Showing posts with label umum. Show all posts
Showing posts with label umum. Show all posts

Friday, August 25, 2017

Desahan Sang Pramugari




Malam telah larut dimana jarum jam menunjukkan pukul 23.15. Suasana sepi menyelimuti sebuah kost-kostan yang terletak beberapa kilometer dari Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng. Kost-kostan tersebut lokasinya agak jauh dari keramaian sehingga menjadi tempat favorit bagi siapa saja yang menginginkan suasana tenang dan sepi.

Kost-kostan yang memiliki jumlah kamar mencapai 30 kamar itu terasa sepi karena memang baru saja dibuka untuk disewakan,hanya beberapa kamar saja yang sudah ditempati, sehingga suasananya dikala siang atau malam cukup lengang. Saat itu hujan turun lumayan deras, akan tetapi nampak sesuatu telah terjadi disalah satu kamar dikost-kostan itu.

Seiring dengan turunnya air hujan, air mata Sheila juga mulai turun berlinang disaat lelaki itu mulai menyentuh tubuhnya yang sudah tidak berdaya itu. Saat ini tubuhnya sudah dalam kekuasaan para lelaki itu, rasa keputus asaan dan takut datang menyelimuti dirinya. Beberapa menit yang lalu secara tiba- tiba dirinya diseregap oleh seseorang lelaki disaat dia masuk kedalam kamar kostnya setibanya dari sebuah tugas penerbangan.

Kedua tangannya langsung diikat kebelakang dengan seutas tali, mulutnya disumpal dengan kain dan setelah itu tubuhnya dicampakkan oleh lelaki itu keatas tempat tidurnya. Ingin rasanya dia berteriak meminta pertolongan kepada teman-temannya akan tetapi kendaraan antar jemput yang tadi mengantarkannya sepertinya sudah jauh pergi meninggalkan kost-kostan ini, padahal didalam kendaraan tersebut banyak teman-temannya sesama karyawan.

Sheila Fitria Septiani adalah seorang Pramugari pada sebuah penerbangan swasta, usianya baru menginjak 19 tahun, wajahnya cantik imut-imut, postur tubuhnya tinggi dan langsing proporsional. Dengan dianugerahi penampilan yang cantik ini sangat memudahkan baginya untuk diterima bekerja sebagai seorang pramugari.

Demikian pula dengan karirnya dalam waktu yang singkat karena kecantikannya itulah dia telah menjadi sosok primadona di perusahaan penerbangan itu. Banyak lelaki yang berusaha merebut hatinya, baik itu sesama karyawan ditempatnya bekerja atau kawan-kawan lainya. Namun karena alasan masih ingin berkarir maka dengan secara halus maksud-maksud dari para lelaki itu ditolaknya. Akan tetapi tidak semua lelaki memahami atas sikap dari Sheila itu.

Indra adalah salah satu dari orang yang tidak bisa menerima sikap Sheila terhadap dirinya. Kini dirinya bersama dengan seorang temannya telah melakukan seuatu perhitungan terhadap Sheila. Rencana busuk dilakukannya terhadap Sheila. Malam ini mereka telah menyergap Sheila dikamar kostnya.

Indra adalah satu dari sekian banyaknya lelaki yang menaruh hati kepada dirinya, akan tetapi Indra bukanlah seseorang yang dikenalnya dengan baik karena kedudukannya bukanlah seorang karyawan penerbangan ditempatnya bekerja atau kawan-kawannya yang lain, melainkan dia adalah seorang tukang batu yang bekerja dibelakang kost-kostan ini.

Ironisnya, Indra yang berusia setengah abad lebih dan melebihi usia ayah Sheila itu lebih sering menghalalkan segala cara dalam mendapatkan sesuatu, maklumlah dia bukan seseorang yang terdidik. Segala tingkah laku dan perbuatannyapun cenderung kasar, karena memang dia hidup dilingkungan orang-orang yang bertabiat kasar. “Huh rasakan kau gadis sombong !”, bentaknya kepada Sheila yang tengah tergolek dikasurnya. “Aku dapatkan kau sekarang….!”, lanjutnya.

Sejak perjumpaannya pertama dengan Sheila beberapa bulan yang lalu, Indra langsung jatuh hati kepada Sheila. Dimata Indra, Sheila bagaikan bidadari yang turun dari khayangan sehingga selalu hadir didalam lamunnanya. Diapun berniat untuk menjadikannya sebagai istri yang ke-4. Bak bukit merindukan bulan, Indra tidak berdaya untuk mewujudkan impiannya itu.

