Showing posts with label Cerita Dewasa Tante. Show all posts
Showing posts with label Cerita Dewasa Tante. Show all posts

Saturday, September 2, 2017

BUDHE BINAL

BUDHE BINAL

Kenalin namaku Ananto, mahasiswa di salah satu PTN d Jogjakarta. Saat ini umurku 21 tahun tinggi badanku 165 dengan badan yag lumayan layaknya cowok seumuranku.

Kisah terlarang ini terjadi waktu aku masih duduk di bangku smp sekitar umur 13 tahun. Saat itu karena ibuku bekerja sebagai TKW di arab dan ayahku pergi merantau ke kalimantan maka aku dititipkan ke Budheku yang tinggal di magelang.

Aku pindah sekolah di Magelang tempat budheku tinggal. Aku diantar oleh ibuku sebelum keberangkatannnya ke Arab Saudi. Sebelum berangkat ibuku memeluku dan menitipkan pesan pada Budheku.

Ibu : Tolong jaga anaku yah Mba, ajari dia biar jadi pinter.
Budhe Tuti : Yo mesti lah Ran, anto akan ku anggep anaku sendiri kok…
Ibu : makasih yo mba..
Budhe Tuti : alah nda usah dipikirin lah itung nemenin Raka disini…
Ibu : jaga diri yah nak
Aku : iyah bu…

Ibu pun pergi bersama tetanggaku yang mengantarkan ke Jakarta akupun di tinggal ibu untuk waktu yang cukup lama.

Budhe Tuti adalah kakak kandung ibuku umurnya pada saat itu ialah 42 tahun, dia janda beranak 3. Anak pertamanya mas Tino sudah bekerja dan hijrah ke Jakarta. Anak keduanya Mba Inah sudah menikah dan ikut bersama suaminya di Surabaya. Dan anak terakhirnya Raka pada saat itu masih duduk d kelas 5 SD.

Walau sudah berumur dan sudah janda, budhe boleh di bilang masih sangat cantik dan tubuhnya sangat menawan. Tingginya 172 cm dengan berat sekitar 78 kg, yah budheku ini memang agak gemuk, tetapi pada masa mudanya dia dikenal sebagai bunga desa di kampungnya. Oh ya pada saat itu tinggiku masih 138 cm, yah namanya juga masih kls 2 smp.
Sebelum kedatanganku ke magelang, budhe sudah mengurus surat kepindahanku di salah satu SMP d magelang. Jadi keesokan harinya aq sudah mulai bersekolah d sekolah baru.

Keesokannya aq diantar budhe bersama raka pergi bersekolah. Budhe mengantarku terlebih dahulu karena sekolahku lebih dekat dengan rumahnya. Baru setelah itu dia mengantar raka. Waktu pun cepat berlalu dan tanpa terasa aku sudah tinggal di rumah budhe selama 3 bulan. Selama tiga bulan itu budhe sudah sangat baik kepadaku, setiap hari memberikan sarapan, membelikan aku pakaian, dan segala benuk kebutuhannku budhe yang mengurus. nomor jitu

Pada saat itu aku adalah seorang anak yang masih sangat polos, jangan kan berpacaran, mengenal perempuan saja belum pernah sampai kejadian itu terjadi. Suatu saat anaknya terpilih untuk mengikuti jamboree pramuka di semarang selama 4 hari. Alhasil di rumah itu hanyaaku dan budheku saja. Suatu malam budheku menghampiriku dan bertanya :

Budhe : Leh…
Aku : nggeh bude …
Budhe : kamu sudah maem?
Aku : sampun budhe..
Budhe : gimana perasaannya tinggal sama budhe,
Aku : wah seneng budhe, budhe tuh baik banget.
Budhe : yow is klo gtu. Oh ya An, kamu besok sekolah?
Aku : iyo budhe. Kenapa toh?
Budhe : nda papa, gimana kalau besok bolos ajah….
Aku : loh kenapa toh budhe.
Budhe : budhe mau ngajakin kamu ke suatu tempat.
Aku : kemana toh budhe?
Budhe : wis toh nurut ae, pokoknya kamu bakalan seneng dan ini akan menjadi pengalamnmu seumur hidup.. (budhepun pergi ke kamarnya sambil tersenyum padaku) Yo wis sana tidur…

Wadu mau diajak kemana yah aku ini. Aku sama sekali tidak menduga budhe mau mengajakku kemana, hingga membuatku tidak bisa tidur. Jujur pada saat itu aku belum membayangkan budheku yang macam2 karena memang saat itu aku memang polos.
Akupun tertidur sambil memikirkan besok hendak di ajak kemana oleh budhe. Aku pun tertidur hingga ada suara yang memanggilku.

“An An sini leh…” oh ternyata budhe yang memanggil, “ ada apa budhe?” jawabku. “Bobo sama budhe yuh budhe sendirian nih takut “pinta budhe. Akupun menghampiri budhe yang
berdiri d depan kamarku. “ mangkenapa toh budhe? “

“ yah gak apapa, mang nda boleh budhe kamu bobo bareng sama kamu?

“Eeee… iya deh budhe” jawabku

“ gtu donk, hayuu”

Saat itu aku melihat jam, dan menunjukan angka 1 ternyata aku sudah tertidur selama 3 jam, dan alhasil aku sudah tidak mengantuk. Aku lalu menuju kamar budhe bersamanya/

“ayo sini ann bobo disini” kan klo disini enak bias bbo bareng budhe” sapa budhe dengan nada genit..

“ ohh iya budhe, kamar budhe luas sih jadi anget” jawabku polos

“kamu ini loh polos betul jawabnya’’

‘’ ehh aan dah punya pacar d sekolah”

“Belom budhe gak berani” jawabku. “Loh kenapa” Tanya budhe balik.

“gak boleh sama ibu, budhe katanya aku gak boleh pacaran dulu sebelom sma.” Jawabku.

“ ohh, kasihan yah kamu, berarti kamu belom pernah menyentuh tubuh perempuan?”

“ maksud budhe” jawabku kaget?

“giniloh maksud bude” sambil memegang tanganku dan menaruhnya d dadanya yang berukuran besar. Mungkin sekitar 38.

Aq langsung kaget dan gemetaran, baru kali ini aku memegang dada perempuan dan lebih parahnya dada budeku sendrir.

“ ndak udah malu An, ini kan budhemu sendiri, budhe gak bakalan bilang ke ibu kok”

“tapi budhe” sanggahku”

“Anto mau nolongin budhe gak?” bisiknya ditelingaku.

“ nolongin a[pa budhe?” jawbku gemetaran

“dah pokoknya kamu nurut aja sama budhe”

“ eh eh eh iya budhe “ jawabku terbata bata..

Saat aku menjawab iya sekejab budhe langsung menciumku.. much. Aq langsung kaget dan tidak bias berbuat apa apa. Aku terdiam dan tak membalas apapa.

“oala kamu ini benar polos ternyata yah an. Sampe ciuman aja gak tahu.Ya dah Budhe ajarin yah biar kamu pinter “

“coba kamu julurin lidah kamu”

Aku pun menjulurkan lidah ku sesuai pinta budhe.

“ an gini nih caranya ciuman “ langsung budheku menyedot lidahku, budhe menyedot lidahkua cukup lama, sedotannya sangat kencang sampai aku kehabisan nafas. Tak lama aku
mulai terbiasa dan membalas menyedot lidahnya

“wah sudah mulai pintar yah kamu”

Budhe langsung membuka bajuku dan sekejam menjilati putingku, ya ampun aku sungguh merasakan geli segeli gelinya, aku tak bias berontak, semakin aku berontak budhe malam memeluku, budhe pun mengelus2 celanaku dan memegangi burung kecilku.

“ahhh budhe geli”

“ndak papa nanti kamu juga suka’’ budepun melepas celana dan celana dalamku

“oala burung mu iki loh leh? Kecil banget, koyo cacing uget2” hihihi ledek budhe sambil terwa..

“yo namanya juga masih kecil budhe”

Saat itu kontolkua mungkin hanya sebesar jari telunjukku saja. Budhekua terheran2 lalu tak lama dia memegang kontolku dan memainkannya.

Sungguh ini adalah kali pertama ada orang memegang kontolku, aku saja tidak pernah memeganggnya kecuali saat pipis, bakan saat itu aku belum mengenal onani.

“sini biar burungnya budhe jadiin gede ya”

Ehhh iya budhe “

Budhepun mengocokkan kontolku. Kocokannya sangat kecang mungkin Karena hasrat yang lama tak terbalas karena di tinggal suaminya 6 tahun lalu.

Tak lama aku merasakan ada yang hendak keluar dari kontolku aku pikir aku mau pipis ternyata bukan”

“budhhe aku mau pipis nih “

“wah cepat sekali yah”

Budhepun langsung mengulum kontol kecilku, tidak hanya itu dia bahkan menyedotnya, aku pun mengeluarkan spermaku di dalam mulutnya. Karena kali pertama spermaku keluar, maka yang keluar cuku banyak dan kental

“budhe kok yang keluar kental yah?” tanyaku bingung

“ oala kamu baru pertama kali yah, o pantes akeh banget, budhe sampe belepotan gini.”

Budhepun membersihkan sisa sperma yang masih tersisa di ujung kontolku, sungguh aku lemas sekali dan tak bias bergerak, budheku masih saja mengulum dan mengocok kontolku walau dia tahu kontolku sudah tidak tegang lagi.

Lalu budhe menyuruhku istirahat dan memberikanku segelas teh hangat.

“gimana rasanya enak nda” Tanya budhe dengan genit

“ enak sih budhe, tapi apa budhe ndak jijik minum pipinya anto?” jawabku bengong

“Anto, itu tuh namanya bukan pipis, itu tuh namanya sperma”

Sperma ntu opo budhe” tanyaku lagi..

“ yowislah nanti kamu juga bakal tahu “

“ sekarang kamu yang gentian yah yang jilatin pepeknya budhe”

“opo meneh tu budhe” tanyaku lagi

Tanpa menjawa dia langsung membuka daster batiknya yang sedari tadi masih dia kenakan. Dan terpampanglah tubuh sintal dan dada yang menjulang. Budhe pun membuka bhanya dan menaruhnya di pinggiran kasur…

“kamu nenenin susunya budhe yah”

Tanpa menjawab budhe langsung mengarahkan kepalaku ke susunya yang super besar tanpa diajari aku langsung mengulum pentil budhe yang agak kecoklatan. Aku menyedotnya. Lalu terdengarlah rintihan dari budhe yang sekakan menikmati aksi dari keponakannya ini.. “ terus ann, hisap susu budhe ann, dah lama budhe gak di nenenin”

“slruuppp slruup, 5 menit aku menyedot susu budheku, sungguh nikmat susu budheku ini dia pun mengerang kenikmatan.

“achhh achhhh , kamu pintar aann… achhhhh”

Slruuppp aku terus saja menyedotnya bergantian antara kanan dan kiri.

Tak lama budheku menciumku kembali, dan kami berciuman cukup lama.. sluurppp bunyi ceplak ceplok pun terdengar.

“ahhh budhe dah gak tahan lagi nih an” kmu jilatin pepek budhe yah”

Budhe pun membuka celana dalamnya. Dan tak disangaka aku melihat kelamin perempuan untuk pertama kalinya pada malam itu. Sungguh pemandangan yang luar biasa. Memek budheku sungguhlah indah bulunya sangat lebat bahkan dinding memeknyapun tidak terluahat. Jembutnya tumbuh mulai dari bahaw pusar hingga ke lubang anuspun ditumbuhi oleh bulu hitam halus. Beda dengan ku yang saat itu belum di tumbuhi bulu sehelaipun.

“An ini yang namanya pepek, kamu baru pertama kali ngelihatnya juga kan?”

“iya budhe” jawabku sambil terpana melihat memek budheku itu

“ nih kamu jilatin yah seperti yang budhe lakuin ke burung kamu”

Aku ragu2 untuk melakukannya, tetapi akhirnya memberanikan diri mendekatkan kepalaku kedepan liang kewanitaan budeku ini. Setelah cukup dekat, aku sungguh kaget, ternyata memek wanita itu baunya cukup has dan sangat menyeruak hidung, awalnya aku jijik karena baunya, tetapi aku mencoba untuk menjilatnya, ledahku pun aku masukan kedalam belahan daging yang di tumbuhi oleh hutan rimba. Aku langsung terbatuk dan hendak muntah.

“jijik yah ann, gak papa emang baunya seperti itu” tapi enak kok cobain aja”

“iya budhe” lalu aku menjilatinya, perlahan aku mulai memberanikan diri untuk memeganya, lalu aku menyibak belahan memeknya menggunakan tanganku. Lalu tersibaklah belahan
memek budheku, tak seseram penampilan luarnya, ternyata bagian dalam memek budhekua berwarna merah muda tetapi agak kehitaman di pinggirnya

Aq pun menjilati bagian dalam memek budheku cukup lama hingga ia mengerang dan menggencetnya dengan pahanya yang montok

“terus anto, kamu pintar saying, rintihan kecil itu membuatku semakin cepat menjilatinnya, ternyata tak sesuai duagaanku, ternyta lama kelamaan memek budheku ini rasanya sungguh nikmat dan membuatki ketagihan,

Budhe tidak tinggal diam, dia pun mengulum kontol kecil ku yang sudah mengeras.

“ahhh budhe enak budeh, anto suka”

“bagus sekarang kamu mulai pintar” jawab budhe

“an bude mau keluar nih”

“achhh annn achhh

Enak banget ann”

Crooooooorttt….

Budheku mengeluarkan cairannya di dalam mulutku, terasa sekali cariran kental agak asin menyeruak didalam tenggorokanku.

“ahh enak banget ann, kamu cepet belajar yah”

“kan diajarin sama budhe” hehehe

Sejenak kami tertawa bersama. Tak terasa kami sudah melakukan ini selama 2 jam, lalu tanpa di sadari kami berduapun tertidur dengan keadaan telanjang.

Tamat
Read More

Tante Horny

Tante Horny

Aku sedang berlibur di kota Bandung, nginap dirumah Om ku adik mama yang paling kecil. Mereka memang 7 bersaudara dan mamaku yang paling tua, aku saat itu berumur 20 tahun dan omku berumur 35 tahun.

Akan tetapi tante Ida yang cantik itu, orangnya sangat judes, dia tidak memandang mata keluargaku, maklum kami hanya biasa-biasa saja, sedangkan tante Ida datang dari keluarga yang sangat kaya di kota Surabaya, dia hanya 2 bersaudara dan Ida adik perempuannya yang berumur 22 tahun, masih kuliah di ITB dan tinggal dirumah om dan tante Ida di Bandung.

Selama aku berada dirumah om ku ini, hampir setiap hari tante Ida mengomel saja, karena dia memang sangat benci kalau aku menginap dirumah mereka. Disamping aku memang termasuk anak yang bandel, biarpun secara postur tubuh, aku sudah kelihatan sangat dewasa, karena tinggi badanku 175 cm dengan tubuh yang berotot, tante Ida curiga saja dan menganggap aku sering menerima duit dari om ku, pada hal sangat jarang om ku memberi aku duit.
Saat ini aku nginap di rumah mereka, sebenarnya hanya terpaksa saja, karena aku sedang berlibur di Bandung dan ibuku memberitahukan kepada om ku yang memaksa aku tinggal dirumahnya. Hari ini entah mengapa aku merasa suntuk banget sendirian, kemarin sore sebelum om ku pulang dari kantor, tante Ida marah-marah dan menunjukan muka cemberut terhadap saya. Saat itu rumah berada dalam keadaan sepi, om sudah pergi kekantor, Mbak Ani adik tante Ida sedang pergi kuliah, Bik Suti lagi pergi ke pasar, dan tante Ida katanya mau pergi ke arisan. Tadi sebelum pergi dengan nada yang setengah membentak, tante Ida menyuruh saya menjaga rumah.

