malam ini.”

“Ceritakan padaku.”

“Mbak yang cerita lebih dulu apa yang sudah terjadi baru aku ceritakan apa yang terjadi dengan kencanku.”

“Tak banyak yang bisa kuceritakan. Sudah kusiapkan dinner yang romantis dengan wine dan lilin. Sudah susah-susah pergi ke salon biar kelihatan cantik. Pakai pakaian seksi seperti ini dan apa yang kudapatkan? Abangmu malah pergi tidur meninggalkan aku, end of story.”

“Kalau mbak berdandan seksi seperti ini untuk aku pasti aku tak akan pergi tidur dan membiarkan mbak sendirian.”

“Ah, kamu hanya coba menghibur aku.”

Adi duduk disamping kakak iparnya. Dia duduk merapat sangat dekat hingga bisa dirasakan kehangatan tubuh kakak iparnya. “Ceritaku tidak lebih baik dari mbak. Kencan dengan cewek yang jadi rebutan tapi hasilnya nol besar. Benar-benar malam yang paling sial minggu ini.”

Maya menyandarkan kepalanya di bahu Adi. “Sepertinya kita berdua jadi pecundang malam ini.”

Lengan Adi bergerak melingkari bahu kakak iparnya dan merengkuhnya lebih merapat padanya. “Aku tak tahu soal itu, tapi ini terasa sangat indah bagiku.” Tangannya bergerak ke bawah dan singgah pada buah dada Maya.

Maya tak menyingkirkan tangan Adi dari dadanya, dia hanya menatap jari-jari Adi yang mulai bergerak di dadanya dan kemudian memandangi wajah adik iparnya. “Apa kamu benar-banar baru berumur 18 tahun?”

“Aku cukup dewasa untuk merubah malam yang sebelumnya sial menjadi lebih baik.” Tangan Adi yang satunya mulai bergerak melepaskan tali yang mengikat baju tidur kakak iparnya. Segera saja dia menyibak gaun tidur itu hingga tubuh indah isteri abangnya ini terpampang jelas tanpa penghalang lagi. Kedua telapak tangannya bergerak ke buah dada Maya dan meremasnya dengan lembut hingga membuat putingnya mencuat menusuk lembut telapak tangannya. Kedua tangannya terus memainkan kedua daging kenyal tersebut sambil matanya menelusuri perut Maya yang rata hingga menuju ke bawah selangkangan yang dihiasi rambut lebat.

“Kamu cukup dewasa bagi abangmu yang akan membunuhmu kalau dia bangun.” Maya tak tahu apa yang membuat dirinya membiarkan adik iparnya ini berbuat seperti ini. Dia sama sekali tidak berusa untuk mencegahnya. Adi sudah hamper 3 bulan tinggal bersama mereka dan dalam benak Maya sama sekali tak pernah terlintas pikiran yang berbau seksual terhadap adik iparnya, hingga sampai malam ini, dan sekarang dia berada hanya berdua dengannya di pinggir kolam renang ini malam ini dalam keadaan telanjang seutuhnya dan suaminya sedang tertidur lelap di kamar tidur lantai atas Dan vaginanya sudah terasa sangat basah oleh gairah.

Bibir Adi mulai bergerak turun menuju bibirnya. Maya mendekatkan bibirnya tanpa diminta. Bibir Adi menyentuh bibirnya dan mulutnya mulai membuka. Lidah adik iparnya menyentuh bibirnya dan Maya membuka mulut untuknya. Adik iparnya sangat mahir memainkan bibirnya dan dia merasakan ada sebuah perasaan yang sangat mirip antara Adi dan suaminya. Maya mungkin tak pernah mempunya pikiran seksual terhadap adik iparnya ini tapi sudah lama Adi memendam hasrat ini dan saat ini dia benar-benar memanfaatkan kesempatan akan kepasrahan kakak iparnya ini.

Adi bisa mendengar lenguhan lirih Maya saat dia menciumnya. Maya mulai menggerakkan pinggulnya dan lengannya bergerak meraih tubuh Adi agar kedua bibir mereka melumat semakin merapat. Adi menyadari kalau kakak iparnya tak akan menolaknya malam ini dan mungkin saat ini adalah kesempatan terbaiknya untuk mewujudkan impiannya selama ini. Malam ini Maya merasa telah dicampakkan oleh suaminya dikala gairahnya tengah menyala-nyala dan Adi akan segera menyantap hidangan yang masih hangat yang tersuguh di hadapannya .

Sebelah tangan Adi bergerak turun ke bawah dan menelusuri kulit perut Maya yang lembut untuk menyentuh tepian vagina berbulu lebatnya. Kedua pahanya yang masih merapat erat menahan gerakan jemari Adi. Jemari Adi terus menggerayangi perut bagian bawahnya disertai lidahnya yang menari dalam mulut Maya. Akhirnya kedua paha Maya melemas dan mulai bergerak membuka. Jemari Adi langsung turun kea rah kelentitnya. Begitu kelentitnya tersentuh jemari Adi, kedua paha Maya membuka semakin lebar. Akhirnya Maya memberikan ruang seutuhnya pada Adi untuk berbuat sekehendak hati terhadap daerah paling rahasia dari tubuhnya. Langsung saja jemari Adi melesak masuk ke dalam.

Maya menjadi teramat sangat basah. Dia sedang berada dalam lingkaran perasaan yang membuatnya kesulitan untuk membedakan yang sedang mengeksplorasi tubuhnya ini Krisna ataukah bukan. Keduanya terasa sangat sama hingga Maya merasa kalau yang sedang menyentuhnya saat ini adalah Krisna. Nafasnya semakin memburu cepat saat dia merasa tubuhnya direbahkan ke atas bangku malas ini. Adi merbahkan tubuh Maya dan sekali lagi bibirnya menuju ke payudara Maya. Ciuman bibirnya menjalar bebas ke sekujur tbuh kakak iparnya ini. Gaun tidurnya terbuka lebar dan Maya rebah dengan kedua belah paha terpentang lebar saat jemari adik iparnya bergerak keluar masuk dalam vaginanya. Maya berada diperbatasan dari puncak kenikmatannya saat tiba-tiba Adi menghentikan aksinya.

Kedua mata Maya yang semula terpejam rapat langsung terbuka menatap begitu Adi berhenti. Adi sedang membuka pakaian terakhir yang menutupi tubuhnya. Batang penisnya mengacung dengan tegak dan keras, terayun-ayun saat dia berjalan mendekat ke arahnya. Batang penisnya cukup besar dan panjang. Untuk pertama kalinya Maya menyadari perbedaan di antara keduanya…

“Stop Adi! Apa yang kamu lakukan?”

“Aku akan membahagiakan mbak malam ini. Pikirkan saja betapa jauh lebih baiknya perasaan kita berdua setelah semua kesialan yang kita dapat sebelumnya.”

“Jangan lakukan, please. Aku isteri abangmu dan kalau ini terjadi mungkin kita berdua tak akan bisa menghentikannya.”

“Aku tak mungkin stop sekarang. Sudah sangat lama menginginkan mbak dan aku tahu kalau abang sudah tak melakukan PRnya dengan benar.” Maya merapatkan kedua pahanya untuk mencegahnya. “Ayolah mbak Maya buka untukku, aku tahu mbak pasti menginginkan juga seperti aku.”

Adi menunduk dan mencium sebuah putting payudara Maya lagi. Lalu dia berpindah ke mulutnya. Maya membuka mulut untuknya tanpa dipaksa. Adi menghentikan ciumannya untuk berbisik pada Maya, matanya menatap lembut, “Bukalah untukku May,… Aku ingin merasakan vaginamu meremas erat penisku saat kumasuki.” Lalu dia kembali melumat bibirnya.

Untuk pertama kalinya Adi memanggilnya tanpa panggilan mbak, sesuatu yang tak biasa tapi itu jadi pemicu bagi Maya hingga kalah dalam pertempuran ini. Maya memang menginginkan batang penis Adi memasuki tubuhnya. Sudah terlalu lama Maya tidak disetubuhi sesai dambaannya. Saat ini ada seseorang yang ingin memuaskan dia seperti apa yang pernah dilakukan suaminya dulu. Maya membuka pahanya. Sebelah pahanya masih berada di atas bangu dan sebelahnya lagi ditariknya ke atas tubuhnya. Adi bergerak ke depan dan batang penisnya dengan sendirinya menemukan jalan masuk. Dengan perlahan didorngnya maju dan kepala penisnya menyeruak membelah bibir vagina Maya.

Maya akhirnya melingkarkan kedua pahanya pada pinggang Adi dan tumitnya menancap erat pada pantat adik iparnya ini untuk menariknya masuk semakin dalam. Perlahan Adi mulai mengisi vagina Maya melebihi apa yang pernah dirasakannya. Setiap kocokannya Adi membawa mereka berdua semakin tinggi dan bertambah tinggi. Tak menunggu lebih lama Adi mulai menyentakkan penis kerasnya seutuhnya hingga ke dasar vagina kakak iparnya. Adi menghentakkannya dengan sangat keras tapi itulah yang didambakan Maya. Setiap kali Adi menarik keluar batang penisnya, kedua kaki menahannya seakan ingin segara melesakkannya ke dalam vaginanya kembali. Sama sekali tak terlintas dibenaknya kalu kini dia telah mengkhianati suaminya. Maya hanya meredakan dahaga batinnya dari apa yang beberapa bulan belakangan ini tak pernah diberikan oleh suaminya.

Tak membutuhkan waktu yang lama bagi keduanya untuk meraih akhir. Adi memberikan persetubuhan yang cepat, keras dan sedikit kasar pada Maya seperti apa yang belakangan ini tak didapatkannya dari suaminya. Klimaks itu berada di puncak bukit di depan mata dan mereka berdua saling bergegas mendakinya bersama. Dengan berbarengan keduanya mencapainya dan hanya mulut Adi yang segera melumat bibir isteri abangnyalah yang mencegah suara jeritan kenikmatan Maya agar tak membangunkan Krisna atau bahkan Sukri.

Semuanya sudah berakhir dan mereka berdua benar-benar merasa amat kelelahan. Dengan kepayahan Adi mengangkat tubuhnya yang menindih Maya. Batang penisnya yang melemas tercabut keluar dari vagina Maya yang terisi penuh sperma adik iparnya dan mulai meleleh keluar menuruni paha jenjangnya. Maya bangkit untuk duduk dengan lemas dan Adi duduk di sampingnya, keduanya masih tanpa pekaian. Maya mulai merasakan penyesalan dan Adi menyadari hal tersebut. “Jangan menyesali sesuatu yang terasa sangat indah. Tak mungkin ini sesuatu yang buruk.” Dia mendekat dan mencium ujung bibir Maya. Maya menatapnya; “Apa benar kamu baru berumur 18?” Keduanya tertawa pelan dan Maya merasa jauh lebih baik.

Maya berkata, “Sudah cukup kita menggunakan kesempatan untuk malam ini. Aku harus kembali ke kamar sebelum Krisna menyadari kalau aku tak ada di sampingnya. Kita berdua sama-sama menginginkan ini terjadi malam ini dan aku rasa kita juga sudah mendapatkan apa yang kita mau.” Keduanya berjalan saling berpelukan menuju ke dalam rumah. Adi masih telanjang dan membawa pakaiannya di tangannya sedangkan Maya sudah mengenakan gaun tidurnya kembali. Di pintu belakang Adi memberi sebuah ciuman selamat malam pada Maya, tak melepaskan ciumannya hingga Mayalah yang akhirnya menghentikannya. Dalam benak keduanya membayangkan kalau saja malam ini hanya mereka berdua yang berada di rumah pastilah malam masih akan teramat panjang. Adi berjalan menuju kamarnya di lantai bawah dan Maya berjalan menaiki tangga menuju kamarnya di lantai atas.

Krisna sudah terjaga dan mendapati kalau dia sendirian. Di pikir isterinya sedang ke kamar mandi dan segera kembali nanti. Dia kembali tidur tapi beberapa menit kemudian terbangun lagi. Maya masih belum kembali. Dia tahu kalau kadang-kadang isterinya suka berenang malam-malam. Dia berjalan menuju ke jendela dan hal yang pertama kali disaksikannya adalah isterinya, Maya yang sedang berciuman dengan Adi, adiknya di atas bangku di pinggir kolam renang. Cahaya bulan purnama membuatnya dapat memastikan hal itu meskipun dalam keremangan malam. Reaksi pertamanya adalah ingin langsung turun ke sana dan menendang pantat adiknya. Tapi kemudian sesuatu itu menghantamnya, dia sadar kalau hal itu penyebabnya adalah karena salahnya sendiri. Dia sadar kalau telah menampik setiap ajakan isterinya untuk bercinta beberapa bulan belakangan ini.

Dia tak menginginkannya, tapi dia sudah terlibat dalam hubungan yang rumit dengan seorang wanita di kantornya dan dia tak mampu untuk menghentikannya. Susan berumur lebih tua darinya dan bahkan tidak berwajah lebih cantik dibandingkan Maya. Saat itu dia sedang mabuk di acara pesta kantornya dan mereka berdua berakhir dalam persetubuhan di atas meja kerja kantornya. Susan seakan sebuah obat yang tak mampu dia tolak. Dia mampu memberikan sesuatu yang lebih dengan vaginanya yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Dia mengontrol otot vaginanya hingga seakan mampu memerah batang penisnya dan hal tersebut tak dimiliki Maya.