Predikatnya sebagai tukang batu, duda dari 3 kali perkawinan, berusia 51 tahun, lusuh dan miskin menghanyutkan impiannya untuk dapat mendekati sang bidadari itu. Terlebih-lebih ada beberapa kali kejadian yang sangat menyakitkan hatinya terkait dengan Sheila sang bidadari bayangannya itu. Sering tegur sapanya diacuhkan oleh Sheila, tatapan mata Sheilapun selalu sinis terhadap dirinya.

Lama kelamaan didalam diri Indra tumbuh subur rasa benci terhadap Sheila, penilaian terhadapnyapun berubah, rasa kagumnya telah berubah menjadi benci namun gairah nafsu sex terhadap Sheila tetap bersemi didalam dirinya tumbuh subur menghantui dirinya selama ini. Akhirnya dipilihlah sebuah jalan pintas untuk melampiaskan nafsunya itu, kalaupun cintanya tidak dapat setidaknya dia dapat menikmati tubuh Sheila pikirnya.

Jadilah malam ini Indra melakukan aksi nekat, diapun membulatkan hatinya untuk memberi pelajaran kepada Sheila sekaligus melampiaskan nafsunya yang selama ini mulai tumbuh secara subur didalam dirinya. Kini sang bidadari itu telah tergeletak dihadapannya, air matanyapun telah membasahi wajahnya yang putih bersih itu. “Lihat aku…..!”, hardiknya seraya memegang kepala Sheila dan menghadapkan kewajahnya. “Hmmmphh….!!”, jeritnya yang tertahan oleh kain yang menyumpal dimulutnya, mata Sheila pun melotot ketika menyadari bahwa saat ini dia telah berhadapan dengan Indra seseorang yang dibencinya.

Hatinya pun langsung ciut dan tergetar tatkala Indra yang berada dihadapannya tertawa penuh dengan kemenangan, “Hahaha….malam ini kamu jadi pemuasku, gadis cantik”. Keringatpun langsung mengucur deras membasahi tubuh Sheila, wajahnya nampak tersirat rasa takut yang dalam, dia menyadari betul akan apa-apa yang bakal terjadi terhadap dirinya.

Disaat seperti inilah dia menyadari betul akan ketidak berdayaan dirinya, rasa sesal mulai hadir didalam hatinya, akan sikap- sikapnya yang tidak berhati-hati terhadap Indra. Kini dihadapan Sheila, Indra mulai melepaskan baju kumalnya satu persatu hingga akhirnya telanjang bulat. Walaupun telah berusia setengah abad lebih, namun karena pekerjaannya sebagai buruh kasar maka Indra memiliki tubuh yang atletis, badannya hitam legam dan kekar, beberapa buah tatto menghiasi dadanya yang bidang itu. Isak tangis mulai keluar dari mulut Sheila, disaat Indra mulai mendekat ketubuhnya.

Tangan kanannya memegang batang kemaluannya yang telah tegak berdiri itu dan diarahkannya kewajah Sheila. Melihat ini Sheila berusaha memalingkan wajahnya, namun tangan kiri Indra secepat kilat mencengkram erat kepala Sheila dan mengalihkannya lagi persis menghadap ke batang kemaluannya.. Dan setelah itu dioles-oleskannya batang kemaluannya itu diwajah Sheila, dengan tubuh yang bergetar Sheila hanya bisa memejamkan matanya dengan erat karena merasa ngeri dan jijik diperlakukan seperti itu.

Sementara kepala tidak bisa bergerak-gerak karena dicengkraman erat oleh tangan Indra. “Ahhh…. perkenalkan rudal gue ini sayang….. akhhh….” ujarnya sambil terus mengoles-oleskan batang kemaluannya diwajah Sheila, memutar-mutar dibagian pipi, dibagian mata, dahi dan hidungnya.

Melalui batang kemaluannya itu Indra tengah menikmati kehalusan wajah Sheila. “Hai cantik !….sekarang sudah kenal kan dengan kontol gue ini, seberapa mahal sih wajah cantik elo itu hah ? sekarang kena deh ama kontol gue ini….”, sambungnya. Setelah puas dengan itu, kini Indra mendorong tubuh Sheila hingga kembali terjatuh kekasurnya.