“Dari pada BT sendiri, mending nonton BF aja di kamar,” pikirku.
Obat Kuat
TV mulai kunyalakan, kuambil CD porno yang kemarin kupinjam ditempat persewahan dekat rumah, adegan-adegan panas nampak di layar. Mendengar desahan-desahan artis BF yang cantik dan bahenol tersebut membuat aku terangsang. Dengan lincahnya tanganku melucuti celana beserta CD-ku sendiri.

Burungku yang sedari tadi tegak mengacung kukocok perlahan. Film yang kutonton itu cukup panas, sehingga aku menjadi semakin bergairah. Kutinggalkan pakaian yang masih melekat, akhirnya tubuhku tanpa ada penutup sekalipun. Kocokan tanganku semakin cepat seiring dengan makin panasnya adegan yang kutonton. Kurasakan ada getaran dalam penisku yang ingin meyeruak keluar. Aku mau orgasme, tiba-tiba…

“Anton.. apa yang kamu lakukan!!” teriak sebuah suara yang aku kenal.
“Ooooohh… Tante…?!” aku kaget setengah mati dan sangat bingung sekali saat itu. Tak kusangka tante Ida yang katanya mau pergi arisan bisa kembali secepat itu. Tanpa sadar aku bangkit berdiri dan kudekati tante Ida yang cantik tapi judes itu, yang masih berdiri dalam keadaan kaget dengan mata membelalak melihat keadaanku yang telanjang bulat dengan penisku yang panjang dan besar dalam keadaan tegang itu.

Tiba-tiba entah setan mana yang mendorongku, secara refleks saja aku menyergap dan mendekap tubuh tante Ida yang mungil padat itu. Badannya yang mungil dan tingginya yang hanya sampai sebahu dari ku, ku bekap dengan kuat dan kutarik agak keatas, sehingga tante Ida hanya berdiri dengan ujung jari kakinya saja dengan kepala agak tertengadah keatas, karena kaget. Dengan cepat kucium dan kulumat bibir tipisnya yang seksi.
“Eeeehhhh… ppppffffff…!!! badan tante Ida seketika mengejang dan agak menggeliat menerima perlakuan yang tidak pernah dia sangka akan berani aku lakukan itu dan sesaat kemudian dia mulai memberontak dengan hebat, sehingga ciumanku terlepas….

“Anton.. jangan kurang ajar.. berani benar kau ini.. ingat, Toonnn.. Aku ini istri om mu…!!! Cepat lepas… nanti kulaporkan kau ke om mu…” teriak tante Ida dengan suara garang mencoba mengancamku.

Aku tak lagi peduli, salah tante Ida sendiri sih, orang mau orgasme kok diganggu. Dengan buasnya aku jilat belakang telinga dan tengkuknya, kedua payudaranya yang biarpun tidak terlalu besar, tapi padat itu langsung kuramas-ramas dengan buas, sampai tante Ida menjerit-jerit. Disamping nafsuku yang memang sudah menggila itu, ada juga rasa ingin balas dendam dan mau mengajar adat padanya atas perlakuan dan pandangannya yang sangat menghina padaku.

Dia mencoba berteriak, tapi dengan cepat aku segera menciumnya lagi. Ada kali 10 menit aku melakukan hal itu, sementara tante Ida terus meronta-ronta, dan mengancamku serta mencaci maki, entah apa saja yang dikatakannya, aku sudah tidak memperdulikannya lagi. Aku terus menyerangnya dengan buas dan mengelus-elus dan meramas-ramas seluruh tubuhnya sambil terus mencium mulutnya dengan rakus. Dia tidak dapat melepaskan diri dari dekapanku, karena memang tubuhku yang tinggi 175 cm dengan badan yang atletis dan berotot, tidak sebanding dengan tubuh tante Ida yang 155 cm dan mungil itu.

Akibat seranganku yang bertubi-tubi itu, lama kelamaan kurasakan tidak ada lagi perlawanan dari tante Ida, entah karena dia sudah lelah atau mungkin dia mulai terangsang juga. Merasa sudah tidak ada perlawanan lagi dari tante Ida, penisku yang panjang dan besar yang sudah sangat tegang itu kugosok-gosok pada perutnya dan kemudian kuraih tangannya yang mungil dan kuelus-elus ke penisku, tangan mungilnya kugosok-gosok, mengocok penisku yang mulai mengeras. Tubuhnya terasa mengejang, akan tetapi kedua matanya masih terpejam, dan tidak ada perlawanan darinya.

Kemudian ketika dengan perlahan kubuka baju tante Ida, dia dengan lemah masih mencoba menahan tanganku, akan tetapi tanganku yang satu mengunci kedua tangannya dan tanganku yang lain membuka satu demi satu kancing-kancing blusnya, dan perlahan-lahan mempertontonkan keindahan tubuh di balik kain itu. Setelah berhasil membuka blus dan BH-nya, kuturunkan ciumanku menuju ke payudara tante Ida yang padat berisi…

“Tooonnnn… aaammmpuunn… Toonnnnn… iiii.. iiingaaattttt.. Tooonnn..!!!” Kucium dan kulumat putingnya yang berwarna kecoklatan itu. Terkadang kugigit dan kupuntir putingnya, sementara kusingkap roknya dan jari-jariku mulai mengelus-elus kemaluannya yang masih tertutup CD.
“Iiiiiiiiii…..ooohhhhhhh…..aaaagggghh hhhhh……..ssssshhhhhhh……..Toooonnnnn……! !!!!” akibat perlakuanku itu, kayaknya tante Ida mulai terangsang juga, itu terasa dari tubuhnya yang mengejang kaku dan dengusan nafasnya makin terdengar kuat. Aku makin memperhebat seranganku dan tiba-tiba tubuh tante Ida bergetar dengan kuat dan……..

“Aaaahhhhhh..Toooonnnn…jaaa..jaaa angaaannn….Tooonnnn……iiii…ngaaaatttt..Tooo nnn… oooohhhhhhh…………aaaaaggggghhh…aaaaggghhh .aaaaggggggggghhhhh…!!!!!” akhirnya, disertai tubuhnya yang mengejang dan menggeliat-geliat kuat, serta kedua tangannya mendekap punggung ku….Seerrr.. cairan kewanitaan tante Ida membasahi CD nya sekalian jemariku.
Setelah masa orgasmenya berlalu, terasa badan tante Ida melemas terkulai dalam dekapanku dan kedua matanya masih terpejam rapat, entah perasaan apa yang sedang bergelora dalam tubuhnya, puas, malu atau putus asa akibat perlakuanku terhadap nya , sehingga dia mencapai orgasme itu. Tarikan nafasnya masih terengah-engah.

Kami terdiam sejenak, sementara tubuh tante Ida bersandar lemas dalam dekapanku dengan mata. Jemari lentik tante Ida masih menggenggam penisku yang masih tegak mengacung. Akhirnya secara perlahan-lahan kepala tante Ida menengadah keatas dan terlihat pandangan matanya yang sayu menatapku, sehingga menambah kecantikan wajahnya dan secara lembut terdengar suaranya…

“Oooohhhh….Toonnnn, apa yang kau perbuat pada tantemu ini…….?????”
“Eeeehhmmm…maafkan Anton tante….Anton lupa diri….abis tante tadi masuk tiba-tiba selagi Anton akan mencapai klimaks….salah tante sendiri sihhh…….lagi pula…tante amat cantik sihhh…..!!!!!!” sahutku mencari-cari alasan sekenanya.
Sekarang kayaknya tante Ida sudah pasrah dan sambil tanganya masih menggenggam penisku katanya lagi..

“Tooonnnn…..punya kamu gede amat yaaaa…????. Punya Om mu nggak sampai segede ini..!!”
“Aaahhhhh, tante…apa betull…?????!” memang penis ku panjangnya 17 cm dan gede juga dengan kepalanya yang bulat besar, apalagi kalau lagi sangat bernafsu begini. Jemari lentik tante Ida yang tadinya hanya menggenggam saja, kini mulai memainkan penisku dengan manja. Seperti mendapat mainan baru, tangan tante Ida tak mau lepas dari situ.
“Taaannnnn…., kok diiiii…..dii…diamin aja, dikocok dong, Taannn…. biar
enaaakkk….!!!!”

“Ton, Ton.. kamu keburu nafsu aja….aaaaggghhh….!!!”, perlahan-lahan kedua tanganku menekan bahu tante Ida, sehingga tubuh tante Ida berjongkok dan sesaat kemudian kepalanya telah sejajar dengan selangkanganku. Kedua tangannya segera menggenggam penisku dan kemudian tante Ida mulai menjilati kepala penisku dengan lidahnya. Bergetar seluruh tubuhku menerima rangsang dari mulut tante Ida. Dijilatnya seluruh batang kemaluanku, mulai dari pangkal sampai ujung. Tak ada bagian yang terlewat dari sapuan lidahnya.
Dikocoknya penisku didalam mulutnya, tapi tak semuanya bisa masuk. Mungkin hanya 3/4 nya saja yang dapat masuk ke mulut tante Ida. Kurasakan dinding tenggorokan tante Ida menyentuh kepala penisku. Sungguh sensasi sangat luar biasa menjalar ke seluruh tubuhku. Cukup lama juga tante Ida mengulum penisku. Kurasakan batang penisku mulai membesar dan makin mengeras. Dari dalam kurasakan ada sesuatu yang memaksa untuk keluar. Merasa aku akan keluar, tante Ida semakin cepat mengocok batang kemaluanku.

“Taaannnnn..ah..aohh.. taaannn.. Anton mo keluar,…….aaauuugghhhh…..taaannnn..!!!!!!!”
Akhirnya..Croott..croott..croottt.. Hampir sepuluh kali cairan itu menyembur dari ujung penisku. Diminumnya air maniku dengan, dijilatinya semua, sampai tak ada lagi cairan yang tersisa. Meskipun sudah keluar tetapi penisku tetap saja masih tegar, meski tak seberapa keras lagi Melihat itu, tante Ida mencium-cium kepala penisku dan menjilat-jilatnya hingga bersih.

Kemudian kutarik berdiri tubuh tante Ida dan kudorong ke tempat tidur, sehingga tante Ida terlentang diatas tempat tidur. Dengan cepat kulucuti rok sekalian CD nya, sehingga sekarang tante Ida terlentang diatas tempat tidur dengan tubuhnya yang mungil tapi padat itu berada dalam keadaan telanjang bulat. Tante Ida hanya menatap ku dengan pandangan yang sayu dan terlihat pasrah. Aku naik keatas tempat tidur dan kedua kakinya kupentang lebar-lebar dan aku berjongkok diantara kedua pahanya yang terpentang membuka lebar kemaluannya yang telah licin, siap untuk diterobos.

Kupegang batang penisku dan kugosok-gosok sepanjang bibir kemaluannya, sambil kutekan-tekan pelahan. Merasakan gesekan-gesekan lembut vagina tante Ida, penisku mulai mengeras kembali. Ku ambil tangan tante Ida dan ku tempatkan pada batang penisku, segera digengamnya penisku dan diarahkan ke lubang kemaluannya. Dengan sedikit gerakan menekan, kepala penisku perlahan-lahan mulai masuk setengah ke lobang kemaluan tante Ida. Terasa lobang kemaluan tante Ida sangat sempit mencengkeram batang kemaluanku. Dinding kemaluan tante membungkus rapat batang kemaluanku, kutekan lagi dan tubuh tante Ida menggeliat…

“Oooooohhhhhh… Toooonnnn… bee.. beeeesaaarrrr aaaaa.. maaaattttt.. pe.. peeelaaan… pee laaan… Tooooonnnnn… ooooohhhhh..!!!!!” tante Ida merintih perlahan. Secara pelan dan hati-hati aku menekan batang kemaluanku makin dalam… terus… terus…. ooohhhhhh… eeeenna aaak… benaaarrrr… terasa jepitan kuat dinding kemaluan tante Ida yang menjepit rapat batang kemaluanku. Perasaanku terasa melayang-layang dilanda kenikmatan yang tidak terlukisakan ini…..

“Taaaaannnnn……ooohhhhhh…..eeee euuuuunnaaaakkkkkkkk…taannnnn….!!!!”
Dengan kedua paha yang terkangkang lebar-lebar dan kedua tangannya berpegang pada pinggangku, tante Ida memandang ku dengan tatapan sayu, terlihat sangat cantik dan menawan, sehingga aku yang sedang bertumpu diatasnya perasaanku terasa menggila, melihat dan merasakan wanita cantik dan ayu yang berbadan mungil tapi padat ini, terlentang pasrah dibawahku, menerima seluruh perlakuanku.

Kugerakan perlahan-lahan pinggulku menekan kebawah, sehingga penisku terbenam makin dalam kelobang kemaluannya, dalam….. dalam….. terus…… terus….. daannnn….. ….kemudian……ujung kepala penisku terasa mentok, karena beberapa kali tubuh tante Ida mengejang ketika aku mencoba menekan lebih kuat, aku kemudian mulai menarik keluar dan selanjutnya memompa keluar masuk.

Dengan bersemangat aku mulai menaik-turunkan tubuhku. Gerakan naik-turun yang terkadang diselingi dengan gerakan memutar, sungguh merupakan sensasi yang sangat luar biasa. Apalagi posisi kedua paha tante Ida terkangkang lebar-lebar, membuat tikaman-tikamanku terasa jauh didalam dasar lobang kemaluannya. Aku dapat melihat payudara tante Ida bergerak-gerak keatas kebawah setiap kali aku menekan masuk penisk dalam-dalam sehingga kedua selangkangan kami berhimpit rapat-rapat. Kemudian kurasakan otot-otot kemaluan tante Ida dengan kuat menyedot penisku. Semakin lama kurasa semakin kuat saja kemaluan tante Ida menjepit penisku. Kulihat wajah tante Ida nampak makin memerah menahan orgasme keduanya yang akan melandanya sebentar lagi.

“Aaaaaaddduuuuuhhhhh….Toooonnn.. Aaaagggghhhhhh.. Oouggg.. hhaa..hhaa…Toooonn …taaannnn…teeeee…maaa…. Maaauuuu…keee…keeeeluaraarrrr lagi, Toonnnnn…!!!!!!!.” Dan….. Seeeeerrrr…..kurasakan cairan hangat membasahi penisku.

Sementara nafsuku sudah sangat memuncak menuntut penyelesaiannya, aku sudah tidak bisa lagi bertindak halus, tanpa banyak bicara, segera saja kupompa pantatku dengan cepat dan gencar, mendapat serangan yang agak kasar dan tiba-tiba itu tante Ida menjerit-jerit kesakitan. Meskipun lobang kemaluan tante Ida telah basah dan licin banget, tapi tetap saja terasa seret untuk ukuran penisku yang besar.

Tak kuhiraukan lagi suara tante Ida yang menjerit-jerit kesakitan, yang ada dipikiranku saat itu adalah aku ingin segera mengakhiri permaina ini dan merasakan nikmat yang akan datang padaku. Kurasakan otot-otot penisku mulai berdenyut-denyut dengan kerasnya, ada sesuatu yang berusaha untuk keluar dari batang penisku. Kucoba untuk menahannya selama mungkin agar tidak segera keluar, tapi jepitan dinding kemaluan tante Ida akhirnya meruntuhkan pertahananku.