Sejak affair ini terjadi, Susan seakan tak pernah merasa terpuaskan. Dia menginginkan bersetubuh setiap waktu dan dimanapun tempatnya jika memungkinkan. Dan itulah yang membuatnya selalu kelelahan saat pulang ke rumah. Jadi, ketika Krisna melihat adiknya sedang mencium isterinya dan mulai menyetubuhinya, yang mampu dilakukannya hanya melihat. Dan yang lebih mengejutkannya adalah ternyata penisnya menjadi sangat ereksi saat melihat hal itu.

Krisna bukanlah satu-satunya orang yang menyaksikan dengan menahan nafsu perselingkuhan antara Maya dan Adi. Sukri sudah melihat saat Maya keluar dari pintu belakang dan duduk di atas bangku itu. Dengan bersembunyi di kegelapan malam dia sudah menanti kedatangan Maya, sebelumnya dia sudah pernah menyaksikan nyonya majikannya itu berenang dengan telanjang, dan malam ini dia berharap hal itu terulang kembali. Dia menyaksikan saat Adi dating dan kemudian mulai menyetubuhi nyonya majikannya yang cantik itu. Sejak pertama kali bertemu, Sukri sudah menginginkan Maya. Dia adalah wanita tercantik yang pernah dia temui. Meskipun dia sadar betapapun dia mengharapkan, hal itu tak akan terwujud. Dan dengan kejadian yang dia saksikan malam itu memberinya sebuah harapan untuk mewujudkan impiannya.

Dengan hati riang Maya mengayunkan pinggul menapaki tangga menuju kamar tidurnya. Untuk pertama kali sejak beberapa bulan birahi dan vaginanya terpuaskan. Saat dia membuka pintu kamar dia mendapati Krisna di atas ranjang. Selimutnya sudah terlempar di atas lantai dan dia rebah dengan batang penis yang ereksi.

“Waktu aku bangun kamu tidak ada. Aku pikir kamu segera kembali dan aku ingin menuntaskan apa yang kita awali sebelumnya. Sorry, belakangan ini aku sering kecapekan dan mengabaikan kamu. Kemarilah dan ijinkan aku menebusnya.”

“Aku mau ke kamar mandi dulu.”

“Jangan, tak usah. Aku mungkin tak bisa menahan lebih lama lagi kalau kamu ke kamar mandi dulu.”

Maya sadar jika dia menuruti kemauan suaminya untuk bercinta sekarang, Krisna akan merasakan sperma adiknya di dalam vaginanya. Krisna tak memberinya kesempatan untuk berpikir, dia berdiri merengkuh tubuh Maya kedalam pelukannya dan memberinya sebuah ciuman yang dalam sebelum merebahkannya ke atas ranjang. Segera dilepaskannya tali gaun tidur itu dan menyibaknya lebar hingga tubuh isterinya terpampang jelas di hadapannya. Dia bergerak di antara paha Maya dan sedetik berikutnya penisnya merangsak masuk ke dalam vagina Maya yang baru saja disetubuhi Adi.

Dengan mudah penisnya masuk ke dalam. “Kamu sangat basah malam ini. Aku akan memanjakan dan memuaskanmu.” Krisna menyetubuhinya dengan keras dan cepat membuat batang penisnya bergerak mengaduk sperma adiknya. Dia tahu penyebab kenapa Maya sangat basah dan bukannya hal itu membuatnya marah tapi sebaliknya. Batang penisnya terasa sangat keras dan dia ingin mengantarkan Maya ke puncak terlebih dahulu sebelum dia menyemburkan spermanya sendiri.

Maya sangat bahagia dengan cara suaminya menyetubuhinya sekarang ini. Dia suka dengan foreplay yang panjang dan seksi saat bercinta tapi begitu penis suaminya memasuki vaginanya dia ingin Krisna tak menyia-nyiakan waktu lebih lama lagi dan segera menyetubuhinya bukannya sekedar bercinta dengannya. Meskipun setelah baru saja melakukan hubungan seks yang panas dengan Adi, Maya masih menginginkan yang lebih lagi dari Krisna. Maya sadar kalau suaminya bisa merasakan sperma Adi di dalam vaginanya tapi selama Krisna tak tahu apakah itu, maka hal tersebut tak menjadi masalah baginya. Bersama mereka berdua menggapai puncak kenikmatan.

Krisna menyemburkan spermanya di dalam wanita yang sangat dicintainya ini seiring gemuruj orgasme yang sedang dirasakan Maya dan membuat dinding vaginanya memerah setiap tetes cairan cinta dari suaminya. Hubungan seks ini terasa sangat memuaskan bagi Krisna dan dia berfikir apakah ini karana dia baru saja menyaksikan adiknya sendiri menyetubuhi isterinya ini.

Maya tak peduli apa yang menyebabkan ini jadi terasa sangat nikmat kembali dia hanya merasa sangat bahagia karena Krisna sudah kembali seperti dulu lagi. Mungkin dia bisa menyetubuhi Adi kapanpun dia mau, tapi bagaimanapun juga dia tetap membutuhkan suaminya sendiri.

Maya bangun kesiangan esok paginya. Krisna sudah berangkat kerja dan Adi sudah pergi ke sekolah. Samar-samar dia ingat saat Krisna memberinya ciuman sebelum berangkat kerja tadi. Dia berguling dan dapat merasakan sisa sperma yang keluar dari vaginanya. Setelah Krisna selesai malam tadi, Maya sudah tak punya tenaga lagi untuk membersihkan diri. Mandi adalah hal pertama yang paling ingin dia lakukan hari ini. Seusai mandi dan membersihkan diri di wajahnya masih terlukis sebuah senyum oleh peristiwa semalam. Dia sadar kalau semestinya dia merasa bersalah dan menyesal tentang Adi tapi entah kenapa dia tak mampu untuk itu. Untuk pemuda berusia 18 tahun, Adi sungguh memahami benar bagaimana caranya membahagiakan seorang wanita.

Maya tak tahu apa yang terjadi pada Krisna. Setelah beberapa bulan belakangan berlangsung dengan hubungan seksual yang sangat sangat jarang sekali dan tanpa gairah, tiba-tiba saja dia berubah seakan tak pernah tercukupi semalam. Maya sungguh berharap apapun yang mengganggu pikiran suaminya selama ini sudah terselasaikan.

Menjelang siang dia sudah selesai sarapan dan sekaligus membersihkan sisa piring kotor yang ditinggalkan oleh Krisna dan Adi di dapur dan bersiap untuk pergi ke kolam renang. Dia heran kenapa Pak Sukri belum kelihatan hari ini. Jika saja orang tua itu tidak kerja hari ini dia akan menikmati sinar matahari seutuhnya. Merasa tak pasti akan hal tersebut, akhirnya dia memutuskan untuk memakai bikini saja. Meskipun tetap saja bikini yang dikenakannya masih tak mampu menutupi seluruhnya tapi setidaknya dia tidak telanjang jika ternyata Pak Sukri datang agak siangan lagi. Maya sudah melihat bagaimana cara lelaki yang sudah lama ditinggal mati isterinya itu melihat dirinya,ada suatu yang membuatnya berdesir entah apa.

Dia berenang beberapa putaran seperti yang biasa dilakukannya setiap pagi sebelum akhirnya naik dan rebahan di atas bangku santai yang dipakainya bersama Adi semalam. Tak mampu dicegahnya untuk memikirkan peristiwa dengan adik iparnya tersebut, dan bagaimana dia merebahkannya di atas bangku ini dan memberikannya sebuah persetubuhan yang sangat menggairahkan. Puting susunya menjad sangat keras ketika membayangkannya. Dia tak tahu bagimana nanti menghadapi Adi setelah kejadian semalam, tapi yang pasti dia tahu kalau mereka berdua harus berhati-hati kalau ada Krisna. Dia juga merasa jika Adi akan menginginkannya lagi dan Maya merasa kalau dia juga tak ingin menghentikan adik iparnya.

Baru saja dia hampir terlelap saat ada sebuah bayangan menghamiprinya, membuatnya terbangun dan saat dia membuka matanya dilihatnya Sukri sudah berdiri di sampingnya. Dengan cepat dia bangkit. “Oh, selamat pagi Pak Sukri, aku baru saja mau tertidur. Ada keperluan apa Pak?” Maya tahu biasanya orang ua ini jarang sekali masuk ke dalam area rumahnya kecuali untuk mengerjakan pekerjaannya. Ada sesuatu pancaran di matanya yang belum pernah dilihat Maya sebelumnya. Sebuah tatapan mata yang sering dilihatnya dari para lelaki yang menginginkannya. DIa bersukur telah memakai bikini tapi saat ini dia berharap memakai yang lebih lagi. Handuk yang tadi dibawanya telah dijatuhkannya dipinggir kolam di sisi yang lain sebelum dia terjun ke kolam tadi.

“Nyonya Maya, saya ingin bicara dengan anda.” Maya hendak berdiri dan berkata, “Baiklah Pak Sukri, ada keperluan apa?”

Tangan Sukri menahan bahu Maya agar tak berdiri. Ini mengejutkan Maya. Ini pertama kalinya orang tua ini menyentuhnya. Dia kembali duduk dan menatap matanya. Dia tak ingin orang tua ini tahu kalau dia merasa takut terhadapnya.

“Saya hanya ingin ketemu anda dan mebicarakan sebuah perundingan dengan anda”

“Perundingan macam apa maksud anda?”

“Saya tak tahu lagi harus bagaimana kecuali langsung menemui anda dan membicarakannya. Saya sudah memperhatikan anda sejak pertama kali anda pindah kemari. Anda adalah wanita tercantik yang pernah saya lihat. Saya sangat ingin bercinta dengan anda setiap kali saya melihat anda. Saya sadar kalau itu hanya harapan yang sia-sia belaka hingga semalam. Kemudian saya melihat anda dan mas Adi dan saya tahu kalau akhirnya tiba waktunya harapan saya itu akan terkabul.”

Maya merasa seakan tubuhnya diguyur oleh air dingin. Lelaki paruh baya ini telah melihatnya dengan Adi semalam dan kini dia menginginkan hal yang sama juga. Yang terlintas di pikirannya saat ini adalah segera lari dari sini dan menyingkir jauh-jauh.

“Saya tak mengerti maksud anda. Apa yang saya lakukan dengan Krisna atau Adi atupun orang lain adalah urusan saya.” Dia mencoba untuk berdiri lagi dan kembali Sukri mendorongnya duduk, kali ini dengan lebih keas lagi.

“Saya tahu kalau itu adalah urusan anda tapi bagaimana kalau Tuan Krisna tahu anda sudah tidur dengan adiknya?”

Maya tak mungkin dia membiarkan Krisna tahu tentang perbuatannya dengan Adi, Maya sadar kalu dia tak bisa berbuat apa-apa. Jika kejadiannya dengan pria lain dan bukannya dengan adik suaminya mungkin saja tak seburuk ini. Mungkin dia bisa menangis dan memohon ampun pada Krisna dan suaminya itu mungkin saja mau memaafkannya, tapi tak mmungkin kalau kejadiannya dengan. “Anda mau apa?”

“Saya menginginkan anda, dan saya menginginkan anda seperti Adi mendapatkan anda tadi malam. Anda menuruti dan saya akan melupakan apa yang telah saya lihat semalam.”

“Dan kalau saya tidak melakukan apa yang anda mau apa yang bisa anda lakukan? Ini hanya akan jadi sebuah cerita karangan anda saja.”

“Saya sudah mengira kalau anda akan berkata seperti ini. Saya sudah menyiapkan beberapa foto yang akan menjadi bukti cerita saya itu.” Sukri sadar kalau soal foto itu hanyalah karangannya saja, tapi dia yakin kalau Nyonya majikannya ini tak tahu akan hal itu.

Maya sadar kalu dia telah kalah. Dengan adanya foto tersebut tak mungkin dia bias membantah tentang perbuatannya dengan Adi kepada Krisna. Wajahnya tertunduk dan Sukri tahu kalau wanita di hadapannya akan memberikan apa yang dia maus.

“Kapan?”

“Sekarang, sudah terlalu lama aku menunggu. Berdiri dan segera masuk ke dalam rumah. Saat saya menikmati tubuh anda saya ingin melakukannya di atas kasur yang lembut dan empuk agar bisa benar benar merasakan nikmatnya.” Sukri memberi tanda agar dia berdiri dan Maya mematuhinya. Dengan perlahan dia berjalan menuju ke dalam rumah. Sempat terlintas dibenaknya untuk lari dan mengunci pintunya tapi dia sadar kalau lelaki di belakangnya ini akan menceritakan semuanya kepada Krisna dan pernikahannya akan.

Begitu memasuki rumah Sukri langsung menutup pintu dan sekaligus menguncinya. Maya berhenti tapi segera Sukri menggiringnya menuju kamar tidur. Maya bermaksud melewati kamar tidurnya dan menuju ke kamar tamu. Sukri menghentikannya dan berkata, “Tidak, saya ingin di ranjang anda. Saya ingin menyetubuhi anda di tempat suami anda melakukannya setiap waktu.”

