Showing posts with label setengah baya. Show all posts
Showing posts with label setengah baya. Show all posts

Tuesday, June 4, 2013

Kerinduan Yang Terobati

Tanggal 25 Oktober 2003 malam adalah merupakan malam yang penuh bahagia sekaligus ujian berat bagiku. Sari salah seorang mantan pacarku waktu di SMP sebagaimana telah kuceritakan tempo hari mengenai pertarunganku dengan dia di atas selembar papan penyangga meja belajarnya sewaktu kami belajar bersama di rumahnya. Kemudian kami aku lanjutkan bersama mamanya di lantai cucian sumur tua di tengah sawah. Hampir 10 tahun sudah, aku tidak pernah mengetahui kabar beritanya, apalagi berhubungan dengannya.

Jantungku terasa hampir copot dan pikiranku tiba-tiba terasa kacau ketika aku menerima telepon sewaktu kami sekeluarga sedang menyantap hidangan ayam, malam itu.
"Halo, betul ini rumahnya Pak Aidit dan bisa bicara dengannya?" katanya lewat telepon.
"Yah betul, dan saya sendiri. Siapa ini yah?" jawabku dalam telepon.
"Ha ha ha, rupanya Kak Aidit ini sudah lupa denganku yah atau sudah sombong karena sudah tenang kehidupannya sekarang?" tawanya menyindir.
"Maaf aku tidak pernah miliki watak seperti itu, lalu anda ini siapa?" kataku benar-benar bingung dan tidak tahu bicara dengan siapa.


"Okelah, jika memang kamu sama sekali tidak mengetahui siapa diriku, aku akan jelaskan. Masih ingatkah peristiwa 20 tahun yang lalu ketika kita belajar bersama di rumahku, lalu kita.." belum ia sempat selesai mengingatkanku, aku tiba-tiba mengingatnya peristiwa yang dimaksud.
"Oh yah, aku hampir lupa. Lalu peristiwanya sudah lama sekali" kataku sambil mengurangi volume suaraku dan aku tiba-tiba tersentak ketika.
"Dari siapa itu Kang dan peristiwa apa yang dimaksudkannya" istriku tiba-tiba bertanya padaku sambil tercengang mendengarkan pembicaraan kami lewat telepon.

Tapi aku tidak segera menjawab pertanyaannya, melainkan aku terus melanjutkan pembicaraan kami di telepon, sambil kuangkat sebelah tangan mengarah ke istriku agar ia sabar sebentar.
"Di mana kamu sekarang?" tanyaku sama Sari biar cepat jelas.
"Saya ada di Wisma Mariana kamar no.7 kutunggu sekarang, ada sesuatu yang penting saya bicarakan dengan kamu dan.." jawabnya, lalu saya tutup telepon sebelum ia selesaikan bicaranya.

Setelah aku duduk kembali meneruskan makan di depan istriku, nampaknya istriku sudah tidak sabar lagi ingin mengetahui penelpon dan peristiwa yang dimaksud tadi. Bahkan ia sempat menghentikan makannya sejenak.
"Siapa itu tadi Kang, mau apa dia dan apa urusannya denganmu?" tanya istriku serius sekali, bahkan nampak ada rasa cemburu di wajahnya.
"Oh, itu tadi teman lamaku yang baru pulang dari Jakarta. Katanya ada program bisnis baru yang akan ditawarkan padaku. Jadi ia minta aku datang ke rumahnya karena kangen sekali denganku sekaligus membahas soal program bisnis baru itu" jawabku berbohong agar ia tidak curiga.
"Teman wanita atau pria?" tanyanya penbuh kekhawatiran.
"Masa sih teman wanita mengajak ke rumahnya malam-malam begini" kataku.
"Tapi kedengarannya tadi di telepon suara wanita Kang" kata istriku.
"Oh, memang suaranya dari dulu begitu. Seperti suara wanita" lagi-lagi aku berbohong sama istri biar dia tidak melarangku menemuinya.

Sehabis kami makan, aku mengganti pakaian setelah duduk sejenak, lalu pamit sama istri untuk menemui penelpon tadi. Istri nampaknya sudah tidak ada rasa cemburu dan curiga lagi setelah aku jelaskan tadi.
"Kang, jangan terlalu larut malam pulangnya yah" pinta istriku ketika aku mulai stater motor vespaku.
"Namanya saja teman yang lama sekali tidak ketemu, tentu banyak hal yang kami bicarakan, apalagi soal bisnis tawarannya itu. Jadi kita lihat saja nanti. Kalaupun pembicaraanku panjang lebar dan belum selesai hingga larut malam, maka silahkan dikunci pintunya, sebab mungkin kami tidur bersama di rumahnya untuk saling melepaskan rasa kangen kami" penjelasanku pada istri biar ia tidak meragukanku lagi.