Sejenak dikaguminya tubuh Sheila yang tergolek tak berdaya ditempat tidurnya itu. Baju seragam pramugarinya masih melekat rapi dibadannya. Baju dalaman putih dengan dasi kupu-kupu berwarna biru ditutup oleh blazer yang berwarna kuning tua serta rok pendeknya yang berwarna biru seolah semakin membangkitkan birahi Indra, apalagi roknya agak tersingkap hingga pahanya yang putih mulus itu terlihat.

Rambutnya yang panjang sebahu masih digelung sementara itu topi pramugarinya telah tergeletak jatuh disaat penyergapan lagi. “Hmmpphhh… mmhhh…”, sepertinya Sheila ingin mengucapkan sesuatu kepadanya, tapi apa perdulinya paling-paling cuma permintaan ampun dan belas kasihan.

Tanpa membuang waktu lagi kini diputarnya tubuh Sheila menjadi tengkurap, kedua tangannya yang terikat kebelakang menempel dipunggung sementara dada dan wajahnya menyentuh kasur. Kedua tangan kasar Indra itu kini mengusap-usap bagian pantat Sheila, dirasakan olehnya pantat Sheila yang sekal.

Sesekali tangannya menyabet bagian itu bagai seorang ibu yang tengah menyabet pantat anaknya yang nakal “Plak…Plak…”. “Wah sekal sekali pantatmu…”, ujar Indra sambil terus mengusap-usap dan memijit- mijit pantat Sheila. Sheila hanya diam pasrah, sementara tangisannya terus terdengar.

Tangisnya terdengar semakin keras ketika tangan kanan Indra secara perlahan-lahan mengusap kaki Sheila mulai dari betis naik terus kebagian paha dan akhirnya menyusup masuk kedalam roknya hingga menyentuh kebagian selangkangannya. Sesampainya dibagian itu, salah satu jari tangan kanan Indra, yaitu jari tengahnya menyusup masuk kecelana dalamnya dan langsung menyentuh kemaluannya.

Kontan saja hal ini membuat badan Sheila agak menggeliat, dia mulai sedikit meronta-ronta, namun jari tengah Indra tadi langsung menusuk lobang kemaluan Sheila. “Egghhmmmmm…….”, Sheila menjerit badannya mengejang tatkala jari telunjuk Indra masuk kedalam liang kewanitaannya itu.

Badan Sheilapun langsung menggeliat- geliat seperti cacing kepanasan, ketika Indra memainkan jarinya itu didalam lobang kemaluan Sheila. Dengan tersenyum terus dikorek- koreknyalah lobang kemaluan Sheila, sementara itu badan Sheila menggeliat-geliat jadinya, matanya merem-melek, mulutnya mengeluarkan rintihan- rintihan yang teredam oleh kain yang menyumpal mulutnya itu “Ehhmmmppphhh…. mmpphhhh…..”.

Setelah beberapa menit lamanya, kemaluan Sheilapun menjadi basah oleh cairan kewanitaannya, Indra kemudian mencabut jarinya. Tubuh Sheilapun dibalik sehingga posisinya terlentang. Setelah itu roknya disingkapkan keatas hingga rok itu melingkar dipinggulnya dan celana dalamnya yang berwarna putih itu ditariknya hingga bagian bawah Sheila kini telanjang.

Terlihat oleh Indra, kemaluan Sheila yang indah, sedikit bulu-bulu tipis yang tumbuh mengitari lobang kemaluannya yang telah membengkak itu. Dengan bernafsunya direntangkan kedua kaki Sheila hingga mengangkang setelah itu ditekuknya hingga kedua pahanya menyentuh ke bagian dada.

Wajah Sheila semakin tegang, tubuhnya gentar, seragam pramugarinyapun telah basah oleh keringat yang deras membanjiri tubuhnya, Indra bersiap-siap melakukan penetrasi ketubuh Sheila. “Hmmmmpphhh………. hhhhhmmmmppp…. ..”, Sheila menjerit dengan tubuhnya yang mengejang ketika Indra mulai menanamkan batang kemaluannya didalam lobang kemaluan Sheila. Matanya terbelalak menahan rasa sakit dikemaluannya, tubuhnya menggeliat-geliat sementara Indra terus berusaha menancapkan seluruh batang kemaluannya.

Memang agak sulit selain Sheila masih perawan, usianyapun masih tergolong muda sehingga kemaluannya masih sangat sempit. Akhirnya dengan sekuat tenaganya, Indra berhasil menanamkan seluruh batang kemaluannya didalam vagina Sheila. Tubuh Sheila berguncang-guncang disaat itu karena dia menangis merasakan sakit dan pedih tak terkirakan dikemaluannya itu.