Maya memasuki kamarnya. Ranjang itu telah dirapikannya dan seprei serta selimutnya sudah diganti dengan yang bersih setelah terpakai semalam. Sukri menarik selimutnya dan melemparkannya ke lantai. Kemudian dia rebah ke atas kasur empuk itu dengan tangan di bawah kepalanya. Dia tahu kalau Maya tidak bias lari ke manapun lagi dan dia ingin benar-benar menikmati waktunya bersama nyonya majikannya yang cantik ini. Dia berdiri dengan berkacak pinggang. “Lepaskan bajuku.”

Maya sadar dia tak punya pilihan lagi. Dia mendekat. Diraihnya bagian bawah baju Sukri dan mengangkatnya melewati kepalanya. Lelaki paruh baya ini jauh lebih tinggi darinya hingga membuat dia hampir menyentuh tubuhnya saat melepaskan baju itu. Maya melemparkan baju tersebut ke atas kursi. Maya sudah pernah melihat tubuh Sukri yang kekar tanpa baju saat bekerja di kandang kudanya, dan dalam jarak sedkat ini dia semakin melihat betapa Sukri memiliki bentuk tubuh yang besar dan tegap. “Sekarang, buka bikini atas anda.”

Untuk sejenak Maya bimbang dan kemudian tangannya bergerak ke belakang tubuhnya untuk melepaskan bikini atasnya. Dia melepasnya melewati bahunya dan berusaha menutupi. “Turunkan tangan anda, saya ingin melihatnya dengan jelas.” Maya melemparnya ke kursi menyusul baju Sukri dan sekarang dia berdiri di depa Sukri dengan payudara yang terpampang tak berpenutup. “Ke sini.” Tangan Sukri tejulur ke depan dan menarik tubuh Maya mendekat. Maya berusaha untuk mundur tapi Sukri mencengkeramnya dengan erat. Maya sadar kalau dia harus mematuhi semua kemauan lelaki paruh baya ini.

Batang penis Sukri mengeras dengan sempurna saat payudara Maya terpampang seutuhnya. Tak sabar dia untuk merasakan daging membusung itu dengan tangan dan mulutnya. Sukri mundur sedikit sekedar untuk mempertimbangkan apa yang pertama kali akan dilakukannya pada isteri majikannya ini. Dia ingin langsung menerkamnya tapi dia lebih ingin kalau wanita ini yang merengek memohon padanya. “Mendekatlah, biar puting anda menyentuh dada saya.”

Maya merasa tegang menyadari kontak yang sebentar lagi akan terjadi. Payudaranya sangatlah sensitif fan dia sadar kalau lelaki ini ingin membuatnya jadi terangsang. Dia meyakinkan dirinya kalau dia tak akan membiarkan lelaki ini merasa puas telah dapat menjadikan dirinya menikmati pemaksaan ini. Dia mendekat seperti yang dipinta Sukri. Putingnya hanya menggesek otot di dada Sukri, tapi tubuhnya bereaksi berlawanan dengan kehendak pikirannya. Putingnya langsung mulai mengeras karena sentuhan itu.

Sukri menatap ke bawah pada payudara putihnya yang baru saja bersentuhan dengan dadanya yang coklat kehitaman. Dia sangat ingin melumat dengan mulutnya tapi dia mencoba untuk sabar menunggu. “Buka mata anda. Lihat saat susu anda menyentuh saya. Putingnya langsung mengeras. Saya tahu kalau anda ingin segera disetubuhi?”

“Tidak, aku ingin menghentikan ini.”

“Lepaskan celana saya.” Maya diam saja.

“Sekarang, jangan sampai membuat saya menunggu.” Maya sedikit mundur untuk meraih sabuknya tapi Sukri menarik tubuhnya hingga merapat padanya. Maya sadar kalau lelaki paruh baya ini ingin agar putingnya tetap menggesek kulitnya saat dia melepaskan celananya.

Setelah dia buka sabuk itu, kemudian diturunkannya celana dan celana dalamnya sekaligus itu melewati pinggang Sukri. Maya mengalami sedikit kesulitan saat melakukannya karena gundukan keras diselangkangan Sukri, tapi akhirnya dia berhasil melepaskannya. Batang penis Sukri terbebas lepas dari dalam celana dalamnya begitu penutupnya terbuka. Maya bisa merasakan daging keras tersebut menghantam kulit perutnya saat dia menurunkan celana Sukri. Maya harus membungkukkan tubuhnya untuk melepasnya, gerakannya itu membuat putting dan payudaranya semakin mengeras. Ketika akhirnya Maya berhasil menurunkan celana Sukri hingga mata kakinya, btang penis itu jadi menggesek payudaranya. Batang itu tepat di depan matanya kini dan dia melihat dengan terperanjat akan batang penis terbesar yang pernah dilihatnya seumur hidupnya. Warnanya sangat gelap coklat keunguan. Bahkan ini lebih besar dan panjang dari penis Adi. Vaginanya langsung saja menjadi lebih basah dan keteguhan hatinya untuk tak membiarkan dirinya larut di dalam gairah saat ini menjadi pudar.

Sukri tetap menahan tubuh Maya agar terus menghimpitnya. Dapat dirasakannya kalau putting nyonya majikannya ini semakin bertambah keras saja. Sukri membungkuk untuk meraih pinggul Maya dan melepaskan bikini bagian bawahnya. Sebelum dia berlutut untuk melepaskan kain terakhir itu, tangan Sukri bergerak ke selangkangan Maya untuk meraba vaginanya.

Hal tersebut mengakibatkan sebuah sengatan listrik bagi Maya saat tangan Sukri menyentuh kelentitnya dan sekaligus memeriksa sudah sebasah apakah dia kini. Sukri sangat mengerti kalau tinggal selangkah lagi Maya akan memohon padanya untuk segera menyetubuhinya. Sukri berlutut dan menarik lepas bikini bawah itu dan Maya melangkah keluar dari pakaian terakhir yang dikenakannya tanpa disuruh lagi. Vaginanya yang berambut lebat itu tersuguh tepat di depan wajah Sukri dan dia tak menyia-nyiakan barang sedetikpun untuk menikmati madu birahi yang sudah mulai meleleh turun di paha Maya. Lidahnya menyentuh setiap titik sensitive di vagina itu yang dia tahu. Maya tak mampu mencegah tangannya agar tak mendorong kepala Sukri agar semakin terbenam dalam selangkangannya. Maya ingin agar lidah lelaki paruh baya di bawahnya ini terbenam sedalam-dalamnya saat jemarinya mempermainkan kelentitnya. Tak ayal lagi paha Maya mulai bergetar.

Sukri berhenti lalu berdiri. “Apa nyonya sudah siap untuk naik ke ranjang sekarang?”

Maya tak menjawab tapi reaksinya berbicara lebih keras dari jawaban yang mungkin keluar dari dalam mulutnya. Dia naik ke atas ranjang dan memberi ruang untuk Sukri, dan Sukri segera menyusulnya dan bergerak di antara paha Maya. Birahi Maya setinggi saat bersama Adi kemarin malam. Dia ingin disetubuhi sebanyak-banyaknya. Dia tak peduli kalau ini adalah pengurus rumahnya yang akan memasukinya. Dia hanya ingin agar vaginanya terisi penuh dan yang aada saat ini hanyalah lelaki paruh baya ini. Maya membuka lebar-lebar kakinya untuk Sukri. Dia melihat Sukri hanya menatapi vaginanya yang berambut lebat dan dia segera menarik maju tubuh Sukri. Kepala penisnya langsung menyentuh bibir vagina Maya dan salah satu tangan Maya langsung menggenggamnya untuk menempatkan kepintu masuknya.

Sukri tahu kalau Maya sudah dalam kekuasaannya sepenuhnya sekarang. Dia membiarkan Mayalah yang membimbing batang penisnya untuk masuk. Dapat dia rasakan kehangatan dari vagina Maya di kepala penisnya dan dia sadar kalau dia akan segera mengalami sebuah pengalaman yang sangat tak mungkin dilepaskannya. Kepala penisnya hanya baru masuk setengahnya kemudian dia menghentakkan pinggulnya hingga kepala penisnya merangsak masuk membaelah bibir vagina nyonya majikannya ini. Tak ada yang mampu menghentikannya memasukkan batang penis coklat tuanya yang besar itu ke dalam vagina wanita cantik yang kaya ini sekarang.

Dia menaikkan kedua paha Maya ke atas bahunya agar membuka seutuhnya. Tanpa ragu dia mengayun tanpa henti hingga ke dasar vagina Maya. Maya menjerit kesakitan saat penis Sukri menyodoknya hingga ke mulut rahimnya. “Stop! Hentikan! Kamu akan membunuhku! Keluarkan! Tidak, Jangan bergerak! Jangan bergerak sedikitpun!” Sukri menghentikan gerakannya hingga Maya berhenti berteriak. Dia baru sadar kalau tak seharusnya berbuat sangat kasar tapi dia tak mampu menahannya.

Sekarang Maya memang sudah sangat mengharapkan batang penis besar dan panjang itu di dalam vaginanya tapi bukan dengan cara seperti ini. “Jangan bergerak kamu *******!” Dia mencoba mengambil nafas karena serangan brutal yang terjadi pada tubuh mudanya ini. Belum pernah ada seseorang yang menyakitinya seperti Sukri sekarang ini dan bahkan rasa sakitnya melebihi ketika keperawanannya direnggut Krisna dulu. “Diam saja. Rasanya sangat sakit meskipun mau kamu cabut. Kena juga kamu mesti melakukannya dengan sangat kasar sekali? Kamu tahu kalau aku sudah siap untukmu tapi kenapa kamu mesti sangat kasar? Kamu telah menyakiti aku.”

“Saya minta maaf.”

“Maaf persetan, tidak heran kamu mesti memaksa seorang wanita untuk melayanimu. Biarpun kamu punya penis yang hebat tapi kamu sangat tak tahu bagaimana menggunakannya.”

“Saya hanya tak mampu menahan diri. Saya sudah terlalu lama menginginkan hal ini terjadi.”

“Diam saja dulu sejenak. Rasa sakitnya sudah mulai berkurana sekarang.”

Setelah rasa sakit tak terperi yang telah diberikan Sukri, perlahan rasa sakit itu mulai berganti dengan sebuah rasa yang lebih membuai. Tubuh Sukri yang besar menindih dan menutupi seluruh tubuh Maya di bawahnya tapi itu sama sekali bukan sesuatu yang mengganggu perasaan Maya tapi sebaliknya. “Kalau kamu mau menyetubuhiku maka lakukanlah dengan benar.” Maya menarik kepala Sukri ke payudaranya dan Sukri tahu kalau Maya ingin agar dia mencium payudaranya itu. Kali ini dia benar-benar menikmati waktunya dengan menghisap putingnya perlahn secara bergantian. Kemudia dia naik ke mulut Maya. Bibir Sukri menyentuh bibir Maya dan Maya membuka mulut untuknya. Lidah Sukri memasuki mulutnya dan lidah Mya bertemu dengan lidahnya, saling melilit dalam tarian lidah yang panas hingga vaginanya mulai terasa normal kembali. Dia ingin agar Sukri bergerak perlahan hingga dia bisa menyesuaikan dengan ukurannya.

Semuanya jadi berbalik sekarang. Tak ada lagi pihak yang dipaksa. Maya menginstruksikan apa yang harus dilakukannya dan bagaiman dia menginnginkannya terjadi. Tak lama kemudian Sukri mengocokkan batang penisnya keluar masuk ke dalam vagina Maya dan Mya mengimbangi setiap ayunan Sukri dengan goyangan pinggulnya. Sukri tak mampu bertahan lebih lama lagi. “Saya tak bisa menahannya lagi, saya harus keluar sekarang.”

“Aku juga sudah siap kalau kamu siap sekarang.” Sukri mulai bergerak dengan cepat dan semakin bertambah cepat. Maya bersamanya sepenuhnya, vaginanya kini terasa sangat nikmat karena terisi oleh batang penisnya yang tak menyisakan ruang sedikitpun. Akhirnya Sukri sampai pada batas akhirnya dia mengangkat pantat Maya merapatkan vaginanya hingga membuat seluruh batang penisnya terbenam ke bagian terdalam dari vagina Maya. Sukri berhenti bergerak saat dia memberi Maya semburan spermanya. Saat Sukri memuntahkan spermanya, beriringan pula datangnya dengan klimaks Maya yang melandanya. Dapan panasnya itu seakan lelaki paruh baya ini tak berhenti berejakulasi.

Setalah semuanya mereda Sukri masih berada di atas tubuh Maya menciptakan sebuah pemandangan yang kontras. Tubuh muda putih molek tertindih tubuh tua kekar berwarna coklat tua. Sukri tiada henti melumat bibir dan payudara Maya. “Untuk sesuatu yang awalnya buruk, ini lumayan hebat juga. Aku yakin kalau kamu tak pernah berpikir untuk menggunakan kondom?” kata Maya. Dari pancaran sinar matanya, Maya tahu kalau kata kondom sangat jauh dari benak Sukri.

Belum lama berselang, penis Sukri kembali mengearas. Kali ini dia sangat menikmati waktunya untuk merasakan setiap kenikmatan dari tubuh Maya. Itu menjadikan Maya mendapatkan hadiah klimaks berkali-kali sebelum akhirnya Sukri menyemburkan spermanya untuk yang kedua kalinya ke dalam vaginanya lagi.