“Aaaaaauuddddduuhhhh… taaannnnnn… teeeee… oooooohhhhh…..!!!!” keluhan panjang penuh kenikmatan keluar dari mulut ku disertai dengan…croott.. croott….croooootttt….semburan..maniku menyemprot dengan kuat, mengisi relung-relung terdalam lobang kemaluan tante Ida, kemudian badanku tertelungkup lemas menidih badan mungi tante Ida, sementara kuubiarkan penisku tetap didalam kemaluan tante Ida untuk merasakan sisa-sisa orgasmeku. Kurasakan kemaluan tante Ida tetap saja berdenyur-denyut, meski tak sekuat tadi.

“Taannnn, terima kasih ya, udah mau temenin Anton main.!!!!” kataku dengan manja.
“Kamu, tuh, Ton, kalau lagi nafsu jangan main maksa dong, masak tantemu sendiri kamu perkosa juga…..!!!!”
“Iiihhhhh…tante…..tapi tante senang juga….kaannnn …..????”
“Iya.. siiihhh….!!!!!” kata tante Ida malu-malu.

Sejak saat itu sikap tante Ida terhadapku berubah seratus persen, biarpun sikap kami ini tetap terjaga dihadapan om dan adik tante Ida. Aku dan tante Ida sering berhubungan sex bersama kalau rumah lagi sepi. Aku makin merasa sayang saja terhadap tante Ida, apalagi tante Ida melayani nafsu sex saya dengan rela dan sepenuh hati.

Tamat
Read More

PERKOSA MAJIKAN YANG SEKSI

Tujuanku datang ke Jakarta sebenarnya untuk merubah nasib Tapi siapa yang menyangka kalau ternyata kehidupan di kota besar, justru lebih keras dan pada di desa Aku sempat terlunta-lunta, tanpa ada seorangpun yang mau peduli Selembar ijazah SMP yang kubawa dari desa, ternyata tidak ada artinya sama sekali di kota ini.

Jangankan hanya ijazah SMP, lulusan sarjana saja masih banyak yang menganggur Dari pada jadi gelandangan, aku bekerja apa saja asalkan bisa mendapat uang untuk menyambung hidup Sedangkan untuk kembali ke kampung, rasanya malu sekali karena gagal menaklukan kota metropolitan yang selalu menjadi tumpuan orang2 kampung sepertiku

Seperti hari-hari biasanya, siang itu udara di Jakarta terasa begitu panas sekali Seharian ini aku kembali mencoba untuk mencari pekerjaan. Tapi seperti yang selalu terjadi Tidak ada satupun yang melirik apa lagi memperhatikan lamaran dan ijazahku Keputusasaan mulai menghinggapi diriku Entah sudah berapa kilometer aku berjalan kaki Sementara pakaianku sudah basah oleh keringat

Dan wajahku juga terasa tebal oleh debu Aku berteduh di bawah pobon, sambil menghilangkan pegal-pegal di kaki Setiap hari aku berjalan Tidurpun di mana saja Sementara bekal yang kubawa dari kampung semakin menipis.

Tiga atau empat hari lagi, aku pasti sudah tidak sanggup lagi bertahan Karena bekal yang kubawa juga tinggal untuk makan beberapa hari lagi Itupun hanya sekali saja dalam sehari Di bawah kerindangan pepohonan, aku memperhatikan mobil-mobil yang berlalu lalang

Juga orang2 yang yang selalu sibuk dengan urusannya masing-masing Tidak ada seorangpun yang peduli antara satu dengan lainnya Tiba-tiba pandangan mataku tertuju kepada seorang wanita yang tampak kesal karena mobilnya mogok

Dia ingin meminta bantuan, Tapi orang-orang yang berlalu lalang dan melewatinya tidak ada yang peduli Entah kenapa aku jadi merasa kasihan Padahal aku sendiri perlu dikasihani Aku bangkit berdiri dan melangkah menghampiri

“Mobilnya mogok, Nyonya ?”, tegurku dengan sikap ramah

“Eh, iya Nggak tahu ya kenapa, tiba-tiba saja mogok”, sahutnya sambil memandangiku penuh Curiga

“Boleh saya lihat ” ujarku meminta ijin nomor prediksi togel

“silakan kalau bisa ” Waktu di kampung aku sering bantu-bantu paman yang buka bengkel motor Terkadang ada juga mobil yang minta diperbaiki Tapi namanya di kampung, jarang orang yang punya motor Apa lagi mobil Makanya usaha paman tidak pernah bisa maju Hanya cukup untuk makan sehari-hari saja

Seperti seorang ahli mesin saja, aku coba melihat-lihat dan memeriksa segala kemungkinan yang membuat mesin mobil ini tidak mau hidup Dan entah mendapat pertolongan dari mana, aku menemukan juga penyakitnya Setelah aku perbaiki, mobil itu akhirnya bisa hidup kembali

Tentu saja wanita pemilik mobil ini jadi senang Padahal semula dia sudah putus asa Dia membuka tasnya dan mengeluarkan uang lembaran dua puluh ribu Langsung disodorkan padaku Tapi aku tersenyum dan menggelengkan kepala

“Kenapa? Kurang ?”, tanyanya
“Tidak, Nyonya Terima kasih”, ucapku menolak halus
“Kalau kurang, nanti saya tambah”, katanya lagi

“Terima kasih Nyonya Saya cuma menolong saja Saya tidak mengharapkan imbalan”, kataku tetap menolak

Padahal uang itu nilainya besar sekali bagiku Tapi aku malah menolaknya Wanita yang kuperkirakan berusia sekitar tiga puluh delapan tahun itu memandangiku dengan kening berkerut Seakan dia tidak percaya kalau di kota yang super sibuk dengan orang-orangnya yang selalu mementingkan diri sendiri, tanpa peduli dengan lingkungan sekitarnya, ternyata masih ada juga orang yang dengan tanpa pamrih mau menolong dan membantu sesamanya

“Maaf, kelihatannya kamu dari kampung ?” ujarnya bernada bertanya ingin memastikan
“Iya, Nyonya Baru seminggu saya datang dari kampung”, sahutku polos
“Terus, tujuannya mau kemana?” tanyanya lagi
“Cari kerja”, sahutku tetap polos

“Punya ijazah apa?” “Cuma SMP ” “Wah, sulit kalau cuma SMP Sarjana saja banyak yang jadi pengangguran kok Tapi kalau kamu benar-benar mau kerja, kamu bisa kerja dirumahku”, katanya langsung menawarkan

“Kerja apa, Nyonya ?” tanyaku langsung semangat

“Apa saja Kebetulan aku perlu pembantu laki-laki Tapi aku perlu yang bisa setir mobil Kamu bisa setir mobil apa Kalau memang bisa, kebetulan sekali”, sahutnya

Sesaat aku jadi tertegun Sungguh aku tidak menyangka sama sekali Ternyata ijasah yang kubawa dan kampung hanya bisa dipakai untuk jadi pembantu Tapi aku memang membutuhkan pekerjaan saat ini Daripada jadi gelandangan, tanpa berpikir panjang lagi, aku langsung menerima pekerjaan yang ditawarkan wanita itu saat itu juga, detik itu juga aku ikut bersama wanita ini ke rumahnya Ternyata rumahnya besar dan megah sekali Bagian dalamnyapun terisi segala macam perabotan yang serba mewah dan lux

Aku sampai terkagum-kagum, seakan memasuki sebuah istana Aku merasa seolah-olah sedang bermimpi Aku diberi sebuah kamar, lengkap dengan tempat tidur, lemari pakaian dan meja serta satu kursi Letaknya bersebelahan dengan dapur

Ada empat kamar yang berjajar Dan semuanya sudah terisi oleh pembantu yang bekerja di rumah ini Bahkan tiga orang pembantu wanita, menempati satu kamar Aku hitung, semua yang bekerja di rumah ini ada tujuh orang Kalau ditambah denganku, berarti ada delapan orang

Tapi memang pantas mengurus rumah sebesar ini, tidak mungkin bisa dikerjakan oleh satu orang Apalagi setelah beberapa hari aku bekerja di rumah ini aku sudah bisa mengetahui kalau majikanku, Nyonya Wulandari selalu sibuk dan jarang berada di rumah Juga suaminya yang lebih sering berada di luar kota atau ke luar negeri

Sedangkan kedua anaknya sekarang ini sekolah di luar negeri Aku jadi heran sendiri Entah bagaimana cara mereka mencari uang, hingga bisa kaya raya seperti ini Tapi memang nasib, rejeki, maut dan jodoh berada di tangan Tuhan Begitu juga yang terjadi denganku

Dari jadi pembantu yang tugasnya membersihkan rumah dan merawat tanaman, aku diangkat jadi sopir pribadi Nyonya majikan Bukan hanya jadi sopir, tapi juga sekaligus jadi pengawalnya Kemana saja Nyonya Majikan pergi, aku selalu berada di sampingnya Karena aku harus selalu mendampinginya, tentu saja Nyonya membelikan aku beberapa potong pakaian yang pantas

Terus terang, pada dasarnya memang aku tampan dan memiliki tubuhnya yang tegap, atletis dan berotot Makanya Nyonya jadi kesengsem begitu melihat penampilanku, setelah tiga bulan lamanya bekerja jadi sopir dan pengawal pribadinya Aku bisa berkata begitu karena bukan cuma jadi sopir dan pengawal saja

Tapi juga jadi pendampingnya di ranjang dan menjadi penghangat tubuhnya Mengisi kegersangan dan kesunyian hatinya yang selalu ditinggal suami Dan aku juga menempati kamar lain yang jauh lebih besar dan lebih bagus Tidak lagi menempati kamar yang khusus untuk pembantu

Semua bisa terjadi ketika malam itu aku baru saja mengantar Nyonya pergi berbelanja Setelah memasukkan mobil ke dalam garasi, aku langsung dipanggil untuk menemuinya Semula aku ragu dan hampir tidak percaya, karena langsung disuruh masuk ke dalam kamarnya Tapi memang Nyonya memintaku untuk masuk ke dalam kamarnya

Dia menyuruhku untuk menutup pintu, setelah aku berada di dalam kamar yang besar dan mewah itu Aku tertegun, apa lagi saat melihat Nyonya Majikanku itu hanya mengenakan pakaian tidur yang sangat tipis sekali, sehingga setiap lekuk bentuk tubuhnya membayang begitu jelas sekali

Dan di balik pakaiannya yang tipis itu, dia tidak mengenakan apa-apa lagi Beberapa kali aku menelan ludah sendiri memandang keindahan tubuhnya Sekujur tubukku mendadak saja jadi menggeletar seperti terserang demam, ketika dia menghampiri dan langsung melingkarkan kedua tangannya ke leherku

“Nyonya”

“Malam ini kau tidur di sini bersamaku ”

“Eh, oh ?!” Belum lagi aku bisa mengeluarkan kata-kata lebih banyak, Nyonya Wulandari sudah menyumpal mulutku dengan pagutan bibirnya yang indah dan hangat menggairahkan

Tentu saja aku jadi gelagapan, kaget setengah mati Dadaku berdebar menggemuruh tidak menentu Bcrbagai macam perasaan herkecamuk di dalam dada Ragu-ragu aku memegang pinggangnya Nyonya Wulandari membawaku ke pembaringannya yang besar dan empuk Dia melepaskan baju yang kukenakan, sebelum menanggalkan penutup tubuhnya sendiri Dan membiarkannya tergeletak di lantai Mataku seketika jadi nanar dan berkunang-kunang

Meskipun usia Nyonya Wulandari sudah hampir berkepala empat, tapi memang dia merawat kecantikan dan tubuhnya dengan baik Sehigga tubuhnya tetap ramping, padat dan berisi Tidak kalah dengan tubuh gadis-gadis remaja belasan tahun Bagaimanapun aku lelaki normal Aku tahu apa yang diinginkan Nyonya Wulandari Apa lagi aku tahu kalau sudah dua minggu ini suaminya berada di luar negeri Sudah barang tentu Nyonya Wulandari merasa kesepian

“Oh, ah ”

Nyonya Wulandari mendesis dan menggeliat saat ujung lidahku yang basah kian hangat mulai bermain dan menggelitik bagian ujung atas dadanya yang membusung dan agak kemerahan Jari-jari tangankupun tidak bisa diam Membelai dan meremas dadanya yang padat dan kenyal dengan penuh gairah yang membara

Bahkan jari-jari tanganku mulai menelusuri setiap bagian tubuhnya yang membangkitkan gairah Aku melihat Nyonya Wulandari dan sudah tidak kuasa lagi menekan gairahnya Sesekali dia merintih dengan suara tertahan sambil mendesak-desakkan tubuhnya Mengajakku untuk segera mendaki hingga ke puncak kenikmatan yang tertinggi

Tapi aku belum ingin membawanya terbang ke surga dunia yang bergelimang kehangatan dan kenikmatan itu Aku ingin merasakan dan menikmati dulu keindahan tubuhnya dan kehalusan kulitnya yang putih bagai kapas ini

“Aduh, oh Ahh , Cepetan dong, aku sudah nggak tahan nih ”, desah nafsu seks Nyonya Wulandari dengan suara rintihannya yang tertahan

Nyonya Wulandari menjepit pinggangku dengan sepasang pahanya yang putih dan mulus Tapi aku sudah tidak bisa lagi merasakan kehalusan kulit pahanya itu Karena sudah basah oleh keringat Nyonya majikanku itu benar-benar sudah tidak mampu lebih lama lagi bertahan

Dia memaksaku untuk cepat-cepat membawanya mendaki hingga ke puncak kenikmatan Aku mengangkat tubuhku dengan bertumpu pada kedua tangan Perlahan namun pasti aku mulai menekan pinggulku ke bawah Saat itu kedua mata Nyonya Wulandari terpejam

Dan dan bibirnya yang selalu memerah dengan bentuk yang indah dan menawan, mengeluarkan suara desisan panjang, saat merasakan bagian kebanggaan tubuhku kini sudah sangat keras dan berdenyut hangat mulai menyentuh dan menekan, mendobrak benteng pertahanannya yang terakhir Akhirnya batang penisku menembus masuk sampai ke tempat yang paling dalam divaginanya

“Okh, aah !” Nyonya Wulandari melipat kedua kakinya di belakang pinggangku

Dan terus menekan pinggulku dengan kakinya hingga batang kebanggaanku melesak masuk dan terbenam ke dalam telaga hangat yang menjanjikan berjuta-juta kenikmnatan itu Perlahan namun pasti aku mulai membuat gerakan-gerakan yang mengakibatkan Nyonya Wulandari mulai tersentak dalam pendakiannya menuju puncak kenikmatan yang tertinggi Memang pada mulanya gerakan-gerakan tubuhku cukup lembut dan teratur Namun tidak sampai pada hitungan menit, gerakan-gerakan tubuhku mulai liar dan tidak terkendali lagi.