Dia pun menyadari bahwa malam itu keperawanannya akhirnya terenggut oleh Indra. “Ahh….kena kau sekarang !!! akhirnya Gue berhasil mendapatkan perawan elo !”, bisiknya ketelinga Sheila. Hujanpun semakin deras, suara guntur membahana memiawakkan telinga. Karena ingin mendengar suara rintihan gadis yang telah ditaklukkannya itu, dibukannya kain yang sejak tadi menyumpal mulut Sheila. “Oouuhhh….. baang…. saakiitt… banngg…. amp uunn …”, rintih Sheila dengan suara yang megap- megap.

Jelas Indra tidak perduli. Dia malahan langsung menggenjot tubuhnya memopakan batang kemaluannya keluar masuk lobang kemaluan Sheila. “Aakkhh…. ooohhhh…. oouuhhhh…. ooohhhggh… .”, Sheila merintih-rintih, disaat tubuhnya digenjot oleh Indra, badannyapun semakin menggeliat-geliat.

Tidak disadarinya justru badannya yang menggeliat-geliat itu malah memancing nafsu Indra, karena dengan begitu otot-otot dinding vaginanya malah semakin ikut mengurut-urut batang kemaluan Indra yang tertanam didalamnya, karenanya Indra merasa semakin nikmat. Menit-menitpun berlalu dengan cepat, masih dengan sekuat tenaga Indra terus menggenjot tubuh Sheila, Sheilapun nampak semakin kepayahan karena sekian lamanya Indra menggenjot tubuhnya.

Rasa pedih dan sakitnya seolah telah hilang, erangan dan rintihanpun kini melemah, matanya mulai setengah tertutup dan hanya bagian putihnya saja yang terlihat, sementara itu bibirnya menganga mengeluarkan alunan-alunan rintihan lemah, “Ahhh….. ahhhh… oouuhhhh…”. Dan akhirnya Indrapun berejakulasi di lobang kemaluan Sheila, kemaluannya menyemburkan cairan kental yang luar biasa banyaknya memenuhi rahim Sheila. “A..aakkhhh…..”, sambil mengejan Indra melolong panjang bak srigala, tubuhnya mengeras dengan kepala menengadah keatas.

Puas sudah dia menyetubuhi Sheila, rasa puasnya berlipat-lipat baik itu puas karena telah mencapai klimaks dalam seksnya, puas dalam menaklukan Sheila, puas dalam merobek keperawanan Sheila dan puas dalam memberi pelajaran kepada gadis cantik itu. Sheila menyambutnya dengan mata yang secara tiba-tiba terbelalak, dia sadar bahwa pasangannya telah berejakulasi karena disakannya ada cairan-cairan hangat yang menyembur membanjiri vaginanya.

Cairan kental hangat yang bercampur darah itu memenuhi lobang kemaluan Sheila sampai sampai meluber keluar membasahi paha dan sprei kasur. Sheila yang menyadari itu semua, mulai menangis namun kini tubuhnya sudah lemah sekali. Dengan mendesah puas Indra merebahkan tubuhnya diatas tubuh Sheila, kini kedua tubuh itu jatuh lunglai bagai tak bertulang.

Tubuh Indra nampak terguncang-guncang sebagai akibat dari isak tangis dari Sheila yang tubuhnya tertindih tubuh Indra. Setelah beberapa menit membiarkan batang kemaluannya tertanam dilobang kemaluan Sheila, kini Indra mencabutnya seraya bangkit dari tubuh Sheila. Badannya berlutut mengangkangi tubuh lunglai Sheila yang terlentang, kemaluannya yang nampak sudah melemas itu kembali sedikit- demi sedikit menegang disaat merapat kewajah Sheila.

Dikala sudah benar-benar menegang, tangan kanan Indra sekonyong-konyong meraih kepala Sheila. Sheila yang masih meringis-ringis dan menangis tersedu-sedu itu, terkejut dengan tindakan Indra. Terlebih-lebih melihat batang kemaluan Indra yang telah menegang itu berkedudukan persis dihadapan wajahnya.

Belum lagi sempat menjerit, Indra sudah mencekoki mulutnya dengan batang kemaluannya. Walau Sheila berusaha berontak namun akhirnya Indra berhasil menanamkan penisnya itu kemulut Sheila. Nampak Sheila seperti akan muntah, karena mulutnya merasakan batang kemaluan Indra yang masih basah oleh cairan sperma itu.