Mereka berdua bercinta, bersetubuh dan saling mengeksplorasi seluruh tubuh masing-masing dalam sisa waktu hari ini. Kontras warna diantara mereka malah semakin membuat birahi keduanya terbakar. Hingga hampir tiba waktunya jam pulang Adi dari sekolahnya saat terakhir sesi persetubuhan mereka hari ini. Keduanya saling mengerti bahwa ini hanyalah awal dari banyak hari lagi nantinya bagi mereka berdua untuk mengulangi pertarungan birahi mereka. Keduanya juga tahu hal ini adalah sebuah rahasia yang harus saling mereka simpan rapat-rapat. Kalau sampai Adi ataupun suaminya tahu akan hal ini maka habislah mereka berdua, Krisna akan menceraikan Maya dan tentu saja mengusir mereka berdua dari rumah ini.

Maya baru saja selesai mandi dan merapikan kamar tidurnya saat Adi pulang. Sukri sudah lama kembali ke tempatnya dan melakukan pekerjaannya yang seharusnya dilakukannya pagi ini. Hal yang paling ingin dia dengar adalah jika Krisna tahu akan peristiwa ini dan jadi marah besar hingga memecatnya. Dia ingin berada di rumah ini lebih lama lagi dan menikmati keindahan tubuh dari isteri Krisna yang putih mulus dan cantik itu.

Adi berusaha sebisanya agar bisa pulang ke rumah secepat-cepatnya agar punya waktu yang lebih bersama Maya sebelum abangnya pulang kerja. Dia masuk ke rumah tepat ketika Maya keluar dari dalam kamar. Rambutnya masih basah sehabis mandi dan putting payudaranya nampak menrawang dibalik blouse yang dikenakannya. Celana pendek yang dipakainya sangat longgar dan pendek memperlihatkan paha jenjangnya yang putih. Ketika keduanya bertemu, Adi berhenti di depannya. Ada sesuatu yang kelihatan berbeda dari diri Maya hari ini. Adi kira itu karena efek dari kejadian semalam bersamanya.

Dia menatap Maya tepat di matanya sebelum kemudian meraihnya ke dalam pelukannya. Maya menahan tubuh Adi dengan tangannya, bukannya dia tidak ingin dipeluk adik iparnya ini, dia hanya tak ingin kalau Adi tahu bahwa dia baru saja habis bersama lelaki. Setidaknya tidak sekarang ini. “Stop Adi. Abangmu akan segera pulang dan dia tak boleh menemukan kita seperti ini.”

“Dia baru pulang beberapa jam lagi. Apa kamu tidak suka dengan apa yang kita lakukan semalam?”

“Ya, aku sangat senang melakukannya dengan kamu meskipun seharusnya itu tak boleh terjadi. Kalau Krisna mendapati kita bersama kamu akan diusir dan mungkin aku akan diceraikan. Kita hanya butuh berhati-hati.”

Adi tak suka ditolak tapi dia sadar kalau mereka harus berhati-hati. Dia hanya ingin bersama kakak iparnya ini agar bis menikmati tubuh moleknya kembali. “Kapan kita bias bersama lagi?”

Sura pintu mobil yang ditutup menyelamatkan dia dari pertanyaan Adi. Dia melepaskan diri dari pelukan Adi dan melangkah kea rah pintu. “Masuk ke kamarmu, aku mau lihat siapa yang datang.”

Pintunya sudah terbuka terlebih dulu sebelum Maya sampai. Yang datang ternyata Krisna dan dia pulang kerja jauh lebih awal dari biasanya. Sepanjang hari ini dia terus membayangkan tentang kejadian antara isteri dan adiknya semalam. Meskipun sebuah quickie dengan Susan di kantornya sudah mampu meredakan batang penisnya yang tegang terus, tapi dia tetap tak mampu menyingkirkan bayangan itu dari dalam kepalanya. Dia meminta ijin pada atasannya untuk pulang lebih awal hari ini. Dia ingin bersetubuh dengan isterinya sebelum adiknya pulang dari sekolah.

“Ada apa kok abang pulang lebih awal?”

“Aku hanya ingin bersamamu sebelum Adi pulang.”

“Abang terlambat, dia baru saja pulang dan sekarang sudah ada di dalam kamarnya. Abang kenapa sih kok tiba-tiba berubah seperti ini? Beberapa bulan belakangan abang sering terlalu capek terus untuk memperhatikan aku, lalu kemarin malam dan sekarang abang ingin cepat-cepat naik ke ranjang.”

Krisna tak tahu harus menjawab bagaimana. “Mungkin nanti malam kita bisa pergi tidur lebih awal lagi.”

Maya tersenyum sambil menggesekkan payudaranya ke dada suaminya dan merasakan penis Krisna yang tegang dan menekan erat ke tubuhnya. Dia menurunkan tangan untuk membelainya. “Tetap pertahankan ini seperti ini dan kita pasti akan segera mendapatkan waktu untuk mengurusnya nanti.”

Sisa hari ini berjalan normal seperti biasanya. Kedua penis kaka beradik ini terus tegang disepanjang sore ini setiap kali dia berada di dekat salah satu dari mereka. Maya sanagat menikmati efek yang dia hasilkan pada mereka berdua. Dia sama sekali tak mencegah jika salah satu dari mereka merabanya saat yang satunya tak melihat. Dia tahu kalau hal itu akan semakin membakar birahi mereka berdua.

Saat tiba waktunya untuk tidur Maya sudah siap untuk sebuah persetubuhan yang berikutnya lagi. Sekarang suaminya sudah tak akan tahu kalau vaginanya telah dipakai penis Sukri yang besar siang tadi. Krisna langsung menerkamnya begitu merka sudah berada dalam kamar. Dengan cepat Krisna melucuti pakaian Maya. Dia merasa cembutu telah membiarkan Adi menyasikan seluruh keindahan lekuk tubuh isterinya tapi dilain sisi hal itu semakin membakar gairahnya. Dia tak mengerti kenapa hal itu sangat membuatnya terangsang. Menemukan keduanya bersetubuh kemarin malam membuatnya sangat ingin menyetubuhi isterinya lagi dan lagi.

Maya tak tahu apa yang merubah suaminya tapi dia tak mau memusingkan hal tersebut. Dia sangat bahagia hubungan seks dianra merka sudah berubah panas seperti biasanya dan dia sudah sangat merindukannya beberapa bulan belakngan ini. Biarpun setelah persetubuhan yang demikian hebatnya bersama Sukri siang hari tadi, tidaklah meredakan gairahnya untuk suaminya. Dia juga tak tahu kenapa dirinya setelah mengalami seluruh persetubuhan disepanjang hari ini, dia masih siap dan sangat menginginkan agar suaminya mengisikan seluruh spermanya ke dalam vagina mudanya. Tiga orang lelaki berlainan selama kurang dari satu hari hanya semakin membuatnya menginginkan yang lebih lagi.

Persetubuhan mereka sangat liar dan menggairahkan selayaknya ketika pertama kali mereka menikah dahulu. Dua kali Krisna membawanya ke puncak kenikmatan sebelum akhirnya dia sendiri mendapatkan klimaksnya. Maya merasa sangat kelelahan saat suaminya selesai dan menggulingkan tubuh di sampingnya. Saat berangkat kea lam mimpi dia adalah seorang wanita yang sangat terpuaskan.

***

Maya terbangun keesokan harinya saat mentari mulai terbit, lalu mulai menyiapkan sarapan untuk Krisna dan Adi. Senyum ceria selalu terukir di wajahnya saat dia memasak pagi ini. Dia merasa tak perlu bersusah payah berpakaian. Dia hanya mengenakan pakaian tidur pendek yang tak begitu mampu menyembunyikan kemolekan tubuhnya dari mata lelaki. Senyum lebarnya tetap tekembang ketika kedua lelaki ini menyantap sarapannya membuat Krisna merasa sangat bahagia karena tahu bahwa dialah yang membuat isterinya tersenyum manis pagi ini.

Mereka berdua menghabiskan sarapannya kemudian Maya memberi ucapan selamat jalan bagi keduanya. Adi yang berangkat sekolah dan Krisna pergi ke kantor. Dia membari Krisna sebuah pelukan dan ciuman bibir singkat dan sebuah pelukan untuk Adi. Maya tak mau memberi yang labeih pada Adi dengan keberadaan Krisna disamping mereka. Dapat dilihatnya pancaran kekecewaan di mata Adi saat dia berjalan keluar.

Baru saja keduanya masuk ke dalam mobil masing masing untuk berangkat, Adi melompat keluar dan kembali lagi ke dalam rumah. “Bukuku ketinggalan.” Dia memasuki rumah saat Krisna keluar ke jalan.

Krisna menerka-nerka apa rencana adiknya lalu dia menepikan mobilnya dan menunggu. Lima menit kemudian Adi lewat tanpa tahu akan keberadaannya. Krisna mengira-ngira apa yang sudah merka lakukan saat adiknya kembali ke dalam rumah tadi. Penisnya jadi mengeras memikirkan hal tersebut. Dia merasa agak kecewa saat adi lewat tadi dan disaat yang sama merasa lega karena tak ada yang terjadi diantara isteri dan adiknya. Disepanjang hari penisnya terus mengeras saat memikirkan isteri dan adiknya. Sekali lagi dia berusaha menemui Susan untuk pelepasan beberapa menit. Dia tahu ini hanyalah meunggu waktu bagi Susan utuk berpindah ke pelukan lelaki lain nantinya. Dia senang pada akhirnya hal ini akan segera berakhir. Hampir saja dia kehilangan isterinya hanya karena tak mampu berkata tidak pada Susan.

Ketika Adi kembali lagi ke dalam rumah dia memang punya maksud. Maya berbalik saat melihat Adi kembali. “Ada yang ketinggalan?”

“Ini.” Langsung didekapnya tubuh Maya dan melumat bibirnya. Maya tak melawan dan membalasnya dengan membuka mulutnya untuk lidahnya yang mendesaknya. Tangan Adi menelusup ke balik gaun tidur Maya untuk meremas payudara yang menanti di sana. Seperti kemarin malam, Maya membairkan saja Adi berbuat sesukanya. Dia sangatlah menjaga kesetiaannya terhadap Krisna sebelum Adi mandapatinya di saat rapuh dan Sukri memanfaatkan hal tersebut keesokan harinya. Sekarang Maya menyambut perlakuan Adi terhadapnya dan tak berusaha untuk menghentikan hal tersebut. Walaupun setelah kejadian kemarin malam tetap saja membuat birahinya bergolak saat tangan Adi menyentuh tempat dimana hanya Krisnalah yang pernah menyentuhnya hingga waktu kemarin.

Pada akhirnya Maya sadar kalau dia harus menghentikan Adi atau dia akan terlambat masuk sekolah. “Kamu harus segera berangkat atau nanti terlambat.”

“Apa aku tak bias ijin dulu hari ini?”

“Tidak. Apa nanti kata abangmu kalau sampai dia tahu kamu tak masuk sekolah hanya untuk menghabiskan waktu bersamaku? Kita pasti akan punya waktu bersama lagi nanti, aku janji.”

Maka lima menit berikutnya Adi sudah kemblai keluar rumah untuk berangkat sekolah. Ketika dia melewati tempat di mana Krisna memarkirkan mobilnya, Adi merasa melihat mobil yang mirip dengan milik abangnya itu tapi dia tak begitu mempedulikannya. Perhatiannya hanya terfokus pada penisnya yang terus tegang dan janji Maya untuk bersamanya lagi nanti.

Sesungguhnya Maya merasa gembira kalau Adi bisa menemaninya sepanjang hari. Sekarang dia baru sadar betapa dirinya sangat cinta pada seks. Bulan-bulan tanpa seks dengan Krisna membuatnya sangat sensitive jika mengenai hal yang berbau seks. Dia sangat senang suaminya sudah kembali memperhatikan dirinya tapi disaat yang sama dia juga menyukai perhatian yang didapatkannya dari lelaki lain. Dia sadar kalu semestinya dia hentikan affairnya dengan dua lelaki tersebut tapi dia juga yakin kalau Sukri tak akan mau mendengarnya dan Adi sudah serasa seperti udara segar dalam nafasnya dengan gairah mudanya. Dia harus ekstra hati-hati dengan ketiga lelaki ini.

Maya menyelesaikan rutinitas paginya dan merasa terkejut dan kecewa saat tak mendapati kedatangan Sukri. Dia mengharapkan lelaki paruh baya itu dating ke dalam rumah begitu suami dan adik iparnya pergi. Dia mengenakan celana jeans dan kaos milik Krisna yang diikatnkan di bawah payudaranya. Ini membuat dada membusungnya tercetak jelas dan mempertontonkan perut rata dan putihnya. Dia tahu kalau dia terlihat lebih dari cukup untuk menarik perhatian lelaki manapun, dan kemudian dia mengendarai kudanya menuju ke gudang.

Sukri ternyata tidak berada di gudang dan mobil truck yang biasa digunakannya tidak ada. Dia mencoba menyembunyikan kekecewaannya saat tak menemukan Sukri. Dia sudah sangat siap bersetubuh biarpun itu diakuinya atau tidak. Dinaikinya kudanya kembali ke rumah.