Setelah aku tiba dan menanyakan kamar Sari di Wisma itu, aku lalu diantar oleh salah seorang pelayan laki-laki Wisma itu. Kamar Sari ternyata tidak tertutup menunggu kedatanganku.
"Hei, jam berapa kamu tiba di kota ini dan ada urusan apa sampai ngingap segala di Wisma ini. Nampaknya ada urusan penting yah? Kenapa tidak langsung ke rumah saja?" serentetan pertanyaan itu aku lontarkan pada Sari ketika aku sudah berdiri di depan pintu kamarnya.
Ia nampak kebingunan menjawabnya satu persatu, sehingga ia hanya tersenyum sambil melambaikan tangannya ke arahku memanggilku masuk.
"Mari masuk Kak, aku sangat merindukanmu. Sudah lama kucari alamatmu dan ingin bertemu denganmu, tapi baru kali ini aku sempat. Maklum daerah tempat tinggalku terlalu jauh dari sini, sehingga sulit sekali kita saling bertemu" katanya sambil tersenyum seolah gembira sekali.

Aku langsung duduk di tepi rosban yang dilapisi kasur empuk, sementara sambil ia teruskan pembicaraannya, Sari berjalan ke arah pintu lalu menutup serta menguncinya dengan rapat seolah ia tidak membiarkan aku kembali dengan cepat atau mungkin ia inginkan aku menemaninya terus dalam kamar itu sampai segala urusannya selesai.
"Tadinya aku ragu dan takut meneleponmu karena jangan sampai istrimu marah dan curiga, sehingga malah menghalangi pertemuan kita. Tapi tetap aku coba siapa tahu bisa berhasil, ternyata betul berhasil" katanya sambil duduk sekitar 30 cm dari tempat di mana aku duduk.
"Akupun tadi kaget dan merasa takut ketahuan istri ketika kuterima teleponmu. Untung aku masih bisa buat alasan yang bisa yakinkan dia" kataku menceritakan kegiatan kami di rumah saat ia menelpon tadi.

"Kamu betul-betul bersifat ular dan masih licik seperti dulu. Kukira kamu sudah insaf dan banyak berubah karena sudah beristri yang cantik, malah sudah punya 3 orang anak lagi. Ternyata sifatmu tidak banyak berobah, meskipun usiamu sudah lanjut. Apa jadinya kira-kira jika istrimu tahu soal pertemuan kita di wisma ini. Aku tidak mau nanggung resikonya dan tidak tega melihat rumah tanggamu hancur seperti yang kami alami saat ini" komentarnya panjang lebar sambil mencubit pinggangku lalu sedikit bersedih, bahkan sempat keluar air matanya.

"Maaf Sari, aku tidak dapat dan tidak mungkin melupakan peristiwa bersejarah kita yang penuh kenikmatan 20 tahun yang lalu itu. Sayang nasib yang memisahkan kita sehingga kita tidak berjodoh. Tapi sudahlah semua itu adalah takdir yang harus kita terima. Sekarang kita lupakan saja semua itu, kita memikirkan dan menikmati pertemuan kita ini".

"Kak, aku sangat merindukanmu. Jauh-jauh aku datang dari Banjarmasin tempat aku berdomisili saat ini hanya untuk bertemu denganmu" katanya sambil merapatkan tubuhnya ke tubuhku, bahkan bersandar di bahuku.
"Aku juga demikian sayang. Makanya apapun resikonya, aku tetap berusaha menemuimu di tempat ini. Aku sama sekali tidak bisa merasakan kebahagiaan dan kenikmatan yang sama ketika kita belajar bersama di rumahmu tempo hari" sambungku sambil memeluk tubuhnya, malah membelai rambutnya yang agak panjang dan terasa harum.

Ia tidak hanya bersandar dibahuku, tapi kali ini ia berbaring di atas kedua pahaku, sehingga aku mengelus-elus pipi dan kelopak matanya yang terasa sedikit basah. Entah karena sedih atau bahagia, tapi yang jelas air mata itu terasa hangat. Untuk membuktikan kasih sayang dan kerinduanku, aku mencoba mengecup pipinya yang putih bersih itu, sehingga ia menarik kepalaku lebih rapat lagi seolah ia tidak ingin aku menarik kecupanku itu.