Setelah itu Indra kembali memopakan batang kemaluannya didalam rongga mulut Sheila, wajah Sheila memerah jadinya, matanya melotot, sesekali dia terbatuk-batuk dan akan muntah. Namun Indra dengan santainya terus memompakan keluar masuk didalam mulut Sheila, sesekali juga dengan gerakan memutar-mutar. “Aahhhh….”, sambil memejamkan mata Indra merasakan kembali kenikmatan di batang kemaluannya itu mengalir kesekujur tubuhnya.

Rasa dingin, basah dan geli dirasakannya dibatang kemaluannya. Dan akhirnya, “Oouuuuhhhh… Sheila… sayanggg… ..”, Indra mendesah panjang ketika kembali batang kemaluannya berejakulasi yang kini dimulut Sheila. Dengan terbatuk-batuk Sheila menerimanya, walau sperma yang dimuntahkan oleh Indra jumlahnya tidak banyak namun cukup memenuhi rongga mulut Sheila hingga meluber membasahi pipinya.

Setelah memuntahkan spermanya Indra mencabut batang kemaluannya dari mulut Sheila, dan Sheilapun langsung muntah-muntah dan batuk-batuk dia nampak berusaha untuk mengeluarkan cairan-cairan itu namun sebagian besar sperma Indra tadi telah mengalir masuk ketenggorokannya.

Saat ini wajah Sheila sudah acak- acakan akan tetapi kecantikannya masih terlihat, karena memang kecantikan dirinya adalah kecantikan yang alami sehingga dalam kondisi apapun selalu cantik adanya. Dengan wajah puas sambil menyadarkan tubuhnya didinding kasur, Indrapun menyeringai melihat Sheila yang masih terbatuk-batuk.

Indra memutuskan untuk beristirahat sejenak, mengumpulkan kembali tenaganya. Sementara itu tubuh Sheila meringkuk dikasur sambil terisak-isak. Waktupun berlalu, jam didinding kamar Sheila telah menunjukkan pukul 1 dinihari. Sambil santai Indrapun menyempatkan diri mengorek-ngorek isi laci lemari Sheila yang terletak disamping tempat tidur.

Dilihatnya album foto- foto pribadi milik Sheila, nampak wajah-wajah cantik Sheila menghiasi isi album itu, Sheila yang anggun dalam pakaian seragam pramugarinya, nampak cantik juga dengan baju muslimnya lengkap dengan cairan kental ketika foto bersama keluarganya saat lebaran kemarin dikota asalnya yaitu Bandung.

Kini gadis cantik itu tergolek lemah dihadapannya, setengah badannya telanjang, kemaluannya nampak membengkak. Selain itu, ditemukan pula beberapa lembar uang yang berjumlah 2 jutaan lebih serta perhiasan emas didalam laci itu, dengan tersenyum Indra memasukkan itu semua kedalam kantung celana lusuhnya, “Sambil menyelam minum air”, batinnya. Setelah setengah jam lamanya Indra bersitirahat, kini dia bangkit mendekati tubuh Sheila.

Diambilnya sebuah gunting besar yang dia temukan tadi didalam laci. Dan setelah itu dengan gunting itu, dia melucuti baju seragam pramugari Sheila satu persatu. Singkatnya kini tubuh Sheila telah telanjang bulat, rambutnyapun yang hitam lurus dan panjang sebahu yang tadi digelung rapi kini digerai oleh Indra sehingga menambah keindahan menghiasi punggung Sheila.

Sejenak Indra mengagumi keindahan tubuh Sheila, kulitnya putih bersih, pinggangnya ramping, payudaranya yang tidak terlalu besar, kemaluannya yang walau nampak bengkak namun masih terlihat indah menghias selangkangan Sheila. Tubuh Sheila nampak penuh dengan kepasrahan, badannya kembali tergetar menantikan akan apa-apa yang akan terjadi terhadap dirinya.

Sementara itu hujan diluar masih turun dengan derasnya, udara dingin mulai masuk kedalam kamar yang tidak terlalu besar itu. Udara dingin itulah yang kembali membangkitkan nafsu birahi Indra. Setelah hampir sejam lamanya memberi istirahat kepada batang kemaluannya kini batang kemaluannya kembali menegang.