Ada sebuah sungai kecil yang mengalir membelah daerah perkebunannya dan bermuara pada sebuah danau kecil yang cukup dalam untuk dipakai berenang dan terletak ditempat yang cukup terlindungi dari pandangan. Airnya sangat jernih dan dingin menyegarkan hingga Maya tak mampu berendam di dalamnya untuk waktu yang lama. Dibawanya sebuah selimut yang diikatkan di belakang pelananya yang akan digunakannya untuk berjemur di bawah sinar mentari. Dahulu dia merasa sedikit khawatir saat berjemur di tepian kolam renang atau di sini karena keberadaan Sukri. Kini dia merasa saat menggelar selimut itu di atas rerumputan dan kemudian melepaskan seluruh pakaiannya hingga telanjang bulat, sekarang tak ada sedikitpun rasa takut atau kekahawatiran tersebut.

Maya menjatuhkan pakaiannya ke atas selimut dan berjalan dengan telanjang ke tepi danau. Dia selalu merasa sedikit takut saat melangkahkan kakinya pertama kali ke dalam air. Tapi begitu kakinya sudah menyentuh air dan sekujur tubuhnya sudah terjalari sensasi itu dia langsung menceburkan diri dan menyelam jauh ke bagian yang terdalam. Air yang dingin tersebut membuat kedua putting susunya langsung jadi mengeras dengan cepat, dan dia sangat menyukai hal itu. Hal itu seperti layaknya efek dari sentuhan tangan seorang lelaki di dadanya.

Dia hanya mampu bertahan selama satu menit di dalam air dan kemudian naik dan merebahkan tubuh telanjangnya di atas selimut. Kehangatan sinar mentari pagi dengan segera menghangatkan tubuhnya yang tengkurap. Maya suka bertelanjang di wawah sinar mentari dan di ruang terbuka, jika memungkinkan selalu dia pasti akan mengabaikan pakaiannya. Membayangkan jikalau Adi atupun Krisna melihatnya telanjang begini membuatnya tersenyum dan belaian kehangatan sinar mentari membawanya ke dalam buaian mimpi.

Dia terbangun oleh suara kudanya. Ia gulingkan tubuh tengkurap dan melihat Sukri di atss kudanya sendiri memandanginya. Tadinya dia berharap menemuka Sukri di gudang ketika pertama kali mencarinya tapi sekarang dia senang mendapatinya berada di sini. Dia tak bergerak untuk menutupi tubuhnya. Suri sudah melihat seluruh bagian tubuhnya dan juga sudah merasakannya sebelumnya lagipula dia sudah siap untuk bercinta dengannya kembali. Setelah rasa sakit yang dirasakannya pertama kali itu hilang Maya begitu menikmati mendapati vaginanya terisi oleh penisnya yang pajang dan besar itu digerakkan keluar masuk dalam tubuhnya yang begitu menyambutnya.

Saat Maya sama sekali tak berusaha menutupi tubuh telanjangnya itu, Sukri bergerak turun dari atas kudanya dan mengikatkan kudanya. Dia berjalan mendekati Maya dan segera melepaskan baju beserta celananya. Dia tak mengenakan celana dalam dan batang pennisnya berdiri dengan tegak dan pongah. Dia mulai rebah di samping tubuh Maya tapi Maya mencegahnya. “Kamu herus masuk ke air dulu t.”

“Tapi airnya sangat dingin sekali.”

“Aku tahu, aku baru saja masuk ke dalamnya. Kalau kamu menginginkanku, kamu harus masuk ke dalam air dulu.” Maya tertawa senang saat Sukri melangkah ke tepian danau. Batang penisnya terayun di antara pahanya membuat Maya membayangkan saat menatapnya, ini bukan untuk pertama kalinya, bagaimana mungkin dia bias memasukkan benda besar itu ke dalam lubang vaginanya yang kecil.

Sukri menginginkan Maya melebihi hari kemarin. Dia akan melakukan apapun yang disuruhnya hanya untuk bias merasakan kembali kenikmatan tubuh molek wanita cantik ini. Dia mulai melangkah ke dalam air yang dingin. Dia piker kalau tubuhnya akan segera membeku. Dengan satu lompatan panjang dia menyelam.

Tubuhnya muncul dari dalam air diiringi sebuah teriakan panjang. Rasanya memang tubuhnya segera membeku dan dia tak bias keluar dari dalam air itu dengan cukup cepat.

Dia melompat dari dalam air begitu mencapai ke tepian dan berlari kea rah Maya. Maya memandanginya dan mulai tertawa geli.

“Apa yang anda tertawakan?”

“Lihat dirimu.” Ternyata air memberikan efek kebalikan pada penisnya dibandingkan yang terjadi terhadap putting payudara Maya. Batang penisnya yang semula berdiri dengan tegak dan pongahnya kini melemas dan seakan benar-benar mati. “Kemarilah, rebahan di sampingku. Aku yakin ini bukan permanent kondisinya.”

Sukri merebahkan tubuhnya di samping Maya. Kedua tubuh merka menjadi sebuah pemandangan yang sangat kontras, tubuh Sukri yang coklat kehitaman serta besar dan tubuh Maya yang putih mulus rebah berdampingan di bawah sinar mentari pagi.

Maya bergerak ke atas untuk mencium bibir Sukri dengan lembut. “Apa kali ini kamu akan melakukan dengan kasar seperti kemarin lagi?”

“Tidak, aku janji akan melakukannya dengan lembut kali ini.”

Ciaman Maya berhenti dan dia bergerak menuruni tubuh Sukri, ciumannya menjalari setiap bagian tubuh Sukri turun menuju ke batang penis yang ingin dia kembalikan seperti keadaannya sebelum masuk ke air tadi. Begitu bibir lembut Maya menyentuhnya segera saja batang penis tersebut hidup kembali. Maya mulai memasukkanseluruhnya ke dalam mulutnya. May sedikit khawatir akan mengenai giginya saat batang penis Sukri semakin membesar keras di dalam hisapan mulutnya. Dia sadar kalau tak mungkin menampung keseluruhannya jika batang penis ini dalam keadaan ereksi sepenuhnya tapi dia ingin merasakannya mengembang besar di dalam mulutnya.

Mulut hangat dan lidah lembutnya dengan cepat membangunkan penisnya seutuhnya. Namun begitu batang penis itu semakin bertambah besar, mulut Maya tak mampu lagi menampungnya. Pada akhirnya dia hanya mampu memasukkan separoh bagian dari panjang batang penis Sukri. Maya dan suaminya sangat suka melakukan oral seks, tapi dia tak begitu suka kalau suaminya berejakulasi di dalam mulutnya dan membuatnya harus menelan sperma. Tapi hari ini dia ingin merasakan seluruh rasa sperma Sukri dan membuatnya menghisap dan mengocok dengan cepat dan keras untuk membawa Sukri ke batas akhirnya. Maya tak khawatir jika Sukri tak mampu ereksi lagi, setelah kejadian kemarin dia tahu kalau lelaki paruh baya ini mampu melakukannya berulang kali tanpa jeda.

Sukri rebah dengan tangannya berada di bawah kepalanya dan memandangi mulut Maya yang naik turun disepanjang batang penisnya. Wajah cantiknya terlihat penuh dengan birahi saat mengoralnya dengan penuh nafsu. Skri menyaksikan batang penisnya yang coklat kehitaman itu menghilang diantara bibir mungil Maya tersebut. Pemandangan itu tak mampu di tahannya lebih lama lagi, tak lama lagi dia rasa akan segera keluar. “Saya hampir sampai. Kalau anda tak ingin mulut anda penuh sperma lebih baik anda berhenti sekarang.”

Maya senang saat Sukri memperingatkannya terlebih dulu dan bukannya lagsung menyemburkan spermanya ke dalam mulutnya. Dia ingin agar Sukri tahu dengan reaksinya bahwa diaingin agar Sukri keluar di dalam mulutnya, dia memepercepat gerakan mulutnya sambil tangannya memerainkan buah zakar Sukri dan sebagian batang penis itu yang tak mampu dimasukkannya ke dalam mulutnya.

Sukri tak mampu menahannya lebih lama lagi. Dia naikkan pinggangnya agar batang peninya masuk ke dalam mulut Maya lebih banyak lagi saat spermanya menyembur deras. Maya menghisap dengan cepat begitu semburan pertamanya menghantam dinding tenggorokannya. Dengan cepat ditelannya karena dia ingin mendapatkan semuanya dan bahkan sperma lelaki paruh baya ini terasa berbeda dengan suaminya. Ditelannya seluruh apa yang diberikan Sukri padanya sebelum akhirnya mengangkat mulutnya dari batang penis itu dan mulai membersihkannya dengan menggunakan lidah.

Batang penis Sukri masih tetap tegak mengeras ketika Maya mulai bergerak ke atas untuk mencium bibirnya lagi. Sukri bias merasakan spermanya sendiri dari lidah Maya saat mereka saling melumat. Belum pernah dia membiarkan ada seorang perempuan yang menciumnya setelah menghisap penisnya, Ternyata rasanya tidaklah seburuk apa yang dia bayangkan.

Maya mengangkat kepalanya; “Kamu suka nggak?”

“Itu yang terbaik yang pernah saya dapatkan. Hampir sama nikmatnya dengan yang anda punya diantara paha anda.”

“Oh, jadi kamu suka dengan yang diantara pahaku?”

“Anda sudah tahu jawabannya.”

“Lalu kenapa kamu tidah tiduran lagi dan biar aku beri kamu sesuatu yang pasti akan sama-sama kita sukai.” Maya bergerak ke atas tubuh Sukri. Vaginanya tepat di depan wajah Sukri lalu direndahkannya tubuhnya hingga lidah Sukri menyentuh bibir vaginanya. Kemudin digesekkannya kelentitnya maju mudur ke lidah Sukri. Maya sudah basah sebelum menghisap penis Sukri tadi dan cairannya kini turun membasahi hidung hinggga lidah Sukri. Maya bergerak ke belakang untuk meraih batang penis Sukri yag sekali lagi mengeras dengan sempurna. Diangkatnya selangkangannya dari hadapan wajah Sukri hingga bibir vaginanya yang telah basah kuyup kini tepat di hadapan kepala penis Sukri.

Maya sangat menikmati seluruh waktunya sekarang ini. Meskipun dengan Krisna, dia belum pernah merasa sebebas untuk melakukan dan menyuruh apa yang dia inginkan seperti saat bersama Sukri sekarang ini. Dengan kedua kakinya yang berada dikedua sisi Sukri membuat bibir vaginanya merekah terbuka. Maya membimbing batang penis Sukri menuju ke jalan masuknya dengan tangannya sambil menurunkan tubuhnya hingga vagina panasnya menelan batang penis Sukri tenggelam seluruhnya. Dibiarkannya berat tubuh dan grafitasi bumi membawanya turun, turun, dan turun hingga pantatnya menyentuh perut bagian bawah Sukri. Tidak seperti hari kemarin, penetrasi pertama dalam tubuhnya kali ini membawanya pada klimaks pertamanya.

Maya hanay duduk di atas penis itu dengan diam saja menikmati gelombang-gelombang kecil dari banyanya orgasme kecil yang melandanya dengan vagina yang tersumpal penuh oleh batang penis besarnya Sukri ini. Setelah dia pulih kembali kemudian dia membungkuk untuk memberi sebuah ciuman pada Sukri. Dia menyetubuhi mulut Sukri dengan lidahnya sambil menaik turunkan vaginanya pada batang penis Sukri lagi. Oralan yang dilakukannya pada penis Sukri tadi menjadikan Sukri bias mampu menahan klimaksnya lebih lama lagi.

Maya menindih tubuh Sukri dibawahnya dan vaginanya terus meremas batang penisnya dengan otot-otot vaginanya. Bersama Krisna dia bias mendapatkan klimaks beberapa kali dalam semalam tapi mereka harus jeda sejenak sebelum memulai babak yang baru lagi. Tapi itu tidak berlaku bersama Sukri, setiap klimaks meledak disusul dengan ledakan klimaks yang berikutnya secara berkesinambungan.

Sukri tak bias mempercayai betapa besar hasrat isteri majikannya ini untuk bersetubuh. Dia merasa sangat menyeal kenapa tidak dari dulu saja melakukannya. Dinding vaginanya yang rapat sangat jauh lebih baik dibandingkan dengan milik para wanita yang pernah ditidurinya bahkan dibandingka denga mendiang isterinya. Sudah sangat lama sekali Sukri memimpikan untuk dapat menikmati tubuh seorang wanita kaya dari kota tapi dia selalu tak punya keberanian untuk mewujudkannya. Tapi sekarang, Maya sangat sangat jauh lebih hebat dan nikmat dibandingkan dengan semua bayangannya selama ini.