Beberapa kali Nyonya Wulandari memekik dan mengejang tubuhnya Dia menggigiti dada serta bahuku Bahkan jari-jari kukunya yang tajam dan runcing mulai mengkoyak kulit punggungku Terasa perih, tapi juga sangat nikmat sekali

Bahkan Nyonya Wulandari menjilati tetesan darah yang ke luar dari luka di bahu dan dadaku, akibat gigitan giginya yang cukup kuat Dan dia jadi semakin liar, hingga pada akhirnya wanita itu memekik cukup keras dan tertahan dengan sekujur tubuh mengejang saat mencapai pada titik puncak kenikrnatan yang tertinggi Dan pada saat yang hampir bersamaan, sekujur tubuhku juga menegang Dan bibirku keluar suara rintihan kecil

Hanya beberapa detik kemudian aku sudah menggelimpang ke samping, sambil menghembuskan napas panjang Nyonya Wulandari langsung memeluk dan merebahkan kepalanya di dadaku yang basah berkeringat Aku memeluk punggungnya yang terbuka, dan merasakan kehalusan kulit punggungnya yang basah berkeringat

Nyonya Wulandari menarik selimut, menutupi tubuh kami berdua Aku sempat memberinya sebuali kecupan kecil dibibirnya, sebelum memejamkan mata Membayangkan semua yang baru saja terjadi hingga terbawa ke dalam mimpi yang indah Sejak malam itu aku kerap kali dipanggil ke dalam kamarnya untuk melayani nafsu seks nya

Dan kalau sudah begitu, menjelang pagi aku baru keluar dari sana dengan tubuh letih Semula aku memang merasa beruntung bisa menikmati keindahan dan kehangatan tubuh Nyonya Majikanku Tapi lama-kelamaan, aku mulai dihinggapi perasaan takut

Betapa tidak, ternyata Nyonya Wulandari tidak pernah puas akan nafsu seks nya kalau hanya satu atau dua kali bertempur dalam semalam Aku baru menyadari kalau ternyata Nyonya Majikanku itu seorang maniak, yang tidak pernah puas dalam bercinta di atas ranjang Bukan hanya malam saja Pagi, siang sore dan kapan saja kalau dia menginginkan, aku tidak boleh menolak

Tidak hanya di rumah, tapi juga di hotel atau tempat-tempat lain yang memungkinkan untuk bercinta, memuaskan nafsu seks nya dan mencapai kenikmatan di atas ranjang Aku sudah mulai kewalahan menghadapinya Tapi Nyonya Wulandari selalu memberiku obat perangsang, kalau aku sudah mulai tidak mampu lagi melayani keinginan nafsu seks nya yang selalu berkobar-kobar itu

Aku tetap jadi supir dan pengawal pribadinya Tapi juga jadi kekasihnya di atas ranjang Mungkin karena aku sudah mulai loyo, Nyonya Wulandari membawaku ke sebuah club kesegaran Orang-orang bilang fitness centre Di sana aku dilatih dengan berbagai macam alat agar tubuhku tetap segar, kekar dan berotot

Dua kali dalam seminggu, aku selalu datang ke club itu Memang tidak kecil biayanya Tapi aku tidak pernah memikirkan biayanya Karena ditanggung oleh Nyonya Wulandari Dan di rumah, menu makanankupun tidak sama dengan pembantu yang lainnya

Nyonya Wulandari sudah memberikan perintah pada juru masaknya agar memberikan menu makanan untukku yang bergizi Bahkan dia memberikan daftar makanan khusus untukku Terus terang, aku merasa tidak enak karena diperlakukan istimewa

Tapi tampaknya semua pembantu di rumah ini sudah tidak asing lagi Bahkan dari Bi Minah, yang tugasnya memasak itu aku baru tahu kalau bukan hanya aku yang sudah menjadi korban kebuasan nafsu seks Nyonya Wulandari Tapi sudah beberapa orang pemuda seusiaku yang jadi korban

Dan mereka rata-rata melarikan diri, karena tidak tahan dengan perlakuan Nyonya Wulandari Aku memang sudah tidak bisa lagi menikmati indahnya permainan di atas ranjang itu Apa lagi Nyonya Wulandari sudah mulai menggunakan cara-cara yang mengerikan, Untuk memuaskan keinginan dan hasrat biologisnya yang luar biasa dan bisa dikatakan liar

Aku pernah diikat, dicambuk dan di dera hingga kulit tubuhku terkoyak Tapi Nyonya Wulandari malah mendapat kepuasan Wanita ini benar-benar seorang maniak Dan aku semakin tidak tahan dengan perlakuannya yang semakin liar dan brutal .

Meskipun kondisi tubuhku dijaga, dan menu makanankupun terjamin gizinya, tapi batinku semakin tersiksa Beberapa orang pembantu sudah menyarankan agar aku pergi saja dan rumah ini Rumah yang besar dan megah penuh kemewahan ini ternyata hanya sebuah neraka bagiku

Aku memang ingin lari, tapi belum punya kesempatan Tapi rupanya Tuhan mengabulkan keinginanku itu Kebetulan sekali malam itu suami Nyonya Wulandari datang Aku sendiri yang menjemputnya di bandara Dan tentu tidak sendiri saja, tapi bersama Nyonya Wulandari Di dalam perjalanan aku tahu kalau suami Nyonya Majikanku itu hanya semalam saja Besok pagi dia sudah harus kembali ke Tokyo

Dari kaca spion aku melihat tidak ada gurat kekecewaan di wajah Nyonya Wulandari Padahal sudah hampir sebulan suaminya pergi Dan kini pulang juga hanya semalam saja Nyonya Wulandari malah tersenyum dan mencium pipi suaminya yang kendur dan berkeriput Setelah memasukkan mobil ke dalam garasi, aku bergegas ke kamar

Kesempatan bagiku untuk kabur dan rumah neraka ini Karena Nyonya Wulandari sedang sibuk dengan suaminya Aku langsung mengemasi pakaian dan apa saja milikku yang bisa termuat ke dalam tas ransel Saat melihat buku tabungan, aku tersenyum sendiri

Sejak bekerja di rumahi ini dan menjadi sapi perahan untuk pemuas nafsu seks Nyonya Majikan, tabunganku di bank sudah banyak juga Karena Nyonya Wulandan memang tidak segan-segan memberiku uang dalam jumlah yang tidak sedikit

Dan tidak sepeserpun uang yang diberikannya itu aku gunakan Semuanya aku simpan di bank Aku masukan buku tabungan itu ke dalam tas ransel, diantara tumpukan pakaian Tidak ada yang tahu kalau aku punya cukup banyak simpanan di bank Bahkan Nyonya Wulandari sendiri tidak tahu

Karena rencananya memang mau kabur, aku tidak perlu lagi berpamitan Bahkan aku ke luar lewat jendela Malam itu aku berhasil melarikan diri dari rumah Nyonya Wulandari Terbebas dari siksaan batin, akibat terus menerus dipaksa dan didera untuk memuaskan nafsu seks birahinya yang liar dan brutal

Tapi ketika aku lewat di depan garasi, ayunan langkah kakiku terhenti Kulihat Bi Minah ada di sana, seperti sengaja menunggu Dadaku jadi berdebar kencang dan menggemuruh Aku melangkah menghampiri Dan Wanita bertubuh gemuk itu mengembangkan senyumnya

“Jangan datang lagi ke sini Cepat pergi, nanti Nyonya keburu tahu ”, kata Bi Minah sambil menepuk pundakku

“Terima kasih, Bi”, ucapku Bi Minah kembali tersenyum

Tanpa membuang-buang waktu lagi, aku bergegas meniggalkan rumah itu Aku langsung mencegat taksi yang kebetulan lewat, dan meminta untuk membawaku ke sebuah hotel Untuk pertama kali, malam itu aku bisa tidur nyenyak di dalam kamar sebuah hotel Dan keesokan harinya, setelah mengambil semua uangku yang ada di bank, aku langsung ke stasiun kereta

Aku memang sudah bertekad untuk kembali ke desa, dan tidak ingin datang lagi ke Jakarta Dari hasil tabunganku selama bekerja dan menjadi pemuas nafsu seks Nyonya Wulandari, aku bisa membuka usaha di desa Bakkan kini aku sudah punya istri yang cantik dan seorang anak yang lucu

Aku selalu berharap, apa yang terjadi pada diriku jangan sampai terjadi pada orang lain. Kemewahan memang tidak selamanya bisa dinikmati dengan nafsu seks. Justru kemewahan bisa menghancurkan diri jika tidak mampu mengendalikannya.

Tamat
Read More

Mauku Ajak Bercinta?

Jakarta yang panas membuatku kegerahan di atas angkot. Kantorku tidak lama lagi kelihatan di kelokan depan, kurang lebih 100 meter lagi. Tetapi aku masih betah di atas mobil ini. Angin menerobos dari jendela. Masih ada waktu bebas dua jam. Kerjaan hari ini sudah kugarap semalam.

Daripada suntuk diam di rumah, tadi malam aku menyelesaikan kerjaan yang masih menumpuk. Kerjaan yang menumpuk sama merangsangnya dengan seorang wanita dewasa yang keringatan di lehernya, yang aroma tubuhnya tercium. Aroma asli seorang wanita. Baunya memang agak lain, tetapi mampu membuat seorang bujang menerawang hingga jauh ke alam yang belum pernah ia rasakan.

“Dik.., jangan dibuka lebar. Saya bisa masuk angin.” kata seorang wanita setengah baya di depanku pelan.

Aku tersentak. Masih melongo.

“Itu jendelanya dirapetin dikit..,” katanya lagi.
“Ini..?” kataku.
“Ya itu.”

Ya ampun, aku membayangkan suara itu berbisik di telingaku di atas ranjang yang putih. Keringatnya meleleh seperti yang kulihat sekarang. Napasnya tersengal. Seperti kulihat ketika ia baru naik tadi, setelah mengejar angkot ini sekadar untuk dapat secuil tempat duduk.

“Terima kasih,” ujarnya ringan.

Aku sebetulnya ingin ada sesuatu yang bisa diomongkan lagi, sehingga tidak perlu curi-curi pandang melirik lehernya, dadanya yang terbuka cukup lebar sehingga terlihat garis bukitnya.

“Saya juga tidak suka angin kencang-kencang. Tapi saya gerah.” meloncat begitu saja kata-kata itu.

Aku belum pernah berani bicara begini, di angkot dengan seorang wanita, separuh baya lagi. Kalau kini aku berani pasti karena dadanya terbuka, pasti karena peluhnya yang membasahi leher, pasti karena aku terlalu terbuai lamunan. Ia malah melengos. Sial. Lalu asyik membuka tabloid. Sial. Aku tidak dapat lagi memandanginya.

Kantorku sudah terlewat. Aku masih di atas angkot. Perempuan paruh baya itu pun masih duduk di depanku. Masih menutupi diri dengan tabloid. Tidak lama wanita itu mengetuk langit-langit mobil. Sopir menepikan kendaraan persis di depan sebuah salon. Aku perhatikan ia sejak bangkit hingga turun.

Mobil bergerak pelan, aku masih melihat ke arahnya, untuk memastikan ke mana arah wanita yang berkeringat di lehernya itu. Ia tersenyum. Menantang dengan mata genit sambil mendekati pintu salon. Ia kerja di sana? Atau mau gunting? Creambath? Atau apalah? Matanya dikerlingkan, bersamaan masuknya mobil lain di belakang angkot. Sial. Dadaku tiba-tiba berdegup-degup.

“Bang, Bang kiri Bang..!”

Semua penumpang menoleh ke arahku. Apakah suaraku mengganggu ketenangan mereka?

“Pelan-pelan suaranya kan bisa Dek,” sang supir menggerutu sambil memberikan kembalian.

Aku membalik arah lalu berjalan cepat, penuh semangat. Satu dua, satu dua. Yes.., akhirnya. Namun, tiba-tiba keberanianku hilang. Apa katanya nanti? Apa yang aku harus bilang, lho tadi kedip-kedipin mata, maksudnya apa? Mendadak jari tanganku dingin semua. Wajahku merah padam. Lho, salon kan tempat umum. Semua orang bebas masuk asal punya uang. Bodoh amat. Come on lets go! Langkahku semangat lagi. Pintu salon kubuka.

“Selamat siang Mas,” kata seorang penjaga salon, “Potong, creambath, facial atau massage (pijit)..?”

“Massage, boleh.” ujarku sekenanya.

Aku dibimbing ke sebuah ruangan. Ada sekat-sekat, tidak tertutup sepenuhnya. Tetapi sejak tadi aku tidak melihat wanita yang lehernya berkeringat yang tadi mengerlingkan mata ke arahku. Ke mana ia? Atau jangan-jangan ia tidak masuk ke salon ini, hanya pura-pura masuk. Ah. Shit! Aku tertipu.

Tapi tidak apa-apa toh tipuan ini membimbingku ke ‘alam’ lain. Dulu aku paling anti masuk salon. Kalau potong rambut ya masuk ke tukang pangkas di pasar. Ah.., wanita yang lehernya berkeringat itu begitu besar mengubah keberanianku.

“Buka bajunya, celananya juga,” ujar wanita tadi manja menggoda, “Nih pake celana ini..!”

Aku disodorkan celana pantai tapi lebih pendek lagi. Bahannya tipis, tapi baunya harum. Garis setrikaannya masih terlihat. Aku menurut saja. Membuka celanaku dan bajuku lalu gantung di kapstok. Ada dipan kecil panjangnya dua meter, lebarnya hanya muat tubuhku dan lebih sedikit. Wanita muda itu sudah keluar sejak melempar celana pijit. Aku tiduran sambil baca majalah yang tergeletak di rak samping tempat tidur kecil itu. Sekenanya saja kubuka halaman majalah.

“Tunggu ya..!” ujar wanita tadi dari jauh, lalu pergi ke balik ruangan ke meja depan ketika ia menerima kedatanganku.

“Mbak Wien.., udah ada pasien tuh,” ujarnya dari ruang sebelah. Aku jelas mendengarnya dari sini.

Kembali ruangan sepi. Hanya suara kebetan majalah yang kubuka cepat yang terdengar selebihnya musik lembut yang mengalun dari speaker yang ditanam di langit-langit ruangan. Langkah sepatu hak tinggi terdengar, pletak-pletok-pletok. Makin lama makin jelas. Dadaku mulai berdegup lagi. Wajahku mulai panas. Jari tangan mulai dingin. Aku makin membenamkan wajah di atas tulisan majalah.

“Halo..!” suara itu mengagetkanku. Hah..? Suara itu lagi. Suara yang kukenal, itu kan suara yang meminta aku menutup kaca angkot. Dadaku berguncang. Haruskah kujawab sapaan itu? Oh.., aku hanya dapat menunduk, melihat kakinya yang bergerak ke sana ke mari di ruangan sempit itu. Betisnya mulus ditumbuhi bulu-bulu halus. Aku masih ingat sepatunya tadi di angkot. Hitam. Aku tidak ingat motifnya, hanya ingat warnanya.

“Mau dipijat atau mau baca,” ujarnya ramah mengambil majalah dari hadapanku, “Ayo tengkurep..!”

Tangannya mulai mengoleskan cream ke atas punggungku. Aku tersetrum. Tangannya halus. Dingin. Aku kegelian menikmati tangannya yang menari di atas kulit punggung. Lalu pijitan turun ke bawah. Ia menurunkan sedikit tali kolor sehingga pinggulku tersentuh.

Ia menekan-nekan agak kuat. Aku meringis menahan sensasasi yang waow..! Kini ia pindah ke paha, agak berani ia masuk sedikit ke selangkangan. Aku meringis merasai sentuhan kulit jarinya. Tapi belum begitu lama ia pindah ke betis.

“Balik badannya..!” pintanya.

Aku membalikkan badanku. Lalu ia mengolesi dadaku dengan cream. Pijitan turun ke perut. Aku tidak berani menatap wajahnya. Aku memandang ke arah lain mengindari adu tatap. Ia tidak bercerita apa-apa. Aku pun segan memulai cerita. Dipijat seperti ini lebih nikmat diam meresapi remasan, sentuhan kulitnya.