Dihampirinya tubuh telanjang Sheila, “Yaa…ampuunnn bangg…udah dong….Sheila minta ampunn bangg…oohhh….”, Sheila nampak memelas memohon-mohon kepada Indra. Indra hanya tersenyum saja mendengar itu semua, dia mulai meraih badan Sheila. Kini dibaliknya tubuh telanjang Sheila itu hingga dalam posisi tengkurap.

Setelah itu ditariknya tubuh itu hingga ditepi tempat tidur, sehingga kedua lutut Sheila menyentuh lantai sementara dadanya masih menempel kasur dipinggiran tempat tidur, Indrapun berada dibelakang Sheila dengan posisi menghadap punggung Sheila. Setelah itu kembali direntangkannya kedua kaki Sheila selebar bahu, dan…. “Aaaaaaaaakkkkhh………”, Sheila melolong panjang, badannya mengejang dan terangkat dari tempat tidur disaat Indra menanamkan batang kemaluannya didalam lobang anus Sheila.

Rasa sakit tiada tara kembali dirasakan didaerah selangkangannya, dengan agak susah payah kembali Indra berhasil menanamkan batang kemaluannya didalam lobang anus Sheila. Setelah itu tubuh Sheilapun kembali disodok-sodok, kedua tangan Indra meraih payudara Sheila serta meremas-remasnya.

Setengah jam lamnya Indra menyodomi Sheila, waktu yang lama bagi Sheila yang semakin tersiksa itu. “Eegghhh…. aakkhhh…. oohhh…”, dengan mata merem-melek serta tubuh tersodok- sodok Sheila merintih-rintih, sementara itu kedua payudaranya diremas-remas oleh kedua tangan Indra.

Indra kembali merasakan akan mendapatkan klimaks, dengan gerakan secepat kilat dicabutnya batang kemaluan itu dari lobang anus Sheila dan dibaliklah tubuh Sheila itu hingga kini posisinya terlentang. Secepat kilatpula dia yang kini berada diatas tubuh Sheila menghujamkan batang kemaluannya kembali didalam vagina Sheila. “Oouuffffhhh……”, Sheila merintih dikala Indra menanamkan batang kemaluannya itu.

Tidak lama setelah Indra memompakan kemaluannya didalam liang vagina Sheila “CCREETT…. CCRROOOT… CROOTT…”, kembali penis Indra memuntahkan sperma membasahi rongga vagina Sheila, dan Sheilapun terjatuh tak sadarkan diri. Fajar telah menjelang, Indra nampak meninggalkan kamar kost Sheila dengan tersenyum penuh dengan kemenangan.

Sebatang rokok menemaninya dalam perjalanannya kesebuah stasiun bus antar kota, sementara itu sakunya penuh dengan lembaran uang dan perhiasan emas. Entah apa yang akan terjadi dengan Sheila sang pramugari cantik imut-imut itu, apakah dia masih menjual mahal dirinya. Entahlah, yang jelas setelah dia berhasil menikmati gadis cantik itu, hal itu bukan urusannya lagi

TAMAT
Read More

Thursday, August 24, 2017

Asmara Di Ruang Komputer




Hampir tidak percaya bahwa hari telah larut malam. Aku masih berada di ruang komputer kampus sendirian. Pegal rasanya seharian menulis tugas yang harus diserahkan besok pagi. Untunglah akhirnya selesai juga. Sambil melepas lelah iseng-iseng aku buka internet dan masuk ke situs-situs porno.

Aku membuka gambar-gambar orang bersenggama lewat anus. Mula-mula terasa aneh, tapi makin lama aku merasakan fantasi lain. Aku merasakan erangan perempuan yang kesakitan karena lubang duburnya yang sempit ditembus dengan kemaluan yang mengeras. Ah.. khayalanku semakin jauh.

Tiba-tiba aku dikagetkan dengan suara pintu ruangan membuka dan menutup. Hii.. aku lihat sudah jam 22:30, malam-malam begini pikiranku jadi membayangkan hal-hal menakutkan. Tapi kemudian aku dikagetkan lagi ketika melihat seorang perempuan membawa map berisi beberapa lembar kertas dan dua buah buku tipis masuk kemudian menaruhnya di sebelah komputer, lalu menyalakan komputer dan mengetik.

Komputernya terhalang tiga meja komputer di sebelahku. Aku jadi lega, sekarang ada teman, walaupun dia tidak memperhatikan aku sama sekali. Aku perhatikan dari samping, wajahnya manis dengan hidung yang kecil dan mancung. Kulitnya tidak terlalu putih, tapi mulus dengan jaket jeans lengan pendek yang dikenakannya, dia tampak cantik.