Sukri menggulingkan tubuh Maya dari atas tubuhnya hingga rebah dengan tanpa mencabut batang penisnya dari dalam vagina basah Maya. Maya mengaitkan kakinya melingkari pinggang Sukri dan mengangkat vaginanya agar terlepas saat digulingkan tubuhnya. Maya ingin membuka diriny seluruhnya agar lelaki paruh baya ini bisa menikmati semua yang dimilikinya. Payudaranya menempel erat di dada Sukri begitu dia ingin sedekat-dekatnya menempel erat pada tubuh Sukri. Maya ingin sekujur tubuh Sukri menyentuh tubuhnya. Tubuhnya serasa terbakar gelora api birahi yang menyala-nyala diantara mereka. Batang penis Sukri dmengayun dengan cepat untuk membawanya pada puncak kenikmatan yang berikutnya bagi mereka berdua.

Maya bisa merasakan betapa batang penis Sukri semakin mengembang saat dia bergerak semakin cepat. Dia tahu kalau Sukri sudah hampir keluar dan dia ingin mencapainya bersama. Maka tangan dan kakinya semakin erat memeluk, membuat tubuhnya semakin bertambah merapat pada tubuh Sukri sambil mulutnya tiada henti menyuruh lelaki paruh baya ini agar menyetubuhinya lebih cepat dan keras lagi.

Kedua tubuh manusia berlainan jenis ini bergerak seirama mendaki puncak kenikmatan seksual hingga pada akhirnya Sukri menancapkan dengan keras dan jauh ke dalam vagina Maya untuk terakhir kalinya dan menyemburkan spermanya. Semburan demi semburan dengan derasnya tertumpah ke dalam rahim Maya. Dinding-dinding vaginanya meremas dengan kencang untuk memerah setiap tetes sperma dari batang penis Sukri ke dalam tubuh dahaganya. Tak hanya dahaga tetapi juga tubuh yang amat menanti. Dia ingin merasakan seluruhnya. Batang penisnya terkubur sangat dalam di vaginanya dan lidahnya merangsak masuk ke dalam tenggorokan Maya. Maya menghisap lidahnya dengan rakus seperti dia menghisap batang penisnya sebelumnya. Sperma sukri berenang langsung menuju rahimnya. Belakangan Maya merasa sangat bersyukur kerena sudah mengkonsumsi pil anti hamil sebelumnya karena kalau tidak dia pasti akan hamil. Tapi saat sekearang ini dia sama sekali tak peduli akan hal tersebut.

Sebuah babak persetubuhan lagi mereka lakukan unuk hari ini sebelum mengakhirnya dengan menyelam ke dasar danau yang dingin bersama. Dan beriringin keduanya kembali ke rumah dengan mengendarai kudanya masing-masing. Saat tiba di kandang kuda Maya memandangi Sukri yang turun dan melepaskan pelana.

“Sukri, kita harus berhati-hati. Kamu tahu apa yang akan terjadi jika seseorang tahu tentang kita.”

“Saya tahu, tapi saya tetap harus mendapatkan anda lagi.”

“Aku juga merasakan hal yang sama, tapi kita hanya bisa melakukannya kalau kita sedang sendiri. Aku sangat cinta suamiku dan tidak ingin kehilangan dia.”

“Bagaimana dengan anda dan Adi? Apa anda akan tetap berlanjut dengan Adi?”

“Aku belum tahu. Seharusnya aku tak membiarkan dia berhubungan seks denganku. Dia sekarang tak akan mungkin menyerah begitu saja untuk bias bersamaku lagi. Aku rasa ini tak akan berlangsung lama. Dia akan segera mendapatkan seorang gadis yang tepat untuk seumurannya dan kisahnya denganku hanya akan jadi sebuah cerita saja. Kamu juga akan melakukan hal yang sama nanti. Kalian para lelaki semuanya sama, begitu kalian sudah mendapatkan yang kalian inginkan, maka kalian akan mulai mencari yang lain lagi.” Ketika Maya mengucapkan itu, untuk pertama kalinya ini terlintas di hatinya, bahwa masalah Krisna mungkin saja adalah wanita yang lain.

Sukri memprotes kalau dia tak akan merasa bosan terhadap dia tapi dalam hatinya dia berkata kalau apa yang barusan dikatakan nyonya majikannya ini benar adanya. Tapi untuk sekarang ini dia akan menikmati tubuh molek Maya selam dia bisa.

Maya berlalu menuju ke rumah lau mandi di bawah guyuran air hangat untuk membersihkan sisa-sisa sperma Sukri dari tubuhnya. Dihapusnya semua sisa bukti dari perbuatannya dengan Sukri pagi ini. Selain bibir vaginanya yang masih berwarna kemerahan dan terasa sedikit panas serta putingnya yang masih mencuat keras, tak ada lagi bukti tersisa yang memeprlihatkan hal tersebut. Dia membayangkan apa yang akan dia lakukan dengan Adi. Dia belum mengatakan pada Sukri, tapi dia tidak bermaksud menghentikan perbuatannya dengan adik iparnya itu. Maya merasa terkejut sendiri saat menyadari kalau dirinya sekarang mesih menharapkan bersetubuh dengan adik iparnya, meskipun setelah sebuah persetubuhan yang demikian hebatnya bersama sukri disepanjang pagi barusan. Dia menginginkan ketiga lelaki tersebut. Entah bagaimana dia mencoba membayangkan bagaimana caranya untuk mendapatkan kuenya dan sekaligus menyantapnya juga.

Sore itu Adi harus tinggal lebih lama di sekolahan dan Krisna juga terlambat pulang. Keduanya untuk sekali lagi sepertinya akan tiba di rumah dalam waktu tak terpaut jauh. Maya tahu kalau Adi pasti masih ada di sekolahnya, tapi Krisna baru saja menelephone kalau dia akan lembur sore ini. Ada beberapa perkerjaan yang harus dia selesaikan sebelum pulang. Dan kerja lemburnya adalah bersama Susan di sebuah motel selama tak kurang dari empat jam. Kembali lagi dia sangat lelah kondisinya sesampainya di rumah. Dia sudah berencana untuk menyudahi affairnya dengan Susan tetapi begitu penisnya terkubur dalam vaginanya, kembali dia kalah. Meskipun dia sadar kalau dia kini tengah bermain dengan api, tapi seperti ngengat yang selalu mendekat dan siap untuk terbakar.

Tiba waktunya untuk dinner, seperti malam sebelumnya Maya sangat memanfaatkan setiap detiknya untuk menggoda kedua lelaki tersebut. Dengan sangat terbuka dia bermanja pada Krisna tapi pada Adi dia juga tak mengabaikannya. Hanya saja malam ini reaksi Krisna sangat berbeda dengan malam kemarin.

Mereka menyelesaikan makan malam dan kemudia menyaksikan TV sebelum akhirnya Adi pergi ke lantai bawah menuju ke kamarnya sendiri. Maya dan Krisna segera menyusul pergi ke kamar mereka sendiri, Krisna hamper tertidur lelap ketika Maya keluar dari dalam kamr mandi. Dia kenakan gaun tidur transparan yang berarti dia lebih mengharapkan berintim mesra dengan suaminya daripada pergi tidur, tapi Krisna tak menyadari itu.

Maya naik ke atas ranjang dan meringkuk disamping tubuh Krisna. Setelah beberapa saat ternya Krisna ak bereaksi atas keberadaannya, Maya akhirnya bangkit dan duduk. “Abang punya masalah apa malam ini?”

Krisna hampir saja terlelap tapi dia berusaha untuk terjaga dan menjawab. “Hari yang panjang dan berat di kantor.”

“Abang punya hari yang berat dan panjang selama hamper tiga bulan belakangan.Apa yang sebenarnya terjadi? Malam kemarin abang tidur terlebih dulu dan kemudian terbangun dan seakan tak terpuaskan dengan seks. Kemarin malam abang menjadi diri abang yang dulu, tapi malam ini abang kembali lelah dan… aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi bang. Apa abang punya wanita lain?”

Krisna tak bisa berbohong lagi meskipun dia ingin. Ekspresi wajahnya telah menceritakan semuanya. Maya beringsut ke tepian ranjang. “Siapa dia?”

Krisna benar-benar terjaga sekarang. Dalam kondisinya yang kelelahan dia tak mampu memikirkan sebuah alasanpun untuk menutup-nutupi. “Hanya seorang wanita di kantor. Dia tak berarti apa-apa bagiku.”

“Apa maksud abang dia tak berarti apa-apa? Abang sudah menidurinya tak kurang dari tiga bulan lamanya dan itu masih tak berarti apapun?” Maya sekarang sudah berdiri di samping tempat tidur dan dengan mata melotot menatap Krisna.

“Maksudku semuanya sudah berakhir.”

“Kalau semuanya sudah berakhir, lalu dari mana saja abang malam tadi?”

“Aku ketemu dia dan mencoba untuk menyelesaikan semuanya.”

“Apa maksud abang mencoba menyelesaikan semuanya. Yang harusnya abang lakukan adalah melempar pelacur itu ke jalanan!”

“Itu memang yang mau aku lakukan, tapi dia ingin melakkukan sekali lagi untuk perpisahan. Sekali berlanjut ke yang berikutnya dan berikutnya. Aku tak tahu apa yang dimilikinya, seakan dia memantraiku hingga aku tak bisa berhenti.”

“Seperti apa dia? Apa dia begitu cantik sehingga abang tak bisa melupakannya?”

“Tidak, dia cukup menarik tapi dia sebenarnya tidak cantik. Dia setidaknya berumur 20 tahun lebih tua dariku.”

“Well, sangat jelas kalau wanita itu punya penggemar yang setia. Abang ingin bercerai?”

“TIDAK! Abang cinta kamu. Abang tidak ingin kehilangan kamu. Aku tahu kalau yang kulakukan ini sangat salah dan sepertinya aku tak bisa menghentikan diriku. Tapi kamu sendiri tak sepenuhnya suci. Aku melihat apa yang kamu lakukan dengan Adi malam itu.”

Maya benar-benar tak mampu bicara. Suaminya sudah memergokinya bersetubuh dengan adiknya dan dia tak membicarakan apapun tentang hal tersebut. Kemudian suaminya menyetubuhinya dengan sangat lebih baik dibandingkan beberapa bulan belakangan ini. “Aku tahu kalau itu salah juga, tapi abang sudah pergi tidur meninggalkan aku menggantung dan kita sudah terlalu lama tak berhubungan seks dan aku telah membiarkan dia berbuat telalu jauh. Kenapa abang tidak mengatakan sesuatu saat melihat kami?”

“Awalnya aku ingin menghajar kalian berdua saat itu juga. Lalu aku merasa ada semacam gairah saat melihat kalian berdua. Kemudian kamu kembali ke kamar dan aku harus segera menyetubuhi kamu sendiri. Aku tak bisa menceritakan padamu begitu saja kalau aku sudah melihat kamu bersetubuh dengan adikku sendiri. Aku pasti seperti seorang lelaki aneh dan tak waras kalau membiarkan dan melihat ada lelaki lain menyetubuhi kamu.”

“Abang tahu kalau Adi baru saja menyetubuhiku tapi abang tetap saja menginginkanku? Bahkan abang tak mengijinkanku untuk pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Abang tahu kenapa saat itu vaginaku sangat basah dan abang tetap menyetubuhiku.” Semua pembicaraan tentang Adi yang menyetubuhinya memberikan sebuah efek terhadap Krisna. Batang penisnya mulai menjadi keras dan hal tersebut tak luput dari perhatian Maya. “Sepertinya abang tetap suka ide tentang adik abang memasukkan batang penisnya ke dalam vaginaku.”

Krisna tak bisa menyembunyikan gairahnya dari Maya. “Aku tahu ada sesuatu yang salah denganku tapi bayanganmu dan Adi bersama hanya semakin menggairahkanku. Bahkan sekarang, saat aku sangat letih aku tak bisa mencegahnya.”

Maya berjalan mendekati ranjang kembali dan duduk disamping suaminya. “Abang ingin bercinta, bukan… abang ingin bersetubuh sekarang?”

“Ya.” Krisna menarik isterinya ke dalam pelukannya dan menciumnya. Maya suka dengan cara suaminya berciuman dan selalu akan menyukai ciumannya. Dengan cepat Maya sudah rebah di atas ranjang itu dan Krisna bergerak menaiki tubuhnya. Maya membentangkan kedua bahanya lebar dan membimbing batang penis Krisna ke pintu masuk vaginanya. Krisna memasukinya seperti yang dilakukannya ratusan kali sebelumnya, tapi kali ini terasa berbeda. Maya tahu kalu dia sudah berselingkuh dan fakta kalau menyaksikannya bersetubuh dengan adiknya sendiri ternyata sangat membakar birahinya.

Krisna mengayun dengan perlahan dan lembut pada awalnya sambil meberi ciuman pada payudara dan bibir Maya. Bibirnya tengah menghisap putting susunya say Maya bertanya padanya, “Apa abang ingin melihatku dengan Adi lagi?” Batang penisnya mengejat keras dalam vagina Maya saat dia menanyakan hal tersebut. Sebelum Krisna mampu menjawabnya dia sudah berejakulasi di dalam Maya. Sperma Krisna menyembur di dalam vaginanya memberi Maya klimaksnya sendiri sesaat berikutnya.

“Aku anggap itu sebagai jawaban ya.”

“Ya, aku akan sangat suka sekali melihat kalian kembali. Jangan katakana pada Adi kalau aku ingin melihatnya menyetubuhimu. Dia akan menganggap aku gila.”