Bagiku itu sudah jauh lebih nikmat daripada bercerita. Dari perut turun ke paha. Ah.., selangkanganku disentuh lagi, diremas, lalu ia menjamah betisku, dan selesai. Ia berlalu ke ruangan sebelah setelah membereskan cream. Aku hanya ditinggali handuk kecil hangat. Kuusap sisa cream. Dan kubuka celana pantai. Astaga. Ada cairan putih di celana dalamku.

Di kantor, aku masih terbayang-bayang wanita setengah baya yang di lehernya ada keringat. Masih terasa tangannya di punggung, dada, perut, paha. Aku tidak tahan. Esoknya, dari rumah kuitung-itung waktu. Agar kejadian kemarin terulang. Jam berapa aku berangkat.

Jam berapa harus sampai di Ciledug, jam berapa harus naik angkot yang penuh gelora itu. Ah sial. Aku terlambat setengah jam. Padahal, wajah wanita setengah baya yang di lehernya ada keringat sudah terbayang. Ini gara-gara ibuku menyuruh pergi ke rumah Tante Wanti. Bayar arisan. Tidak apalah hari ini tidak ketemu. Toh masih ada hari esok.

Aku bergegas naik angkot yang melintas. Toh, si setengah baya itu pasti sudah lebih dulu tiba di salonnya. Aku duduk di belakang, tempat favorit. Jendela kubuka. Mobil melaju. Angin menerobos kencang hingga seseorang yang membaca tabloid menutupi wajahnya terganggu.

“Mas Tut..” hah..? suara itu lagi, suara wanita setengah baya yang kali ini karena mendung tidak lagi ada keringat di lehernya. Ia tidak melanjutkan kalimatnya.

Aku tersenyum. Ia tidak membalas tapi lebih ramah. Tidak pasang wajah perangnya.

“Kayak kemarinlah..,” ujarnya sambil mengangkat tabloid menutupi wajahnya.

Begitu kebetulankah ini? Keberuntungankah? Atau kesialan, karena ia masih mengangkat tabloid menutupi wajah? Aku kira aku sudah terlambat untuk bisa satu angkot dengannya. Atau jangan-jangan ia juga disuruh ibunya bayar arisan. Aku menyesal mengutuk ibu ketika pergi. Paling tidak ada untungnya juga ibu menyuruh bayar arisan.

“Mbak Wien..,” gumamku dalam hati.

Perlu tidak ya kutegur? Lalu ngomong apa? Lha wong Mbak Wien menutupi wajahnya begitu. Itu artinya ia tidak mau diganggu. Mbak Wien sudah turun. Aku masih termangu. Turun tidak, turun tidak, aku hitung kancing. Dari atas: Turun. Ke bawah: Tidak. Ke bawah lagi: Turun. Ke bawah lagi: Tidak. Ke bawah lagi: Turun. Ke bawah lagi: Tidak. Ke bawah lagi: Hah habis kancingku habis. Mengapa kancing baju cuma tujuh?

Hah, aku ada ide: toh masih ada kancing di bagian lengan, kalau belum cukup kancing Bapak-bapak di sebelahku juga bisa. Begini saja daripada repot-repot. Anggap saja tiap-tiap baju sama dengan jumlah kancing bajuku: Tujuh. Sekarang hitung penumpang angkot dan supir. Penumpang lima lalu supir, jadi enam kali tujuh, 42 hore aku turun. Tapi eh.., seorang penumpang pakai kaos oblong, mati aku. Ah masa bodo. Pokoknya turun.

“Kiri Bang..!”

Aku lalu menuju salon. Alamak.., jauhnya. Aku lupa kelamaan menghitung kancing. Ya tidak apa-apa, hitung-hitung olahraga. Hap. Hap.

“Mau pijit lagi..?” ujar suara wanita muda yang kemarin menuntunku menuju ruang pijat.
“Ya.”

Lalu aku menuju ruang yang kemarin. Sekarang sudah lebih lancar. Aku tahu di mana ruangannya. Tidak perlu diantar. Wanita muda itu mengikuti di belakang. Kemudian menyerahkan celana pantai.

“Mbak Wien, pasien menunggu,” katanya.

Majalah lagi, ah tidak aku harus bicara padanya. Bicara apa? Ah apa saja. Masak tidak ada yang bisa dibicarakan. Suara pletak-pletok mendekat.

“Ayo tengkurap..!” kata wanita setengah baya itu.

Aku tengkurap. Ia memulai pijitan. Kali ini lebih bertenaga dan aku memang benar-benar pegal, sehingga terbuai pijitannya.

“Telentang..!” katanya.

Kuputuskan untuk berani menatap wajahnya. Paling tidak aku dapat melihat leher yang basah keringat karena kepayahan memijat. Ia cukup lama bermain-main di perut. Sesekali tangannya nakal menelusup ke bagian tepi celana dalam. Tapi belum tersentuh kepala juniorku. Sekali. Kedua kali ia memasukkan jari tangannya. Ia menyenggol kepala juniorku. Ia masih dingin tanpa ekspresi. Lalu pindah ke pangkal paha. Ah mengapa begitu cepat.

Jarinya mengelus tiap mili pahaku. Si Junior sudah mengeras. Betul-betul keras. Aku masih penasaran, ia seperti tanpa ekspresi. Tetapi eh.., diam-diam ia mencuri pandang ke arah juniorku. Lama sekali ia memijati pangkal pahaku.

Seakan sengaja memainkan Si Junior. Ketika Si Junior melemah ia seperti tahu bagaimana menghidupkannya, memijat tepat di bagian pangkal paha. Lalu ia memijat lutut. Si Junior melemah. Lalu ia kembali memijat pangkal pahaku. Ah sialan. Aku dipermainkan seperti anak bayi.

Selesai dipijat ia tidak meninggalkan aku. Tapi mengelap dengan handuk hangat sisa-sisa cream pijit yang masih menempel di tubuhku. Aku duduk di tepi dipan. Ia membersihkan punggungku dengan handuk hangat. Ketika menjangkau pantatku ia agak mendekat.

Bau tubuhnya tercium. Bau tubuh wanita setengah baya yang yang meleleh oleh keringat. Aku pertegas bahwa aku mengendus kuat-kuat aroma itu. Ia tersenyum ramah. Eh bisa juga wanita setengah baya ini ramah kepadaku.

Lalu ia membersihkan pahaku sebelah kiri, ke pangkal paha. Junior berdenyut-denyut. Sengaja kuperlihatkan agar ia dapat melihatnya. Di balik kain tipis, celana pantai ini ia sebetulnya bisa melihat arah turun naik Si Junior. Kini pindah ke paha sebelah kanan.

Ia tepat berada di tengah-tengah. Aku tidak menjepit tubuhnya. Tapi kakiku saja yang seperti memagari tubuhnya. Aku membayangkan dapat menjepitnya di sini. Tetapi, bayangan itu terganggu. Terganggu wanita muda yang di ruang sebelah yang kadang-kadang tanpa tujuan jelas bolak-balik ke ruang pijat.

Dari jarak yang begitu dekat ini, aku jelas melihat wajahnya. Tidak terlalu ayu. Hidungnya tidak mancung tetapi juga tidak pesek. Bibirnya sedang tidak terlalu sensual. Nafasnya tercium hidungku. Ah segar. Payudara itu dari jarak yang cukup dekat jelas membayang.

Cukuplah kalau tanganku menyergapnya. Ia terus mengelap pahaku. Dari jarak yang dekat ini hawa panas tubuhnya terasa. Tapi ia dingin sekali. Membuatku tidak berani. Ciut. Si Junior tiba-tiba juga ikut-ikutan ciut. Tetapi, aku harus berani. Toh ia sudah seperti pasrah berada di dekapan kakiku.

Aku harus, harus, harus..! Apakah perlu menhitung kancing. Aku tidak berpakaian kini. Lagi pula percuma, tadi saja di angkot aku kalah lawan kancing. Aku harus memulai. Lihatlah, masak ia begitu berani tadi menyentuh kepala Junior saat memijat perut. Ah, kini ia malah berlutut seperti menunggu satu kata saja dariku. Ia berlutut mengelap paha bagian belakang.

Kaki kusandarkan di tembok yang membuat ia bebas berlama-lama membersihkan bagian belakang pahaku. Mulutnya persis di depan Junior hanya beberapa jari. Inilah kesempatan itu. Kesempatan tidak akan datang dua kali. Ayo. Tunggu apa lagi. Ayo cepat ia hampir selesai membersihkan belakang paha. Ayo..!

Aku masih diam saja. Sampai ia selesai mengelap bagian belakang pahaku dan berdiri. Ah bodoh. Benarkan kesempatan itu lewat. Ia sudah membereskan peralatan pijat. Tapi sebelum berlalu masih sempat melihatku sekilas. Betulkan, ia tidak akan datang begitu saja.

Badannya berbalik lalu melangkah. Pletak, pletok, sepatunya berbunyi memecah sunyi. Makin lama suara sepatu itu seperti mengutukku bukan berbunyi pletak pelok lagi, tapi bodoh, bodoh, bodoh sampai suara itu hilang.

Aku hanya mendengus. Membuang napas. Sudahlah. Masih ada esok. Tetapi tidak lama, suara pletak-pletok terdengar semakin nyaring. Dari iramanya bukan sedang berjalan. Tetapi berlari. Bodoh, bodoh, bodoh. Eh.., kesempatan, kesempatan, kesempatan. Aku masih mematung. Duduk di tepi dipan. Kaki disandarkan di dinding. Ia tersenyum melihatku.

“Maaf Mas, sapu tangan saya ketinggalan,” katanya.

Ia mencari-cari. Di mana? Aku masih mematung. Kulihat di bawahku ada kain, ya seperti saputangan.

“Itu kali Mbak,” kataku datar dan tanpa tekanan.

Ia berjongkok persis di depanku, seperti ketika ia membersihkan paha bagian bawah. Ini kesempatan kedua. Tidak akan hadir kesempatan ketiga. Lihatlah ia tadi begitu teliti membenahi semua perlatannya. Apalagi yang dapat tertinggal? Mungkin sapu tangan ini saja suatu kealpaan. Ya, seseorang toh dapat saja lupa pada sesuatu, juga pada sapu tangan. Karena itulah, tidak akan hadir kesempatan ketiga. Ayo..!

“Mbak.., pahaku masih sakit nih..!” kataku memelas, ya sebagai alasan juga mengapa aku masih bertahan duduk di tepi dipan.

Ia berjongkok mengambil sapu tangan. Lalu memegang pahaku, “Yang mana..?”

Yes..! Aku berhasil. “Ini..,” kutunjuk pangkal pahaku.

“Besok saja Sayang..!” ujarnya.

Ia hanya mengelus tanpa tenaga. Tapi ia masih berjongkok di bawahku.

“Yang ini atau yang itu..?” katanya menggoda, menunjuk Juniorku.

Darahku mendesir. Juniorku tegang seperti mainan anak-anak yang dituip melembung. Keras sekali.

“Jangan cuma ditunjuk dong, dipegang boleh.”

Ia berdiri. Lalu menyentuh Junior dengan sisi luar jari tangannya. Yes. Aku bisa dapatkan ia, wanita setengah baya yang meleleh keringatnya di angkot karena kepanasan. Ia menyentuhnya. Kali ini dengan telapak tangan. Tapi masih terhalang kain celana. Hangatnya, biar begitu, tetap terasa. Aku menggelepar.

“Sst..! Jangan di sini..!” katanya.

Kini ia tidak malu-malu lagi menyelinapkan jemarinya ke dalam celana dalamku. Lalu dikocok-kocok sebentar. Aku memegang teteknya. Bibirku melumat bibirnya.

“Jangan di sini Sayang..!” katanya manja lalu melepaskan sergapanku.
“Masih sepi ini..!” kataku makin berani.

Kemudian aku merangkulnya lagi, menyiuminya lagi. Ia menikmati, tangannya mengocok Junior.

“Besar ya..?” ujarnya.

Aku makin bersemangat, makin membara, makin terbakar. Wanita setengah baya itu merenggangkan bibirnya, ia terengah-engah, ia menikmati dengan mata terpejam.

“Mbak Wien telepon..,” suara wanita muda dari ruang sebelah menyalak, seperti bel dalam pertarungan tinju.

Mbak Wien merapihkan pakaiannya lalu pergi menjawab telepon.

“Ngapaian sih di situ..?” katanya lagi seperti iri pada Wien.

Aku mengambil pakaianku. Baru saja aku memasang ikat pinggang, Wien menghampiriku sambil berkata, “Telepon aku ya..!”

Ia menyerahkan nomor telepon di atas kertas putih yang disobek sekenanya. Pasti terburu-buru. Aku langsung memasukkan ke saku baju tanpa mencermati nomor-nomornya. Nampak ada perubahan besar pada Wien. Ia tidak lagi dingin dan ketus. Kalau saja, tidak keburu wanita yang menjaga telepon datang, ia sudah melumat Si Junior.

Lihat saja ia sudah separuh berlutut mengarah pada Junior. Untung ada tissue yang tercecer, sehingga ada alasan buat Wien. Ia mengambil tissue itu, sambil mendengar kabar gembira dari wanita yang menunggu telepon. Ia hanya menampakkan diri separuh badan.

“Mbak Wien.., aku mau makan dulu. Jagain sebentar ya..!”

Ya itulah kabar gembira, karena Wien lalu mengangguk.

Setelah mengunci salon, Wien kembali ke tempatku. Hari itu memang masih pagi, baru pukul 11.00 siang, belum ada yang datang, baru aku saja. Aku menanti dengan debaran jantung yang membuncah-buncah. Wien datang. Kami seperti tidak ingin membuang waktu, melepas pakaian masing-masing lalu memulai pergumulan.

Wien menjilatiku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Aku menikmati kelincahan lidah wanita setengah baya yang tahu di mana titik-titik yang harus dituju. Aku terpejam menahan air mani yang sudah di ujung. Bergantian Wien kini telentang.

“Pijit saya Mas..!” katanya melenguh.

Kujilati payudaranya, ia melenguh. Lalu vaginanya, basah sekali. Ia membuncah ketika aku melumat klitorisnya. Lalu mengangkang.

“Aku sudah tak tahan, ayo dong..!” ujarnya merajuk.

Saat kusorongkan Junior menuju vaginanya, ia melenguh lagi.

“Ah.. Sudah tiga tahun, benda ini tak kurasakan Sayang. Aku hanya main dengan tangan. Kadang-kadang ketimun. Jangan dimasukkan dulu Sayang, aku belum siap. Ya sekarang..!” pintanya penuh manja.

Tetapi mendadak bunyi telepon di ruang depan berdering. Kring..! Aku mengurungkan niatku. Kring..!

“Mbak Wien, telepon.” kataku.

Ia berjalan menuju ruang telepon di sebelah. Aku mengikutinya. Sambil menjawab telepon di kursi ia menunggingkan pantatnya.

“Ya sekarang Sayang..!” katanya.
“Halo..?” katanya sedikit terengah.
“Oh ya. Ya nggak apa-apa,” katanya menjawab telepon.
“Siapa Mbak..?” kataku sambil menancapkan Junior amblas seluruhnya.

“Si Nina, yang tadi. Dia mau pulang dulu ngeliat orang tuanya sakit katanya sih begitu,” kata Wien.

Setelah beberapa lama menyodoknya, “Terus dong Yang. Auhh aku mau keluar ah.., Yang tolloong..!” dia mendesah keras.

Lalu ia bangkit dan pergi secepatnya.

“Yang.., cepat-cepat berkemas. Sebentar lagi Mbak Mona yang punya salon ini datang, biasanya jam segini dia datang.”