Tapi, akh peduli amat. Aku melanjutkan buka-buka situs tadi, anganku semakin menerawang, kemaluanku agak menegang. Dan akhirnya aku melirik pada perempuan di ruangan itu, dan langsung aku melirik pantatnya. Besar! pikirku. Tiba-tiba saja aku membayang kalau kemaluanku merobek-robek pantatnya yang menggiurkan itu.

Aku jadi deg-degan, semakin dibayangkan semakin menjadi-jadi kemaluanku menegang. Sampai akhirnya aku nekat mendekati dia. Aku mencoba menenangkan diriku agar tampak normal. “Ma’af.. sedang mengerjakan tugas?” suaraku sedikit bergetar. Dia melirikku sebentar lalu matanya tertuju lagi ke layar komputer, sambil menjawab, “Iya.. Mas.. aku kelupaan menuliskan beberapa judul buku dalam daftar kepustakaan, cuma dikit kok.” “Rumahnya deket sini?” “Iya di asrama, dan saya biasa kerja malam-malam begini,” jawabnya. “Nah.. selesai deh,” dia membereskan kertas-kertas, lalu terdengar suara mesin printer bekerja.

Dia mengambil hasilnya dan kelihatan puas. “Bisa pulang sama-sama?” aku bertanya sambil mataku sebentar-sebentar mencuri pandang ke arah pantatnya yang kelihatan besar membayang dibalik celana trainning kain parasitnya. Aduh, dadaku mendesir. “Sebentar aku tutup dulu komputerku ya..” Aku bergegas pergi ke komputerku. “Mas sedang ngerjakan apaan?” Aku kaget tidak menyangka kalau dia mengikuti aku. “Ah.. ini.. iseng-iseng aja buka-buka internet, capek sih ngetik serius terus dari tadi.” “Eh.. gambar-gambar gituan yaa? Hi ih!” dia mengangkat bahunya, tapi mulutnya tersenyum. “Ah.. iseng-iseng aja.. Mau ikutan liat-liat?” tiba-tiba keberanianku muncul. Dan di luar dugaan dia tidak menolak. “Tapi bentar aja yaa.. entar keburu malam!” dia langsung duduk di kursi sebelahku.

Makin lama kami makin asyik buka-buka gambar porno, sampai akhirnya, “Aku mau pulang deh Mas. Udah malem.. Aku bisa pulang sedirian.. deket kok.” Dia siap berdiri. Tapi dengan reflek tanganku cepat memegang pergelangannya. Dia terkejut. Aku sudah tidak memperdulikan apa-apa lagi, kecuali mempraktekkan gambar-gambar yang dilihat tadi.

Kemaluanku sudah menegang. Tanpa basa basi aku langsung menduduki pahanya dan langsung melumat bibirnya. “Umh.. mh..” dia berusaha meronta dan menarik kepalanya ke belakang, tapi tangan kiriku cepat menahan belakang kepalanya, sementara tangan kananku sudah memegang buah dadanya, memutar-mutar, dan meremas-remas putingnya.

Gerakan perempuan itu makin lama makin lemah, akhirnya aku berani melepaskan ciumanku, dan beralih menciumi bagian-bagian tubuh lain, leher, belakang telinga, kembali ke leher, lalu turun ke bagian belahan buah dadanya. Aku melihat dia juga menikmatinya. Matanya mulai sayu, bibirnya terbuka merekah. “Namamu siapa?” aku tampaknya agak bisa mengendalikan keadaan.

Dia tidak menjawab, hanya matanya yang sayu itu memandang kepadaku. Aku tidak mengerti maksudnya. Tapi ah tidak perduli aku mengangkat berdiri tubuhnya, lalu aku duduk di kursi, kutarik badannya dan dia duduk di pangkuanku. “Ehh.. hh..” dia berdesah ketika kepalaku menyeruduk buah dada yang masih terhalang T-shirt merah muda di balik jaket jeans yang terbuka kancingnya.

Tanganku segera menaikkan kaosnya, sehingga tampak bagian bawah dadanya yang masih berada di balik BH. Kunaikkan BH-nya tanpa melepas, dan kembali mulutku beraksi pada putingnya, sementara tanganku meremas-remas pantatnya dan pahanya. “Oohh.. Mas.. Mas.. Aoohh..” aku semakin menggila mendengar desahnya.