“Bagaimana jika aku tak bisa mengatur agar abang bisa melihat? Apakah tidak akan apa-apa kalau aku hanya akan menceritakan semua yang kami lakukan pada abang nantinya?”

“Aku lebih suka melihatnya sendiri tapi kalaupun hanya memungkinkan untuk mendengarnya saja itu tak masalah.”

“Kalau aku melakukan itu semua apa abang akan meninggalkan wanitu itu? Aku tidak suka abang menyetubuhi wanita selain aku.”

“Aku hanya bisa berjanji kalau aku akan berusaha sebisanya.”

Maya menggulinkan tubuhnya turun dari atas ranjang dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Saat dia keluar, suaminya sudah setengah tertidur. Maya membungkuk dan berbisik di telinga suaminya, “Aku rasa aku akan pergi mengechek si Adi. Anak muda yang malang itu mungkin merasa sudah diabaikan. Sampai jumpa lagi besok pagi.” Maya meninggalkan kamar itu tanpa sepatah kata dari suaminya yang sudah hamper terlelap. Batang penisnya mengeras kembali saat membayangkan isterinya yang pergi ke kamar adiknya. Sangat kelelahan dia akhirnya terlelap dengan kondisi batang penis mengeras sempurna saat menyaksikan bayangan isterinya berjalan keluar dari kamar dengan keadaan telanjang bulat hingga akhirnya benar-benar tertidur sepenuhnya.

Maya merasa tak perlu mengenakan pakaian apapun karena dia tahu kalau tak lama lagi akan telanjang juga di kamar Adi nanti.

Dia tak perlu mengetuk pintu kamar itu karena sudah agak terbuka dan kemudia dia mendorongnya untuk masuk dan menyaksikan Adi yang terbaring di atas ranjangnya. Lampu tidur di atas bedsidenya masih menyala tapi dia sudah tertidur. Tubuhnya yang hanya ditutupi oleh sehelai boxer tak tertutupi oleh selimut. Maya bis melihat batang penisnya yang cantik dari balik boxernya.

Dia naik ke atas ranjang tanpa membangunkannya. Dilepaskannya batang penis itu dar balik boxernya. Dia membungkuk dan membawa batang cantik itu ke dalam mulutnya. Batang penis itu masih lemas dan terasa lembut serta hangat di dalam mulutnya dan dia membasahi seluruh bagiannya dengan lidahnya. Dengan cepat batang penis itu mulai mengeras dan sedetik kemudian segera mengeras kencang dan tegak. Maya menatap ke atas dan Adi sedang memandanginya. Maya melepaskan batang penisnya dari mulutnya. “Bardiri dan cepat lepaskan boxermu.” Adi mengangkat pinggulnya dan menurunkan boxernya lepas melewati kakinya.

“Aku hampir saja putus asa dan mengira kalau kamu tak akan kembali lagi padaku.”

“Aku sudah bilang kalau kita harus berhati-hati dan menunggu hingga kesempatan yang tepat dating. Abangmu kecapaian lagi malam ini dan pergi tidur dengan sangat nyenyak. Aku rasa dia tidak akan bangun sampai besok pagi. Kita punya waktu semalaman hanya untuk kita berdua. Aku mau lihat apa kamu sehebat saat pertama kali dulu.” Maya bergerak ke atas dan memberinya sebuah ciuman, membuka mulutnya agar lidahnya bisa bergerak menari diantara bibir Adi untuk mencari lidahnya.

Adi merasa sangat bahagia mendapati Maya berada dalam pelukannya malam ini. Tubuh moleknya menindih tubuhnya sendiri, tangannya bergerak ke payudaranya yang dengan cepat digantikan oleh mulutnya. Jari tangannya meluncur ke bawah pada perut Maya untuk bermuara pada rambut yang menghiasi bibir vaginanya.

Maya menggulingkan tubuhnya dari atas tubuh Adi dan membiarkan adik iparnya berbuat sekehendaknya terhadap tubunya. Maya suka bagaimana cara Adi memandanginya dan sentuhan tangan serta mulut adik iparnya ini pada tubuhnya. Maya merasa sangat menginginkan agar Adi segera menjamahnya dan membenamkan batang penis cantiknya jauh sedalam-dalamnya ke vaginanya. Sama seperti yang didapatnya dari Sukri siang hari tadi dia ingin setiap lekuk tubuhnya terjamah. Dia merasa teramat bahagia karena mulai sekarang dia bisa menikmati persetubuhan dengan Adikapanpun dia mau dengan restu suaminya. Dia harus segera menemukan cara agar bisa mendapatkan keduanya disaat yang sama tanpa harus mengatakan pada Adi kalau abangnya ingin melihat mereka bersetubuh. Tapi malam ini dia hanya menginginkan Adi untuk menyetubuhinya sebanyak yang dia mau dan dengan style apapun yang dia suka.

Adi adalah type kebanyakan pemuda berumur 18 tahun lainnya. Batang penisnya tetap keras sepanjang waktu dan sekarang dia sudah tahu kalau dia bisa menikmati tubuh molek kakak iparnya kapanpun dia mau. Adi bergerak ke atas tubuh Maya dan Maya membukakan pahanya untuknya. Dia melihat saat penisnya yang gemuk menemukan jalan masuknya sendiri dan dengan perlahan melesak masuk ke dalam vaginanya yang menyambut. Sudah beberapa bulan belakangan ini Maya tak mendapatkan nafkah batin yang didambakannya. Sekarang dia mendapatkan pelepas dahaga kewanitaannya dari Adi, Sukri dan sekaligus dari suaminya hingga terpuaskan seutuhnya.

Maya membuat dirinya rileks dan membiarkan Adilah yang berperan aktif mengerjai vaginanya dengan penis besarnya itu. Ini terasa sangat nikmat saat meresapi kenikmatan dari batang penis muda dan keras milik Adi ketika dia mengocoknya keluar masuk dalam tubuhnya. Pelan namun pasti dia membawa Maya semakin tinggi dan bertambah tinggi lagi hingga dia tak mampu menunggunya lebih lama lagi. Kedua kakinya melingkar pada pinggul Adi dan kedua tangannya mengalungi lehernya merapatkan tubuh Adi. “Ayo, lebih cepat lagi,” bisiknya di telinga adik iparnya. “Lebih cepat, lebih cepat lagi, biarkan aku merasakan seluruh gairahmu dalam tubuhku.” Adi mengabulkan semua permintaan Maya dan mengocokkan dengan cepat dank eras batang penis kerasnya dalam cengkeraman hangat vagina isteri abangnya ini.

Dan dengan cepat kemudian Adi tak mampu menahan deru kenimatan yang melanda sekujur tubuhnya. Dia harus mengeluarkan madu birahinya dan dia mengatakannya pada Maya. “Aku sudah siap. Saat kamu mulai keluar nanti aku ingin kamu mendorong penismu sedalam yang kamu mampu dan biarkan terkubur di dalamku. Aku ingin merasakan spermamu yang hangat menyiramku.” ADi mempercepat gerakannya dan Maya bergerak mengimbanginya. Hingga tiba akhirnya klimaks itu diraihnya, Adi membenamkan seluruh batang penisnya sedalam dalamnya ke dalam cengkeraman vagina kakak iparnya. Tangannya berada di bawah pantat Maya untuk mengangkat vaginanya agar semakin merapat pada tubuhnya. Spermanya menyembur dengan sebuah tembakan keras berkali kali dan itu membuat Maya meraih klimaksnya sendiri bersama Adi. Maya dapat merasakan setiap tetes sperma Adi saat menyembur, sperma yang hangat itu membuatnya tidak dalam periode mengkonsumsi obat pencegah kehamilan agar dia dapat merasakan setiap gerakan sperma adik iparnya yang hangat saat memasuki rahimnya.

Setelah gempuran puncak kenikmatan keduanya mereda, keduanya rebah di atas ranjang dengan saling berpelukan sambil berbincang. “Sekarang apa kamu menyesal teman gadismu tak berhasil kamu dapatkan?”

“Tentu saja tidak, tak munkin dia bisa terasa senikmat dan sehebat kamu.”

“Aku juga merasa senang dia sudah mengecewakanmu. Aku bahagia akan apa yang sudah kita lakukan berdua.”

“Bagaimana dengan bang Krisna? Bagaimana jika dia tahu tentang kita?”

“Apa kamu pernah dengar tentang lelaki yang suka kalau isterinya dengan lelaki lain?”

“Aku pernah mendengarnya, tapi bagaimana bisa ada orang yang ingin isterinya bersetubuh dengan lelaki lain?”

“Aku rasa mereka ingin agar isterinya dapat merasakan kenikmatan yang lebih dari apa yang bisa diberikan oleh satu lelaki saja dan disamping itu mereka juga merasakan sebuah sensasi lain saat mengetahui hal tersebut.”

“Apa kamu pernah melakukannya dengan lelaki lain selan abang?”

“Kamu yang pertama bagiku selain dengan suamiku sendiri, dan sangat kebetulan sekali lelaki itu adalah adik dari suamiku sendiri. Aku tak pernah mengharapkan lelaki lain selain suamiku hingga kejadian malam itu. Kamu mendapatkanku di saat yang paling terlemahku dan aku merasa bersyukur kamu sudah melakukannya.” Maya merasa tak perlu menceritakan kalu setelah malam itu dia juga bersetubuh dengan tukang kebunnya setiap hari.

“Aku juga bersyukur mendapatkanmu disaat itu. Aku hanya berharap agar abangku jangan sampai tahu.”

“Bagaimana kalau ternyata dia sudah tahu?”

“Aku mungkin akan diusir dari sini.”

“Bagaimana jika aku bisa membujuknya agar kamu boleh tetap berada di sini?”

“Bagaimana caramu bisa membujuk abang agar mengijinkanku tetap di sini sementara dia tahu tentang kita?”

“Apa kamu mau melakukannya denganku bersama bang Krisna di waktu yang sama?”

“Maksudmu kita bertiga di waktu yang sama?”

“Ya, three some.”

“Abang tak akan mau.”

“Jika aku bisa membujuknya apakah kamu akan bersedia melakukannya?”

“Gila, tentu saja mau, itu pasti akan menjadi hal paling hot uang pernah kulakukan.”‘

“Aku bisa tahu dengan batang penismu yang sudah mengeras laki saat ini, kalau kamu suka dengan ide itu. Aku akan mulai mencoba membujuk bang Krisna. Itu jalan agar kita bisa bersama terus kapanpun kita mau.”

Percakapan itu membuat mereka siap kembali. Maya memutar tubuhnya dan mengambil batang penis Adi untuk dimasukkan ke dalam mulutnya. Dia ingin sperma yang berikutnya keluar dalam mulut dan meluncur ke dalam tenggorokannya.

Adi menatap vagina basah Maya yang berada tepat di atas wajahnya. Dia tak tahu bagaimana rasanya menghisap spermnya sendiri dari vagina kakak iparnya. Dia tak punya banyak pilihan begitu Maya merendahkan vaginanya kea rah mulut Adi. Adi mendapati kalau ternyata rasanya taklah seburuk bayangannya, Segera saj klimaks berikutnya mereka dapatkan dengan masing-masing permainan mulutnya. Maya menelan seluruh sperma yang diberikan batang penis Adi dan Adipun setiap tetes madu cinta dari vagina Maya. Keduanya saling membersihkan kemaluannya masing-masing dengan menggunakan mulut sebelum kemudia memulai sebuah babak baru lagi.

Sang mentari sudah hampir terbit saat Maya melangkah menuju ke kamar tidurnya kembali. Krisna sudah menantinya dengan batang penis yang sudah sangatlah keras, segera dibaringkannya Maya ke atas ranjang dan menghujamkan batang penisnya ke dalam vaginanya yang sudah basah kuyup oleh begitu banyaknya sperma adiknya yang tertuang di dalamnya di sepanjang malam tadi. Saat Krisna menyetubuhinya dengan sangat bergairah, Maya menceritakan secara detail apa yang telah terjadi dalam kamar Adi di lantai bawah tadi. Dan hal tersebut sungguh membuat birahi Krisna meroket mencapi batanya hingga sudah tak mampu lagi ditahannya spermanya menyembur keluar membasahi vagina isterinya yang sudah teramat sangat basah itu. Maya tak meraih klimaksnya sendiri kali ini setelah begitu banyak puncak kenikmatan diraihnya sebelumnya bersama Adi, tapi dia merasa sangat bahagia dan damai berada dalam pelukan suaminya tercinta saat ini. Dia merasa akan mendapatkan momen terindah dalam kehidupannya jika kedua lelaki ini bisa didapatkannya di saat yang bersamaan.

*****

Kedua lelaki ini bangun kesiangan keesokan harinya dan dengan bergegas mencoba untuk mengejar waktu agar tidak telambat ke sekolah maupun berangkat kerja. Sedangkan sabg wanita yang sudah terkuras selurh energi yang tersimapan dalam tubuhnya karena permainan birahi sepanjang malam tadi tetap tak beranjak dari nikmatnya dekapan ranjang.