Aku langsung beres-beres dan pulang dengan penuh kepuasan.

Tamat
Read More

Mbak Fanny Yang Kesepian

Aku adalah seorang karyawan disebuah perusahaan swasta di bandung. Bagian tempat aku berkerja hanya terdiri dari 8 orang, tapi walaupun orangnya sedikit, bagianku punya seorang sekretaris bagian yang khusus melayani administrasi bagianku. Sekretasi itu namanya Fanny, tapi aku biasanya manggil mbak fanny, soalnya memang dia lebih tua 1 tahun dari aku.

Mbak Fanny adalah seorang wanita yang sangat menarik, tubuhnya tinggi semampai, hampir setinggi aku, kulitnya putih bersih dengan bentuk body aduhai. Buah dadanya tidak terlalu besar, tapi kalu dilihat dari luar, aku yakin buah dada itu pasti bulat sempurna dan kenyal, karena aku sering melirik kearah payudaranya yang membusung menantang itu . Satu lagi yang aku suka dari mbak Fanny, rambut ikalnya. Entah mengapa aku lebih tertarik dengan wanita yang berambut ikal, apalagi ditambah bibir tipis mbak fanny yang sensual, membuat aku gak bosen-bosen memandang wanita seksi itu.

Mbak fanny sebenarnya sudah menikah dan memiliki anak 1, tapi sayang suami mbak Fanny, mas Budi adalah seorang pelaut di kapal pesiar eropa, jadi mbak Fanny sering ditinggal 6 sampai 8 bulan. Oh iya, aku kenal baik dengan mas budi, suaminya, karena beberapa kali saat mas Budi kembali ke indonesia mbak Fanny dan mas Budi mengajak aku jalan-jalan.

Cerita ini dimulai saat aku mau mengeprint laporan pekerjaan. Karena printer diletakkan di meja mbak fanny, maka aku berjalan menuju meja kerjanya. Tapi sebelum sampai ke mejanya, aku melihat mbak fanny serius sekali membaca sebuah web site di layar komputernya. Aku tertawa kecil dan kembali ke mejaku, aku gak mau mengganggu mbak fanny, karena aku hafal betul web site yang sedang dibaca mbak Fanny adalah website kumpulan cerita-cerita erotis.

Kemudian aku menggoda mbak Fanny dengan mengirim pesan YM ke dia :

"Hayo lagi baca apa ? Nakal Ya..." isi pesanku ke dia

Mbak Fanny langsung membalikkan badannya dan memandang tajam kearahku, aku cuma tersenyum melihat wajah marah bercampur paniknya.

"Gak baca apa-apa. Mau tau aja nih !" jawab dia masih melalui YM
"Gak usah malu mbak, aku juga sering baca kok " jawabku lagi

Dia kembali memandangku dari jauh dengan wajah cemberutnya.
"Mas Budi masih lama pulangnya ya ?" tanyaku lewat YM
"He-eh, aduh jadi malu gara-gara ketahuan" jawab Mbak Fanny
"Mau dibantu gak ?" tanyaku menggoda
"Maksudnya ?" jawab dia
"Ya kan mbak kangen sama mas Budi, siapa tau saya bisa gantiin sementara " jawabku nakal
"Maksudnya ?" tanya dia lagi, aku gak tau dia pura-pura ato bener-bener gak ngerti.
" kan saya laki-laki juga, mungkin bisa bantu mbak kayak yang di website" jawabku tambah nakal

Mbak Fanny menatapku dengan pandangan marah kemudian menjawab "Awas ya, nanti aku aduin ke mas Budi, nanti tau rasa kamu"

Aku cuma tertawa sambil menjawab "He..he..he.. cuma becanda mbak". Aku memang sebenernya cuma mau menggoda dia.

Setelah chat itu, aku gak begitu memperhatikan mbak Fanny karena pekerjaan ku sangat bertumpuk waktu itu. Hingga seminggu kemudian mbak Fanny mengirim pesan YM ke komputerku.

"Yan, lagi sibuk banget ya ?" tanyanya melalui YM
"Iya nih mbak, kan deadline bulan depan" jawabku sekenanya, karena aku memang sedang sibuk mengerjakan tugasku yang bertumpuk.
"mmmmm..." jawabnya gak jelas.

Karena aneh atas jawabannya aku mengirim pesan "Ada apa mbak, apa ada masalah ?"

Agak lama dia mengirim jawaban "Rian, masih inget tawaran kamu waktu itu nggak ?"

Jujur aku lupa sekali apa yang aku tawarkan, karena pikiranku penuh dengan pekerjaanku. "Tawaran yang mana ya mbak, maaf aku lupa" jawabku
"Yang minggu lalu itu loh, katanya mau bantuin aku" jawabnya lagi.

Tapi karena aku bener-bener lupa, dengan polosnya aku jawab "Bantuin apa ya ?"
"Ya udah kalo udah lupa " jawabnya singkat

Aku berfikir keras, aku udah janji apa ya sama dia minggu lalu. Setelah beberapa saat mengingat-ingat, aku terperangah sebentar, karena aku gak duga becandaan aku minggu lalu jadi ditanggepin serius sama dia.

"Wah maaf mbak, yang web site waktu itu ya, beneran nih ?" tanyaku penuh selidik.

Agak lama aku menunggu jawaban sampai dia menjawab "Iya yang itu, mau nggak bantuin aku ?" tanyanya lagi.

Aku tersenyum kecil, mana ada sih cowok yang nolak tawaran kayak gini, apalagi dari mbak fanny yang cantik itu. Aku menjawab "Wah gak usah ditanya mbak, trus gimana ?"

"Sabtu besok dateng ke rumahku ya, agak sore aja. Tapi awas, rahasia ya" jawabnya.
"OK" jawabku yang mengakhiri chat.

Hari sabtu sekitar jam 4 aku sampai ke rumah Mbak Fanny. Rumahnya sepi, aku tidak melihat Ria anak mbak Fanny yang baru berumur 4 tahun.

"Ria kemana mbak ?" tanyaku saat aku sudah duduk disofa ruang tengah rumahnya.
"Aku titipin kerumah neneknya" jawab dia sambil membawa minuman dari dapur. Kemudian dia tersenyum nakal. Aku cuma tertawa kecil melihat tingkahnya.

Hari itu mbak Fanny seksi sekali, dia memakai kaos ketat warna putih dan celana pendek warna krem. Aku gak pernah lihat dia berpakian seperti ini sebelumnya, tapi aku pikir mungkin dia berpakaian begitu karena tau tujuan aku datang kerumahnya sediki berbeda kali ini.

Setelah menaruh minuman di meja, mbak fanny duduk di sofa kecil yang bersebrangan dengan sofa panjang yang aku duduki. Sebenernya aku sedikit kecewa dia pilih duduk disitu, tapi pikiran itu segera sirna karena aku sibuk memperhatikan paha putihnya yang terpampang lebar karena celananya tertarik keatas saat dia duduk. Ditambah dari kaus tipisnya, aku dapat melihat bayangan bra kembang-kembang yang dikenakannya. Penisku terasa mulai menegang karena memandang wanita minim pakaian ini.

Tapi sayang mbak fanny sepertinya canggung. Setiap aku mulai berbicara yang agak menyerempet, dia langsung membelokkan arah pembicaraan ke hal yang lain. Wah gawat nih, pikirku, bisa gagal rencana karena mbak fanny takut duluan.

Hingga satu saat mbak fanny terdiam, sepertinya dia kehabisan kata-kata untuk membicarakan yang lain. Kesempatan itu aku gunakan untuk duduk mendekatinya. Dari sofa yang masih terpisah, aku pegang kedua tangannya sambil aku elus perlahan.

"Mbak.." kataku perlahan. Mbak Fanny cuma memandangku sambil tertunduk, ada sedikit rasa takut terpancar dari wajahnya.

"Mbak..." kataku lagi sambil menariknya untuk duduk disofa panjang bersamaku. Mbak fanny mengikuti tarikan tanganku, masih sambil tertunduk antara takut dan malu.

Mbak fanny duduk di pojok sofa, sedang aku duduk disebelahnya. Perlahan aku cium kedua tangan, mbak fanny masih memandangku sambil menunduk. Aku tahu sebenarnya mbak fanny mau, cuma takut karena ini pertama kali ada laki-laki selain suaminya yang menyentuhnya.

Aku pegang kedua pipinya dan aku angkat agar aku melihat wajahnya. Saat wajah kami saling berhadapan aku melihat wajahnya seperti anak kecil yang sedang ketakutan. Aku cium keningnya untuk menenangkannya. Sepertinya cukup berhasil, wajahnya sedikit menurun ketegangannya. Aku cium keningnya sekali lagi kemudian aku kecup kedua pipinya. Mbak fanny cuma diam sambil menutup mata.

Aku kecup bibirnya sekali, tidak ada reaksi. Aku kecup sekali lagi. Kali ini ada sedikit balasan. Yang ketiga kalinya aku cium bibirnya agak lama. Mbak fanny sudah mulai berani, dia membalas ciumanku yang berangsur liar. Saat aku beranikan memasukkan lidahku kemulutnya, dia menyambut dengan liar, bahkan membalas memasukkan lidahnya bergantian.

Saat ciumanku semakin liar, tak lupa tanganku mulai berkerja. Pertama-tama tanganku memegang pinggangnya yang masih kecang, kemudian dari situ aku elus punggungnya. Setelah itu aku mengelus perutnya, terasa perutnya rata tanpa lemak walaupun dia pernah melahirkan 1 kali. Elusanku aku turunkan ke pinggulnya. Kemudian mengikuti garis celana dalamnya, aku sampai mengelus pantatnya, kemudian aku meremas-remas pantatnya. Mbak fanny cuma melenguh kecil saat aku meremas pantatnya.

Kemudian aku beranikan diri untuk meremas payudaranya, walaupun masih dari luar kaos. Tapi karena kaosnya tipis dan Branya adalah model bra yang tipis tanpa kawat, aku dengan mudah meremas-remas kedua payudara yang sering aku nikmati dari jauh tersebut. Kali ini mbak fanny melenguh agak keras walaupun tidak melepas ciumannku. Aku loloskan tanganku kedalam kaosnya mencoba melepas kait branya dari belakang. Tapi mbak fanny bertindak lebih, dia membuka kaos sekaligus branya.

Melihat dia membuka kaos, aku ikut membuka kaosku. Aku menjaga kondisiku selalu sama dengan dia agar dia percaya. Sambil aku membuka kaos, mbak fanny menata bantal sofa yang ukurannya besar diujung sofa kemudian dia bersandar disitu dengan pasrah. Selesai membuka kaos, aku posisikan tubuhku diantara selangkangannya, dia membuka selangkangannya agak lebar untuk memudahkanku menindihnya.

Aku kembali menciumnya, kali ini sambil meremas-remas payudaranya yang memang masih sangat kenyal itu. Sekali-sekali aku cium pipi dan lehernya. Aku juga kadang-kadang menjilat lehernya hingga membuat dia bergetar beberapa saat.

Ciuman aku turunkan kearah payudara kanannya. Perlahan-lahan aku kecup sekitar payudaranya tapi aku hindarkan pentilnya. Kemudian aku jilat memutar mengecil hingga akhirnya sampai ke pentil. Aku hisap sesaat kemudian aku pindah ke payudara kiri untuk memperlakukan hal yang sama.

Sepertinya mbak fanny tidak sabar, kemudian dia menarik tanganku dan menekan telapakku kearah payudaranya yang bebas. Aku mengerti, kemudian aku remas-remas perlahan payudaranya sambil kadang-kadang memutar-mutar pentilnya.

Serangan aku tingkatkan. Perlahan aku elus-elus paha dalamnya. Mbak fanny kelojotan menerima seranganku. Aku menyusupkan tanganku kedalam celana dalamnya. Langsung terasa olehku lipatan vagina yang diselimuti bulu-bulu halus, sudah sangat basah disana.

Tiba-tiba mbak fanny menarik celananya untuk membuka. Wah buru-buru sekali mbak ini Aku membantu meloloskan celana pendek tersebut. Kemudian aku sendiri membuka celana panjangku. Sekarang kami sudah sama-sama telanjang.

Aku tindih mbak fanny sekali lagi. Rencanaku sih aku ingin mencium bibirnya, kemudian turun ke payudaranya baru kemudian mencium vaginanya. Tapi mbak fanny sudah tidak sabaran. Dia menarik-narik penisku untuk diarahkan ke vaginanya. Hmm.. sepertinya mbak fanny sudah begitu lama menahan birahinya sehingga ingin langsung tusuk saja. Aku turuti kemauannya, aku arahkan penisku ke vaginanya, tapi mbak fanny masih menggenggam penisku seakan tidak sabar agar penisku dimasukkan kevaginanya.

Aku dorong perlahan penisku hingga amblas semua, mbak fanny melenguh agak keras, badannya terasa begitu rileks seakan merasa lega akhirnya yang diidam-idamkannya tercapai juga.

Mbak fanny terdiam sesaat hanya menerima kocokanku yang baru perlahan. Tapi tiba-tiba mbak fanny menjadi sangat liar, tangannya menekan erat pantatku sambil menggoyangkan pinggulnya kekanan-kekiri dengan liar, seakan kocokanku tidak cukup Wah begini deh kalo cewek dianggurin sama suaminya, jadi super liar

Mbak fanny berteriak-teriak keenakan, sambil terus memutar-mutar pinggulnya mengikuti irama kocokan penisku. Tapi tiba-tiba tubuh mbak fanny menegang sambil berteriak kencang. Terasa cairan menyemprot dari dalam vaginanya, dia orgasme hebat.

Kemudian badannya terasa sangat lemas, dia memandangku dengan senyum kecil. Divaginanya terasa sangat basah, aku merasa cairan vaginanya sampai menetes keluar. Aku kocok perlahan karena aku belum apa-apa, tapi sepertinya orgasme mbak fanny begitu hebat sehingga dia tetap tergolek lemas sambil tersenyum kecil seperti diawang-awang. Akhirnya aku hentikan kosokanku dan aku cabut penisku dari vaginanya, karena mbak fanny terlihat semakin lemas dan terlihat menjadi mengantuk.

Akhirnya aku angkat mbak fanny dan aku tidurkan di kamarnya. Aku tidak memakaikan pakaiannya, hanya menyelimutinya, kemudian dia tertidur.

Aku memakai pakaianku kembali dan duduk ditempat tidur menemani mbak danny yang tertidur sambil menonton televisi yang memang ada di dalam kamarnya tersebut.

Sekitar jam 7 malam tiba-tiba mbak fanny memelukku dari belakang, kemudian menggelayut di punggungku.

"eh udah bangun mbak ?" tanyaku

Dia cuma mengangguk sambil tetap memelukku erat. "Maaf ya Yan.." katanya manja.

"Maaf kenapa ?" tanyaku, sambil mengelus tangannya yang melingkar ke dadaku.

"Maaf tadi aku langsung tidur, padahal kamu belum apa-apa" kata mbak fanny "Trus kamu gimana ?" tanyanya sambil meraba penisku dari luar celana. "Enggak apa-apa kok mbak" jawabku sambil memutar badanku. Kemudian aku memeluk tubuhnya erat. Entah kenapa aku jadi sayang sekali dengan wanita itu. Aku kecup keningnya sekali kemudian aku peluk erat lagi.

"Mau diterusin sekarang ?" bisik mbak fanny yang masih dalam pelukanku. "Nanti aja mbak" jawabku. "Kita makan malam aja dulu yuk" ajakku. Kemudian mbak fanny berdiri dan memakai bathrobe. "Ayo, aku dah masak tadi siang khusus buat kamu" ajak mbak fanny kearah meja makan.