Lalu aku ingin melaksanakan niatku untuk menembuskan batang kemaluanku ke pantatnya. Kubalikkan badannya sehingga dia membelakangiku. Aku pun berdiri dan menurunkan celana trainingnya dengan mudah. Dengan tidak sabar celana dalamnya pun segera kuturunkan.

Aku duduk dan kutarik badannya sehingga pantatnya menduduki kemaluanku. “Aghh.. Uhh” aku terkejut karena kemaluanku yang sedang menegang itu rasanya mau patah diduduki pantatnya. Tapi nafsuku menghilangkan rasa sakit itu. Aku genggam kemaluanku dan kutempelkan ke lubang duburnya, lalu kutekan. “Aaah..” dia menjerit, tubuhnya mengejang ke belakang.

Tapi kemaluanku tidak bisa masuk. Terlalu sempit lubangnya. Keberingasanku makin menjadi. Aku dorong tubuhnya sehingga posisi badannya membungkuk pada meja komputer. Pantatnya kelihatan jelas, bulat. Pelukanku dari belakang tubuhnya membuat dia tertindih di meja. Kutempelkan kemaluanku pada lubang pantatnya.

Sementara tangan kiriku meremas buah dada kirinya. Mulutku pun tidak henti-hentinya menggerayangi bagian belakang leher dan punggungnya. Dengan sekali hentak paksa, kudorong masuk kemaluanku. “Aih.. ah uh aoowww..” aku pun mersa sedikit kesakitan, tapi kenikmatan yang tiada taranya kurasakan. “Jangan.. aduh aahh sakiit, tidak deh.. ahh..”

Aku semakin bernafsu mendengar rintihannya. Sambil memeluk buah dadanya., kutarik dia berdiri. Lalu aku pun menggerakan kemaluanku maju mundur, mulutku menciumi pipinya dari samping belakang, sementara tanganku meremas buah dadanya, seolah-olah ingin menghancur lumatkan tubuh perempuan yang sintal itu.

Perempuan itu tidak henti-hentinya merintih, terutama ketika kemaluanku kudorong masuk. Beberapa tetes air mata menggelinding di pipinya. Mungkin kesakitan, aku tidak tahu. Tapi apa daya aku pun sudah tidak kuat menahan keluar air maniku lagi dan tubuhku mengejang, perempuan itupun mengejang dan merintih, karena tanganku dengan sangat keras meremas buah dadanya.

Badannya ikut tertarik ke belakang, dan mulutku tanpa terasa menggigit lehernya. “Ouhh.. hh..” kenikmatan luar biasa ketika kemaluanku menyemburkan air maniku ke pantatnya. Hangat sekali. Aku terduduk dia pun terduduk di atas kemaluanku yang masih menancap di pantatnya. Kepalaku terkulai di punggungnya.

Perempuan itu memandang ke arah layar komputer dengan pandangan kosong. Sementara tetes air matanya masih terus membasahi pipinya. “Ma’afkan aku.. Aku tidak kuat nahan diri,” aku mencoba menghiburnya. Tapi dia tidak menjawab. “Siapa namamu?” tanyaku dengan lembut. Kembali dia membisu. “Aku mau pulang.. kamu tidak perlu nganter aku.. biar orang-orang tidak tanya macem-macem,” katanya dengan suara perlahan. “Aku sebenarnya tau siapa kamu.. Mas,” dia berbicara tanpa menoleh ke arahku. “Ha.. aku..” aku tekejut. “Ya.. karena aku temen baru pacarmu, Yuni, aku pernah liat foto-fotomu di tempat dia.” Kali ini dia menatapku dengan tajam. “Tapi.. aku sama sekali tidak nyangka kelakuanmu seperti ini,” selesai dia menaikkan celana dan membetulkan BH dan T-shirtnya. “Tapi tidak usah khawatir aku tidak bakalan cerita kejadian ini, aku takut ini akan melukai hatinya. Dia setia sama kamu,” lanjutnya. “Kamu tidak.. kasian ama dia?”

Aku terdiam, termangu, bahkan tidak menyadari kalau dia sudah berlalu. Akhir-akhir ini aku tahu nama gadis itu Rani, memang dia teman pacarku, Yuni. Aku menyesali perbuatanku. Rani tetap baik pada kami berdua. Kami bahkan menjadi kawan akrab. Seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Entah sampai kapan dia akan menyimpan rahasia ini. Aku kadang-kadang khawatir, kadang-kadang juga memandang iba pada Rani. Oh, aku telah menghancurkan gadis yang tulus.

TAMAT
Read More