Saat keduanya saling bertemu di dapur adalah momen yang paling membuat mereka jengah dan kikuk. Adi merasa bersalah telah meniduri isteri abangnya tapi Krisna mengatakan padanya kalau Maya sudah menceritakan semuanya pada dia. “Rileks dik, Maya sudah menceritakan semuanya pada abang. Kelihatannya dia menginginkan kita berdua, dia wanita yang hebat dan sepertinya membutuhkan kita berdua untuk membuatnya tetap bahagia. Setidaknya sampai kamu lululs sekolah. ” Keduanya meninggalkan rumah dengan sura tawa bahagia mengiringi, tapi tak bisa disangkal lagi keduanya sudah tak sabar untuk menanti hari berganti malam agar mereka bisa bersama dengan Maya kembali.

Waktu sudah menjelang saat makan siang ketika pintu kamar Maya terbuka. Sura pintu itu membangunkan Maya dari lelap tidurnya dan dia bangkit duduk di atas ranjangnya. Dia masih dalam keadaan telanjang bulat karena kejadian malam tadi. Ternyata yang dating Sukri untuk mengecek keadaannya. Dia menatap isteri majikannya tersebut yang duduk dia tas ranjang dalam keadaan selimut yang menutupi bagian pinggangnya ke bawah. Payudara indahnya terpampang indah di depan mata Sukri dan Maya tak berusaha sedikitpun untuk menutupinya dari pandangan Sukri. “Saya pikir mungkin harus melihat keadaan anda. Sekarang sudah hamper tengah hari dan anda belum keluar dari dalam kamar sekalipun. Apa anda baik-baik saja?”

Maya memberi tanda padanya agar mendekat ke ranjang. Begitu Sukri sudah berada dekat dengannya, Maya menyibakkan selimut yang menutupi sisa bagian bawah tubuhnya hingga sekarang tubuh molek itu terpampang seutuhnya tanpa selembar kainpun menutupinya. “Buka seluruh pakaianmu dan naiklah ke sini bersamaku.” Tak perlu disuruh dua kali, Sukri bergegas melucuti seluruh pakaiannya dan bergabung dengan nyonya majikannya ke atas ranjang.

“Sepertinya anda sangat sibuk tadi malam.”

“Memang malam yang sangat sibuk tapi aku masih punya cukup untuk kamu. Kemarilah dan biarkan aku merasakan lagi batang penismu yang besar itu di dalam vaginaku.”

Sukri tak bisa menunggu untuk segera menyetubuhinya kembali. Seperti suami dan adik iparnya, dia ingin merasakan batang penisnya dalam remasan kehangatan dinding vagina Maya yang rapat. Sama sekali tak ada keraguan pada keduanya, Sukri ingin menyetubuhinya dan Maya ingin segera disetubuhi olehnya juga. Sukri benar-benar menikmati dan memanfaatkan setiap detik dari waktu yang dia punya saat ini untuk memberikan Maya hadiah klimaks yang berkesinambungan berulang kali sebelum akhirnya dia tumpahkan sperma tuanya ke dalam vagina muda Maya. Maya teringat kemarin malam saat dia ingin malam itu tidak sedang dalam periode mengkonsumsi obat pencegah kehamilan agar sperma Adi dapat memasuki rahimnya hingga membuatnya hamil, namun sekarang dia merasa bersyukur karena dia dalam periodenya atau kalau tidak dia pasti akan sangat kesulitan mencari alasan kenapa dia melahirkan bayi yang tak mirip sama sekali dengan wajah suaminya tapi malahan wajah Sukri.

Mereka berdua hanya rebah di atas ranjang setelah menuntaskan babaak-babak persetubuhan di awal hari itu hingga siang hari berlalu, lalu keduanya bangkit untuk mandi dan membersihkan diri. Keduanya berjalan menuju ke kolam renang dan berenang bersama sampai tiba waktunya menjelang Krisna dan Adi pulang. Maya sadar dia bisa mengatur untuk mendapatkan suami dan adik iparnya bersamaan tapi sangat tidak mungkin mereka setuju jika Sukri ikut bergabung bersama mereka juga. Sukri faham kalu dia harus tetap menjaga rahasia ini atau mereka akan berada dalam masalah besar. Dia sudah merasa puas bisa menikmati kemolekan tubuh Maya saat siang harinya dan jika malam tiba adalah waktu untuk majikan serta adik iparnya.

Malam itu Maya, Adi, dan suaminya melakukan threesome yang pertama kalinya dalam kehidupan mereka. Pada awalnya semuanya terasa canggung bagi mereka tapi Maya berhasil mengendalikan suasana. Dia melucuti pakaiannya dan membuat kedua lelaki itu mengikuti tindakannya. Maya membuat keduanya rebah di atas ranjang, masing-masing di kedua sisinya. Saat dia merebahkan tubuh telanjangnya diantara dua kakak beradik itu, tangannya meraih masing-masing batang penisnya. Begitu tangan halusnya mulai bergerak memanjakan batang penisnya, kedua lalaki itu mulai merasa rileks dan larut ke dalam suasana yang berhasil dibangun Maya.

Krisna yang pertama kali bereaksi, dia menggeser tubuhnya kea rah Maya tapi tanpa membuat batang penisnya terlepas dari genggaman tangan isterinya, diraihnya sebelah payudara Maya. Didekatkannya putting ranum itu pada mulutnya untuk dihisap hingga membuatnya mengeras dan semakin memerah warnanya. Krisna melirik kea rah Adi dan berkata, “Dia punya daging kenyal ini dua buah. Apa tak seharusnya kamu beri perhatian pada yang satunya?”

Adi tak butuh dorongan lagi, langsung saja dia bekerja pada payudara Maya yang satunya dan tak lama kemudian mulutnya bergerak ke bawah menelusuri perutnya menuju pada vagina Maya. Dia harus menepiskan tangan abangnya terlebih dulu untuk memberikan ruang bagi lidahnya.

Begitulah malam pertama itu berlangsung. Kedua lelaki itu menyentuh Maya seperti yang belum pernah dia rasa sebelumnya. Keduanya membawa Maya pada titik puncak di mana tak pernah terbayangkan dalam benak Maya sebelumnya. Maya sangat menyukai apa yang bisa diberikan oleh kedua lelaki itu tapi saat ini terasa benar-benar dua kali lebih nikmat. Klimaks diikuti klimaks yang berikutnya menyusul setiap kali salah satu dari mereka menyetubuhinya tanpa memberinya waktu jeda. Ketika mereka pada akhirnya sampai di tepi daya tahan tubuh masing-masing, ketiganya jatuh terlelap dalam kepuasan dengan tubuh molek Maya terhimpit di antara pelukan kedua lelaki itu.

Keesokan harinya Maya bangun yang palin awal, dia hanya butuh waktu sekejap untuk bisa memahami sedang berada di mana dia. Dipandanginya kedua lelaki yang terbaring disampingnya, begitu mirip. Benaknya melayang dalam lamunan, kurang dari satu minggu sebelumnya dia merasa ada yang salah dalam mahligai pernikahannya. Suaminya sudah tak menginginkan bercinta dengannya lagi, tapi sekarang dia mendapatkan semua kenikmatan seksual yang dia butuhkan dari keduanya, suaminya dan adik iparnya. Plus semua kepuasan seksual yang didaptnya juga dari Sukri yang kedua lelaki yang sedang terlelap disampinya itu tak mengetahuinya. Dia membayangkan apa yang akan mungkin bisa terjadi nantinya.

Beberap bulan berikutnya semuanya tak berubah. Adi akhirnya pindah ke dalam kamar mereka. Setiap malamnya mereka berdua menggali semua kenikmatan seksual dari birahi Maya ataupun salah satunya yang hanya menyaksikan. Dan setiap harinya juga diisi dengan petualangan seksual yang lain bersama Sukri. Maya merasa bahagia dengan semua permainan seks dengan mereka tapi ada kalanya dia harus berkata tidak pada mereka agar bisa mengistirahatkan tubuhnya untuk beberapa hari. Ketiganya sungguh sangat memuaskan birahinya tapi juga membuatnya kewalahan. Maya tak pernah membayangkan kalau dia akan mendapatkan kenikmatan seksual yang berlimpah lebih dari yang diimpikannya tapi wakti demi wakti semua itu didapatkannya.

Hukum alam tak bisa dihindar, apapu juga pasti akan ada akhirnya. Adi yang pertama kali berlalu, dia akhirnya lulus sekolah dan pergi untuk melanjutkan ke jenjang kuliah. Dia masih tetap kembali ke rumah abangnya sesekali dan menghabiskan waktu bersama mereka. Dia tetap diterima oleh abang dan kakak iparnya.

Sukri mengikuti beberapa minggu berikutnya. Seorang temannya menawarinya sebuah pekerjaan yang menjanjika di luar kota. Sebuah pekerjaan yang tak mungkin ditolaknya meskipun pilihannya harus meninggalkan Maya. Minggu-minggu terakhir kebersamaan keduanya dijadikan momen perpisahan yang tak terlupakan bagi keduanya, Maya tahu kalau dia pasti akan merindukan lelaki paruh baya itu nantinya.

Krisna akhirnya berpisah dengan Susan. Seks dengan Maya dan adiknya melebihi apa yang didaptnya dari Susan. Setelah kepergian Adi, dia dan Maya masih melakukan hubungan seksual hamper tiap malamnya. Memang tetap terasa nikmat dan indah tapi masih tak bisa menyamai kenikmatan ketika kedua lelaki itu ada dan saling memberikannya kepuasan. Krisna tak lama kemudian sudah menemukan wanita lainnya lagi. Perhatian Krisna mulai berkurang terhadapnya dan Maya tahu kalau suaminya menemukan vagina muda yang baru untuk dia nikmati… Kini Maya kembali pada keadaan sebelum Adi dan Sukri masuk ke dalam kehidupan seksnya.

Dia dan Krisna mencoba beberpa kali untuk mencari pengganti Sukri tapi keberuntungan masih belum berpihak pada mereka.

Maya sedang bermalas-malasan menikmati waktunya berbaring di tepi kolam dan menikmati sentuhan sinar mentari dengan keadaan telanjang bulat sore itu. Sejak hanya dia seorang yang ada di rumah itu, kegiatan berjemur telanjangnya menjadi kegiatan yang rutin. Dia mendengar ada seseorang berteriak memanggil namanya, dia bangkit dan meraih handuk disampingnya untuk kemudian dililitkan pada tubuh moleknya. Dia melihat di depan gerbang ada seorang muda dengan kulit coklat tua dan tubuh tegap sedang berdiri memandanginya. “Ada perlu apa?”

“Nama saya Jaya dan paman Sukri yang menyuruh saya untuk datang ke sini menemui anda. Beliau bilang kalau anda sedang membutuhkan tenaga setelah kepergiannya.” Tanpa bertanya dia membuka pintu gerbang itu dan berjalan mendekati tempat Maya sedang duduk dengan hanya sebuah handuk saja yang menutupi tubuhnya. Apa yang terpampang di hadapan mMaya adalah sesosok lelaki berkulit galap berusia 20an dengan tubuh tegap berotot dan sebuah tonjolan besar pada selangkangannya.

“Kamu punya keahlian apa?”

“Tidak begitu banyak untuk urusan kebun ataupun rumah tapi bisa sangat diandalkan untuk hal yang dibilang paman Sukri bahwa anda pasti lebih membutuhkan.” Dia melpaskan kaosnya melewati kepala dan disusul celanya juga. Mata maya segera terfokus ke arah selangkangan anak muda dihadapannya ini, untuk memandangi dengan terpana pada sebuah batang penis yang bahkan lebih besar dari kepunyaan pamannya. Dan batang itu sudah berdiri tegak keras menunjuk ke arahnya.

Maya menatap wajah Jaya lagi yang sedang mengamati lekuk tubuhnya tanpa berusaha menutup-nutupi saat dia sedang menatap takjub pada benda diantara pahanya. Maya merenggut lepas handuk yang melilit tubuhnya. “Kelihatannya kamu punya peralatan yang tepat, kita lihat apa kamu tahu bagaimana cara menggunakannya dengan benar.” May membentangkan kedua pahanya dan tangannya terjulur ke depan untuk menarik tubuh lelaki muda di hadapannya itu ke arahnya. Dia membimbingnya kea rah pintu masuk vaginanya, dan saat Jaya mulai memasukinya Maya berkata. “Perlahan saja dan jangan tergesa. Aku belum pernah merasakan yang sebesar ini.”

Hari itu juga Jaya resmi bekerja di rumah itu dan malam harinya dia mulai memindahkan barang-barangya untuk menempati bekas tempat Sukri. Dia sudah sibuk dengan pekerjaan kebunnya saat Krisna berangkat bekerja. Sepanjang hari itu dia bekerja tanpa lelah. Dia hanya berhenti untuk mengurus Maya sebelum Krisna pulang kembali.

Krisna memutuskan kalau pemuda ini layak untuk bekerja menggantikan Sukri dan menetap di tempatnya. Tapi yang Krisna tak tahu adalah kenyataan bahwa pekerjaannya yang paling ternilai bagus bukanlah di kebun, mengurus kuda atupun lainnya melainkan disaat setelah Krisna pergi berangkat kerja setiap paginya. Pekerjaan kebun dan lain-lainnya hanyalah menjadi semacam biaya yang mesti dikeluarkan Jaya untuk seorang wanita bertubuh molek dan vagina tercantik yang pernah ditemuinya. Tapi itu membuatnya menjadi seorang lelaki muda yang paling beruntung.

- Tamat -
Read More