Selama makan malam kami bercerita panjang. Dari pembicaraan itu aku tahu kalau mbak fanny memang memiliki nafsu seks yang sangat tinggi tapi sayang mas budi jarang pulang. Dia sebenarnya sering tidak tahan, tapi tidak mau menghianati mas budi, tapi saat bertemu aku, mbak fanny menaruh perhatian ke aku, makanya saat aku menawarkan bantuan waktu itu, mbak fanny langsung menanggapinya dengan serius.

Sehabis makan kami menonton televisi. Kami duduk di lantai yang dialasi permadani. Mbak fanny duduk diantara selangkanganku yang kubuka lebar, dia menyandarkan tubuhnya ke dadaku, sambil aku memeluknya dari belakang.

Selama nonton tv, kami seperti pasangan yang sedang dimabuk kasmaran. Mbak fanny bersikap sangat manja kepadaku sedang akupun memanjakannya dengan senang hati. Sambil memeluknya dari belakang, sesekali aku membelai rambutnya dan mencium tengkuknya yang putih bersih. Mbak fanny cuma melenguh pelan sambil sekali-sekali mencium tanganku yang memeluknya.

perlahan aku mulai mengelus-elus payudaranya, mbak fanny mulai duduk dengan gelisah. Apalagi saat aku meremas payudaranya, tubuhnya menegang dan melemas seirama dengan remasanku. Tangan kananku aku selipkan masuk kedalam celana dalamnya. Perlahan aku elus garis vaginanya, terasa perlahan cairan vaginanya mulai membanjir.

Tangan kiriku masuk kedalam bathrobenya langsung meremas payudaranya yang tidak dibaluti bra lagi. Sementara jari tengah tangan kananku mulai menusuk vaginanya, terasa vaginanya berdenyut-denyut hebat.

Mbak fanny tidak sabar kemudian membalikkan badannya, kemudian dia menciumku dengan ganas, sedangkan tangannya menyerbu celanaku berusaha untuk mengeluarkan penisku, Aku buka ikat pinggang dan resletingku sehingga mbak fanny bisa menarik penisku keluar dan mulai mengelus-elusnya.

"Mbak dikamar aja yuk" ajakku. Mbak fanny cuma mengangguk. Kemudian aku menuntun dia menuju kamar tidurnya. Sampai dikamar tidur aku menelentangkannya ditengah tempat tidur, kemudian aku melepaskan bathrobe dan celana dalamnya sehingga dia telanjang bulat. Kemudian aku melepaskan baju dan celanaku sehingga akupu telanjang bulat.

Perlahan aku merangkak diatas tubuhnya untuk memposisikan tubuhku diantara selangkangannya. Kemudian aku mencium bibirnya perlahan. Ciuman aku turunkan kelehernya, sesekali aku jilat lehernya. Ciuman kemudian aku turunkan kembali ke payudaranya. Disitu aku menyedot pentil dan meremas-remas payudaranya. Sesekali pentilnya aku gigit kecil untuk memberinya sensasi.

Ciuman aku turunkan lagi ke perutnya yang rata tersebut. Disitu aku baru sadar ternyata pinggul mbak fanny sangat bagus. Aku cium pinggulnya kemudian paha dalamnya. Aku sengaja melewatkan vaginanya untuk sasaran akhir. Dari pahanya aku cium betisnya sampai aku cium ujung kakinya.

Selanjutnya gerakan aku balik, aku cium betisnya, kemudian aku cium pahanya, selanjutnya, perlahan aku kecup vaginanya. Aku tatap wajah mbak fanny dari antara selangkangannya, wajahnya terlihat tegang menunggu hal selanjutnya yang aku kerjakan.

Kemudian aku kecup vagina itu sekali lagi. Dengan menggunakan jariku, aku sibak bulu jembutnya sehingga vaginannya terlihat jelas, perlahan aku jilat bibir vagina kiri dan kanannya perlahan. Selanjutnya dengan gerakan pasti jilatan aku arahkan ke klitorisnya. Klitorisnya tidak terlalu besar tapi cukup mudah untuk dijilat kemudian aku hisap perlahan.

Pinggul mbak fanny semakin tidak tenang, dia seakan menghindari jilatannku tapi tangganya menekan kepalaku untuk terus menjilati klitorisnya. Cairan vaginanya keluar sangat banyak.

Kemudian aku sejajarkan tubuhku dengan tubuhnya, dia mengerti kalu kau ingin penetrasi ke vaginanya. Tapi aku tunda sebentar, aku cuma menggosok-gosokkan kepala penisku ke bibir vaginanya. Dia meringis seperti protes karena aku berlama-lama, aku cuma membalasnya dengan seyum kecil. Dia mencoba menekan pantatku, tapi aku tahan. Dia menatapku dengan wajah protes, dia terlihat frustasi. Dia mencoba menekannya sekali lagi, tapi tetap aku tahan, dia semakin frustasi. Kemudian aku kecup bibirnya sekali dan aku masukkan penisku sampai mentok. "Kamu jahat sayang.. kamu jahat.." bisik mbak fanny saat aku memeluknya erat setelah memasukkan penisku.

Aku pompa penisku ke vaginanya perlahan, dan mbak fanny meresponnya dengan mengikuti gerakanku. Walaupun sebenarnya ini posisi yang konvensional, tapi entah kenapa terasa begitu nikmat. Mungkin karena aku sudah merasakan benih-benih cinta dan mbak fanny pun begitu sehingga terasa setiap gesekan penisku dan vaginanya seperti menyalurkan energi cinta diantara tubuh kami.

Aku bangkit dan berlutut diantara selangkangannya dengan penisku masih didalam vaginanya. Aku taruh jari tengahku ke mulutnya, dan aku hentikan gerakan penisku. Pertama-tama dia bingung, tapi kemudian dia menghisap perlahan jariku. Saat dia menghisap jariku, gerakan penisku aku selaraskan dengan gerakan hisapannya. Dia tersenyum lebar, mbak fanny mengerti permainan ini, kemudian dia mulai menghisap mengikuti bagian mana dari vaginanya yang ingin ditusuk oleh penisku.

Lama-lama gerakan hisapnya makin cepat sehingga aku makin susah menyelaraskan gerakannya dengan penisku, sepertinya dia sedikit lagi orgasme. Aku tarik jariku dan aku menindihnya dengan gaya konvensional. Perlahan aku pompa vaginanya kadang pelan, kadang cepat. Mbak fanny terlihat makin dekat dengan orgasmenya, badannya makin tegang.

Tak lama tubuh mbak fanny melengkung sambil dia terpekik kecil, vaginanya terasa licin sekali. Aku percepat pompaanku dan akupun menekan penisku dalam-dalam sambil menyemprotkan spermaku ke rahimnya.

Kemudian aku memeluknya sambil membisikkan "Aku cinta kamu mbak". Mbak fanny tersenyum kemudian memelukku erat seperti tidak mau dilepaskan.

Tamat
Read More

Wednesday, August 30, 2017

Cerita Dewasa Tante Gairah Desahan Manja

Cerita Dewasa Tante Gairah Desahan Manja


Cerita Dewasa Tante - Ayahku dulu mempunyai seorang adik yang tinggal lumayan jauh dari tempat tinggalku. Dulu waktu aku kecil tanteku ini sering maen kerumahku setiap akhir bulan dengan secara bergantian kadang juga keluargaku yang berkunjung kerumah tanteku ini.

Nama tanteku ini adalah tante Pipit, orangnya masih sangat seksi dan badannya masih sangat bohay, masih seperti gadis perawan saja. Mungkin karena kebiasaan tanteku yang sering melakukan senam engan rutin, makanya tubuh tanteku ini masih sangat istimewa. Aku sempat berpikir, andai saja ini bukan tanteku pasti sudah aku embat tuuuh tubuh seksinya.

Namaku Jerry, sekarang aku sudah kuliah di suatu perguruan tinggi swasta, dikampus sering digoda teman-teman wanitaku, mungkin karena psotur tubuhku yang sangat ideal dengan tinggi 173cm dan berat badanku 60kg menunjang penampilanku yang selalu keren ketika dikampus.

Tapi diantara semua cewek yang menggodaku semuanya aku tidak ada yang tertarik, karena kriteriannya tidak sesuai dengan yang aku inginkan. Aku sendiri malah lebih suka berhubungan dengan orang yang lebih tua, entah ada apa denganku aku gak tau, dan aku menikmati ini.

Dalam perjalanan hidupku sampai sekarang ini, aku juga pernah mengalami suka sama sorang tante yang aku kenal disubah cafe, dan verita pun berlanjut hingga kami berhubungan Sex dan aku mendapatkan segala yang aku inginkan dari seorang tante tersebut.hingga hubungan kami berakhir karena tante pergi keluar negri dan menetap diluar negri untuk tinggal bersama suaminya. Sejak saat itu aku lebih berselera dengan umurnya yang lebih tua dariku.

Sehabis semesteran aku libur panjang, aku berniat untuk mengunjungi tante Pipit yang sudah lama gak pernah ketemu. Yang aku heran, tiba-tiba keinginanku itu muncul tanpa aku rencanakan. Setelah aku mendapat persetujuan dari papahku aku langsung menghubungi tanteku dan aku memintanya untu menjemput dibandara.

Setelah sepakat dengan tante Pipit, tanpa menunggu lama lagi akhirnya aku langsung menuju kerumah tanteku. Satu setengah jam perjalanan akhirnya aku sampai juga dibandara, aku tengak tengok mencari keberadaan tante Pipit, dan tak lama akhirnya aku menemukan tante Pipit.

Aku melambaikan tangan dan tante pun membalasnya dengan melambaikan tangan juga, dan langsung aku menuju keberadaan tante Pipit. Dibandara aku disambut senyuman hangat dari tante Pipit dan sebuah ciuman di pipiku, dalam sekejap aku teringat tante yang pernah jadi pacarku. Kemudian aku dan tante Pipit langsung menuju parkiran, akhirnya kami menuju rumah tante Pipit dengan PAJERO putihnya.

Didalam mobil kami saling bercanda panjang lebar, dengan saling menanyakan keadaan masing-masing keluarga kami dan tak terasa setengah jam akhirnya kami sudah nyampai rumah tante Pipit.

Setalah sampai rumah tante Pipit aku langsung menuju kamar yang sudah disediakan tante Pipit untukku. Dan aku merebahkan badan dan istirahat karena capek dalam perjalanan. Dalam kamar aku membayangkan tubuh tante yang semakin tambah umurnya semakin tambah semok juga. Payudaranya juga semakin montok, dan tubuhnya yang dari dulu sudah terawatt tidak pernah berubah, masih tetap langsing.

Dan dalam bayangan tante Pipit lama-lama aku tertidur dengan sendirinya. Dan entah kenapa aku tertidur dengan sangat lelapnya, hingga aku terbangun keesokan harinya. Aku kemudian mandi, terus beranjak keluar untuk bersantai sambil menikmati kopi. Kulihat tante sibuk didalam ruang kerjannya. Dan aku langsung menyapanya.

“Eeeh tante? sapaku”, Jerr kamu lagi ngapain tanyanya Lagi baca majalah tante jawabku Majalah apa ayo jangan-jangan kamu baca majalah porno ya ?tanyanya penasaran Kalau ya emang kenapa tante nggak boleh yajawabku Nggak pa-pa koq itu berarti keponakan tante udah gede ya kan katanya Ya tante punya Jerry udah gede lho kepalanya lucu kayak Helm NAZI kataku mancing Dan apanya yang gede anak manis tante nggak ngertitanyanya lagi Ini tante burung Jerry udah gede lokataku sambil nunjuk ke arah selangkanganku Ahhh kamu nakal ya entar tante bilangin ama oom kamu baru nyaho kamukatanya Lalu tante Pipit kembali bekerja.

Dan di dalam ruang kerja kantor tante Pipit bekerja menggunakan komputernya sedangkan aku sendiri bosan baca majalah lalu bermain game dengan komputerku tepat di sebelah meja tante Pipit Saat itu kulihat tante Pipit sedang sibuk dengan pekerjaannya tentu saja kesempatan ini kugunakan sebaik-baiknya.

Aku menikmati kecantikan tanteku sepuasku Keperhatikan wajah tante Pipit yang begitu cantik lalu buah dadanya yang padat Karena tante Pipit menggunakan rok span yang mini maka ketika ia duduk dgn menumpangkan kakinya pahanya yang putih mulus itu langsung terlihat juga betisnya yang indah kutatap habis-habisan.

Lalu namun tiba-tiba tante Pipit menatapku sambil tersenyum menggoda Lagi ngeliatin apa kamu Jerry?katanya Dag dig dug derrr! Astaga aku benar-benar kaget jantungku serasa copot aku sangat panik anEh anu ehm nggak kok tante jawabku terbata-bata Kamu nggak usah bohong sayang Nggak apa-apa kok kalau kamu suka ama tante katanya sambil tersenyum nakal.

Namun tante Pipit malah berdiri ke arah pintu dan menguncinya lalu menghampiriku dan berdiri tepat di depanku bau harum parfumnya terasa olehku Tentu saja aku jadi makin berdebar-debar nggak karuan LaluJerr menurut Jerry tante cantik dan sexy nggak sih? tanyanya menggoda Eh enggg iya tante cantik dan sexy malah jauh lebih cantik dari Tamara Maen Sky jawabku becanda sambil menunduk.

Ahhh yang bener Jerr eee kalau begitu Jerry mau dong kalau tante Pipit minta tolong? katanya sambil mengecup pipiku Wow Perasaanku saat itu benar-benar campur-aduk aku merasakan kelembutan bibirnya namun bercampur dengan grogi dan bingung Aku hanya bisa mengangguk saja.

Lalu tante Pipit memegang tanganku dan menariknya dengan lembut sehingga aku bangun daridudukku Jerr ayo sini ikut tante tante mau ajarin Jerry sesuatu katanya sambil menuntunku berjalan ke arah meja kerja yang koJerrg Aku mengikuti semua kemauan tanteku yang genit ini Nah anak manis sekarang kamu berdiri di sini dan diam dulu yah katanya.

Aku berdiri dengan bersandar pada meja Lalu tiba-tiba tante Pipit mengecup bibirku dengan lembut aku benar-benar kaget tapi rasanya benar-benar nikmat bibir tante Pipit terasa lembut dan basah.

Hingga aku hanya bisa diam saja sambil memejamkan mata dan terus-terang saat itu Kontolku langsung naik Kemudian tiba-tiba tangan tante Pipit bergerak menuju celana kayaknya dia mau melepasnya Tante aduhhh Jerry mau diapain? tanyaku gugup Udah dong ahhh kamu nurut aja ya percaya deh sama tante pasti nanti kamu suka bujuknya sambil kembali tersenyum nakal.

Lalu tante Pipit mulai berlutut dihadapanku dan mulai melepas resletingku danTante jangan tante jangan ohhh aku sungguh terasa panas-dingin namun tante Pipit tidak memperdulikankuia malah sibuk sendiri nampaknya nafsu birahinya sudah tak bisa lagi dikendalikan Setelah resletingnya terbuka lalu tante Pipit melorotkannya karena aku tidak pernah memakai celana dalam langsung saja Kontolku terjulai keluar.

Wooow besar juga punya kamu Jerrkatanya sambil menatap Kontolku dengan tatapan buasnya Ooohhh tante jangannn ujarku lirih dengan gemetar lututku terasa lemas Tante Pipit yang tahu akan keadaanku lalu memegang pinggangku dan menyuruhku naik duduk di meja Lalu tante Pipit memegang Kontolku yang sudah tegang itu Dan ahhh genggaman jari-jari lentik tante Pipit terasa sangat lembut di Kontolku.

Tiba-tiba dengan lembut tante Pipit menjilat kepala Kontolku perlahan Ahhh taaannnteee jeritku lirih Rasanya sulit dilukiskan pokoknya bergetar seluruh tubuhku saat lidah tante Pipit yang lembut menyapu permukaan kepala Kontolku Lalu tanpa sungkan-sungkan lagi tante Pipit langsung mengulum Kontolku benar-benar gila rasanya.

“Aaaahhh…Aaaahhhhh….oooouuuhhh….” tanteee aaaah ohhh aku mengerang-ngerang tak karuan

Kini tante Pipit terus mengulum-ngulum sambil mengocok-ngocok dan menyedot-nyedot Kontolku, Luar biasa rasanya tak terbayangkan nikmatnya, Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang tak tertahankan yang akan keluar dari tubuhku. Aku makin menggila mengerang-ngerang tante Pipit yang rupanya tahu waktunya telah tiba langsung menyedot Kontolku kuat-kuat dan

“Ahhh…taaannnn…Aaaarggghhh…” aku menjerit kencang dan air maniku muncrat menyembur keluar untuk pertama kali aku merasakan puncak kenikmatan yang tak terbayangkan bersama tanteku, Lalu tubuhku terkulai lemas tergeletak di atas meja. Namun air maniku yang tadi menyembur keluar di dalam mulut tante Pipit malah disedot dihisap dan ditelannya.

Memang nampaknya tante Pipit rakus sekali dengan air maniku bahkan karena saking banyaknya ada air maniku yang meleleh keluar dari mulutnya dan melumuri sekitar bibirnya dan dengan menggunakan lidahnya tante Pipit menyapunya semua lalu menelannya Wow punyamu enak sayang gimana rasanya enak khan katanya sambil terus menjilati Kontolku Aduhhh Jerry rasanya seperti orang mabuk tapi enak tantekataku.

Lalu dengan sisa tenaga yang ada aku berjalan ke sofa panjang di ruangan itu dan aku langsung rebah disitu dan terlelap Sekitar 1/2 jam aku tertidur ketika terbangun aku merasakan suatu perasaan yang senang Aku melihat tante Pipit masih bekerja Aku melihat dia melepas sepatunya ohhh sungguh indah kakinya Setelah itu nampaknya perkerjaannya sudah hampir selesai.

Lalu Setelah pekerjaan tante selesai dan mematikan komputernya ia menghampiriku Jerr badan tante pegel nih pijitin dong sayang? Pintanya Iya tante jawabku Tante Pipit langsung terlungkup di sofa panjang yang satunya. Aku tertegun dengan bentuk tubuh tanteku ohhh begitu lansing dan bokongnya yang besar ohhh serta kakinya yang sexy ohhh Ayo kok malah bengong sih seru tante.

“Eeehhh iya tante kataku pelan” Lalu kuusap pelan-pelan pundak tante lalu perlahan kupijit-pijit lalu turun pelan-pelan ke punggungnya Ketika hampir mencapai ke dua buah pantatnya yang montok itu aku agak ragu Ayo Jerr jangan berhenti dong serunya.

Dengan agak berdebar kutempelkan kedua telapak tanganku ke buah pantatnya yang padat berisi itu Wah sungguh empuk sekali lalu kuremas-remas perlahan Hmmm nah gitu dong pintar kamu Jerr kata tante Pipit sambil merasakan nikmat Setelah agak lama bermain di pantat tante Pipit tanganku kembali merayap menyelusuri paha bagian belakang dan betisnya.

Wah betis indah tante Pipit yang biasanya hanya bisa kulihat dan kubayangkan saja sekarang kuusap-usap dan kuremas-remas dengan lembut sungguh halus sekali rasanya mulus dan lembut Kemudian tante Pipit bangun dari terlungkupnya dan kini duduk bersandar di sofa.

Jeeeerrr tolong lepas sepatu tante! Perintahnya. Akupun melakukan perintahnya melepas sepatunya dengan hati-hati Setelah dilepas aku lihat ujung kakinyapun sangat halus dan mulus Soon kamu mau kan jilatin kaki tante !perintahnya Aku ragu tapi berikutnya tanpa ragu lagi aku ikuti perintahnya.

Aku jilat telapak kaki tante Pipit yang mulus itu lalu kujilatin pula tumitnya yang berwarna merah jambu itu Baunya khas tapi nggak bau kayak kakiku Ehmmmm kamu nakal ya tante Pipit kegelian Lalu Terus naik ke atas dong sayang pintanya lirih Dari telapak kaki dan tumitnya jilatanku naik ke atas Kujilati betis mulus dan indah tante Pipit benar-benar lembut sekali terasa di lidahku.

Jilatanku terus naik ke atas kusingkapkan setengah rok spannya ke atas lalu kujilati paha tante Pipit membuatnya terus menerus merintih kegelian tapi pasti nikmat dong

Jeerrr tolong bukain celana dalam tante yah lalu tante Pipit menyingkapkan seluruh roknya ke atas sehingga celana dalamnya yang berwarna putih nampak sangat jelas di depanku Uhuiii! ternyata di bagian tengah celana dalamnya telah basah rupanya tante Pipit sudah sangat terangsang Tanpa membuka roknya yang disingkapkan ke atas dengan hati-hati kuturunkan celana dalam tante Pipit.

Wah luar biasa baru kali ini aku menyaksikan yang secara langsung vagina seorang wanita Vagina tante Pipit sangat indah bulu-bulunya sangat lebat bentuk bukit vaginanya cembung di tengahnya terdapat garis bibir vagina yang berwarna kemeraha-merahan sangat merangsang birahi apalagi di pinggirannya telah nampak basah oleh cairan birahinya.

Kemudian ayo Jerr jilatin vagina tante ya cepet ya udah nggak tahan nih serunya Lalu aku dekati vagina tante Pipit bau harum birahinya sangat keras tercium mula-mula dengan perlahan aku mulai menjilati pinggiran vaginanya.

“Ssshhh aaahhh ya gitu Jerrnnn aahhh terusss ohhh” tante Pipit mendesis-desis kegelian dan nikmat Tante Pipit duduk sambil membuka kakinya lebar-lebar selonjoran di sofa sementara aku menjilati vaginanya yang udah banjir bandang Aku terus menjilati pinggiran vagina tante Pipit yang telah basah itu rasanya asin-asin enak. Situs Judi Online

Setelah pinggiran vaginanya aku mulai berpindah menjilati tengahnya kulihat di bibir vagina tante Pipit yang masih rapat itu terdapat cairan basah lalu aku jilat bagian tengah yang memanjang di vaginanya lalu

“ESsssssstthhhhh terusss ohhh” tante Pipit mendesis panjang Lalu kujilati bagian dalam vaginanya kukorek dengan lidah seluruh dinding bagian dalam vaginanya untuk mendapatkan cairan vaginanya sehingga membuatnya menggelinjang-gelinjang “Jeeerrr…aaaaahhh…Aaaahhh…” tante Pipit terus mengerang-ngerang.

Kemudian lalu dengan jariku aku renggangkan kedua bibir vagina tante Pipit lalu sedikit diangkat ke atas maka tampaklah ujung clitorisnya yang mungil yang berwarna pink Lalu dengan sekali jilatan panjang aku jilat itu dan

“Aaaaaaaaaauuhhhhhh” tante Pipit langsung menjerit ia tersentak kaget Jerrnn kamu pintar sayang hhhmmm? tanyanya sambil tetap mengerang Gimana tante rasanya sahutku Enak sayang ayo terusss katanya sambil mengerang lagi Aku terus menjilati clitnya kugosok dengan lidahku membuatnya semakin gila menjerit-jerit dan menggelinjang-gelinjang danAaahhh ahhh aaarghhh eehhhmm erangnya lagi Lalu kusedot klitoris tante Pipit dengan satu sedotan panjang tiba-tiba tante Pipit langsung menjerit keras

“Aaauuuukkkhhhh….Tanteee…keluarrrr…Oouuuhhhh…” badannya mengejang bergetar kedua pahanya dirapatkannya ke kepalaku dan tangannya meremas sofa itu dengan kuatnya.

Hingga Tante Pipit sedang merasakan puncak kenikmatan orgasme yang luar biasa lendir hangat orgasmenya keluar dari dalam vaginanya dan aku sedot lagi vaginanya kuat-kuat membuat erangannya semakin panjang

“Aauuukhhhhh…Jeeerr…eemmhhh…eemhhh…” dan akhirnya tante Pipit tergeletak lemas Setelah terbaring lemas di sofa beberapa saat tante Pipit kembali bangkit lalunmenarikku ke sofa dan menciumku melumat bibirku lalu lidahnya didesakannya masuk ke mulutku Dan Aku yang belum berpengalaman menerima saja Lidah tante Pipit bermain di dalam mulutku mengait-ngait lidahku Wah rasanya geli nikmat dan basah.

Dan Kemudian tante Pipit melepaskan lumatannya lalu melepaskan kaosku sehingga kini aku telanjang bulat Kemudian tante Pipit mendorong badanku agar aku terlentang di sofa Ia menatap Kontolku yang sudah mulai bangun kembali digenggamnya batang Kontolku yang langsung saja membuatnya makin mengeras lalu di kocok-kocoknya Mulanya perlahan lama-kelaman makin cepat.

Wah rasanya benar-benar aduhai Lalu tante Pipit melumat batang dan kepala Kontolku Waaaaaaah rasanya semakin ruar biasa Lalu tante melepaskan lumatannya di Kontolku lalu tante Pipit mulai melepaskan pakaian kerjanya.

Aku bangkit dan terduduk di sofa Melihat pemandangan itu aku jadi deg-degan namun kali ini sedikit bercampur nafsu Dan akhirnya tante Pipit membuka seluruh pakaiannya termasuk BH dan celana dalamnya sehingga ia kini benar-benar telanjang bulat.

Waaaah Luar biasa indahnya tubuh tante Pipit yang putih mulus sangat montok dan seksi Aku sekarang benar-benar super terangsang Gimana Jerr kamu suka tubuh tante kan pasti kamu belum pernah melihat langsung cewek telanjang iya kan? tanyanya sambil menggodaku Aku hanya tersipu sambil menganggukan kepala dengan jempol tanganku kukenyot tante Pipit tertawa cekikikan Lalu tante Pipit meraih tanganku dan diletakan diatas buah dadanya yang montok.

Wuih walau aku deg-degan tapi rasanya sangat empuk dan lembut sekali Nah Jerr kamu remas tetek tante yach katanya Tanpa disuruh dua kali aku langsung meremasnya dengan perlahan Heeemmmmmm tante Pipit mendesah Aku terus meremas-remas dengan nikmat dan

“Hmmmm stthhh aaahhhhh terussss Jeeerrrr ohhhh” tante Pipit terus mendesah. Namun rupanya tegangan birahi tante Pipit sudah sangat super tinggi.

Tiba-tiba aku langsung diterjangnya dipeluk serta dilumatnya bibirku dengan penuh nafsu Benar-benar baru kurasakan yang namanya cumbuan dan pelukan wanita apalagi kita sama-sama dalam keadaan telanjang bulat jantung ini berdetak kencang Tangan tante Pipit merayap mencari Kontolku lalu digenggamnya batang Kontolku.

Kemudian Lalu sambil dalam posisi mendudukiku tante Pipit mengarahkan ujung kepala Kontolku ke vaginanya Tante Jerry mau diapain ja jangan dimasukin tante Jerry masih perjaka kataku terbata-bata Nggak pa-pa sayang sekarang kamu nurut tante aja ya kata tante Pipit sambil tersenyum menggodaku Lalu tante Pipit langsung menekan vaginanya ke kepala Kontolku.

“Ahhhh aku mengerang merasakan seretnya Kontolku masuk ke vagina tante Pipit, “Sttthhh ohhh tante Pipit pun rupanya merasakan gesekan Kontolku dengan vaginanya Walaupun telah basah oleh lendir vaginanya namun vagina tante Pipit memang masih sempit jadi cuma sepertiga batang Kontolku yang baru berhasil masuk.

Baca Juga : Cerita Dewasa Ngentot Tante Montok Teman Ibuku

Namun tante Pipit terus memaksakan batang Kontolku masuk sampai aku sendiri takut kalau batang Kontolku lecet Stthhhh aaaaaahhh akhirnya seluruh batang Kontolku masuk ke dalam vagina tante Pipit Sungguh luar biasa nikmat sekali rasanya batang Kontolku di dalam vagina tante Pipit hangat lembab basah dan serasa dihisap masuk ke dalam lubang sempit yang berulir.

Hingga kemudian tante Pipit mulai menaik-nurunkan bokong dan pinggulnya tante Pipit mengocok Kontolku di dalam vaginanya Aaaaahhhh enaaakkk oiiii aaaaaahhh aku benar-benar merasakan nikmatnya yang pertama kali dengan tanteku sendiri Tante Pipit pun tak kalah menjerit-jeritnya Sstthhh Aaaaaahhh Jerrnn aaaaaaahhh erangnya

Tante Pipit tampaknya seperti sudah lupa daratan dia terus menggoyangkan bokong dan pinggulnya keatas-kebawah maju-mundur kiri-kanan meliuk-liukan pinggulnya sambil mengerang-ngerang dan menjerit-jerit Tannn jangan keras-keras Kontol Jerry sakitkataku Sakit ya deh maafin tante sayang katanya sambil terus bergoyang lembut

Sampai setelah sekitar 20 menit tiba-tiba tante Pipit menjerit kencang badannya mengejang ditekannya vaginanya ke Kontolku kuat-kuat sambil mencengkram erat ke sofa

“Jeeerr…Aaaaaaaakkkhh…”erangnya.

Aku merasakan vagina tante Pipit dengan sangat kuat menjepit dan mengempot Kontolku rasanya memang sangat ruar biasa nikmat dari dalam vaginannya kurasakan keluar banyak sekali cairan Karena merasakan jepitan dan empotan yang sangat dahsyat.

Tiba-tiba aku merasakan kembali sesuatu yang sangat tak tertahankan dan akhirnya Taaannnnn aaaakhhhhh aku menjerit dengan kerasnya Aku merasakan nikmatnya rasa yang luar biasa yang tidak bisa kulukiskan air maniku muncrat dengan derasnya di dalam vagina tante Pipit.

Tante Pipit tersenyum nakal kepadaku lalu memelukku aku merasa sangat lemas Dan akhirnya kami berdua tertidur sambil berpelukan telanjang di sofa itu.

Ketika aku bangun tante Pipit tersenyum kepadaku dan berkata

“Jerr tenyata kamu hebat tante nggak nyangka keponakan tante udah pandai” katanya sambil mengecup bibirku. Aku hanya tersipu saja

“Lain kali kamu mau kan tante ajarin lagi?” Katanya

“Iya tante Jerry nurut tante aja” jawabku sambil menggangguk

“Nah gitu dong itu baru ponakan tante tersayang” katanya lagi.

Dan sejak saat itu setiap ada kesempatan kami selalu melakukan hubungan seks Bahkan pernah dengan alasan mengajakku jalan-jalan tante Pipit pernah mengajakku ke apartement miliknya dan kami pun melalukannya lagi pokoknya ruar biasa deh Hal-hal seperti itu terus kami lakukan sampai akhirnya aku menikah dan pindah ke Inggris.
Read More