"Kak, aku telah mengetahui seluruh keadaanmu sekarang ini dari mamaku di kampung, termasuk no. teleponmu. Apa kamu tidak ingin atau tidak mau ketahui keadaanku saat ini Kak?" tanyanya tiba-tiba sambil mengangkat kepalanya dan menatap wajahku.
"Oh yah, sempat kudengar tadi dari ucapanmu bahwa kamu tidak ingin melihat rumah tanggaku hancur seperti rumah tanggamu. Kapan kamu berumah tangga dan apa memang kamu kurang harmonis?" tanyaku padanya.
"Itulah Kak nasib buruk yang menimpaku. Tak lama setelah kuketahui bahwa kamu telah beristri, akupun frustrasi dan bergaul dengan banyak lelaki. Hingga akhirnya seorang lelaki seusiamu melamarku lalu aku terima menjadi suamiku. Tiga Bulan kemudian kuketahui bahwa ia ternyata sudah memiliki istri sebelumku, malah sudah punya seorang anak. Aku tinggalkan dia dan menuntut cerai, tapi ia tetap tidak mau ceraikan aku. Aku lalu ke Banjarmasin dan tinggal di rumah sepupuku. Enam Bulan kemudian, tanpa bekal surat cerai aku menerima lamaran seorang pria yang usianya jauh lebih mudah di bawah usiaku" ulasannya panjang lebar.

Aku sangat tertarik mendengar pengalamannya itu, sehingga belum aku sempat mengomentari penjelasannya itu, ia terus cerita pengalamannya.
"Sialnya Kak, belum cukup satu tahun perkawinan kami itu, pria yang jadi suamiku itu kawin lagi dengan wanita Banjar sesukunya karena dipaksa oleh keluarganya dan tidak direstui perkawinannya denganku. Aku sakit sekali dan ingin rasanya bunuh diri, tapi tiba-tiba aku teringat dengan kebahagiaan yang pernah kualami 10 tahun lalu bersama Kak, sehingga aku bertekat untuk menemui Kakak dengan harapan kalau-kalau kebahagaian dan kasih sayang itu masih bisa kunikmati kembali sebelum aku meninggalkan dunia yang fana ini. Itulah yang mendorongku ke sini Kak" ceritanya panjang lebar sambil meneteskan airmata di pangkuanku.

"Sabar sayang, jangan putus asa. Masih banyak kebahagiaan dan kenikmatan hidup yang bisa kita alami jika kita masih hidup. Semua itu adalah ujian yang tak bisa dihindari. Buktinya kan aku ini masih menyayangimu, mencintaimu, merindukanmu dan.." belum aku selesaikan ucapanku, ia tiba-tiba menutup mulutku dengan tangannya, lalu
"Jangan diteruskan Kak, aku takut menyakiti hati istrimu dan merusak kebahagiaan rumah tanggamu. Biarlah aku yang mengalami nasib buruk ini" katanya menyadarkanku kalau aku selama ini hidup rukun bersama istri.

"Kalau memang tujuanmu satu-satunya ke sini hanya untuk bertemu denganku, maka bersyukur dan berbahagialah sekarang karena kita sudah ketemu dan marilah kita saling melepaskan kerinduan kita mumpung masih sempat dan masih pagi" kataku sambil membelai tubuhnya dan mengangkat kedua kakinya yang terjulur ke bawah lalu membaringkannya di atas kasur yang empuk, kemudian aku berbaring di sampingnya sambil memeluk tubuhnya dalam satu bantal dengan tetap meneruskan pembicaraan kami.

Entah siapa yang memulai, tapi kini kami sudah saling merangkul dan berciuman dan bermain lidah, malah tanpa kusadari pula siapa yang lebih duluan, yang jelas tanganku sudah mempermainkan dua buah dada yang terselip di balik baju dan BH yang dikenakan Sari, sementara tangan Sari sudah meraba-raba dan menggocok-gocok sebuah rudah yang berdiri tegak di balik CDku, padahal kami sama-sama masih berpakaian lengkap. Tanpa terdengar suara sepata katapun, tangan kami sangat aktifnya mempermainkan alat vital yang dulunya pernah kami permainkan.

"Aku buka bajunya yah sayang, biar aku lebih leluasa menikmati seluruh tubuhmu yang pernah jadi pusat kenikmatanku" kataku berbisik sambil mempreteli baju dan celana panjang yang dikenakannya. Ia hanya mengangguk, namun tanpa minta izin ia juga ikut membuka kancing bajuku satu demi satu yang diteruskan dengan membuka ikat pinggang, resteling dan melorotkan celana panjangku.

Kini kami berpelukan dan berpagutan dalam keadaan setengah bugil sambil bergulingan. Kadang Sari berbaring di kiri dan di kananku, bahkan di atas dan di bawahku. Kami sudah sama-sama sangat terangsang sehingga tanpa aba-aba lagi, aku langsung melepas BH-nya, sehingga nampak di depan mata saya dua benda putih tergantung yang tidak terlalu besar tapi montok, halus dan sedikit menonjol akibat rangsangan meskipun tak semungil ketika pertama kali kupegang dulu.

Kujulurkan ujung lidahku keputingnya yang mulai agak keras dan warna coklat. Kujilati seluruh permukaannya, kuhisap dan kadang sedikit kugigit. Ia nampak menikmatinya, bahkan untuk mengimbangi kenikmatannya itu, ia bergerak menggelinjang, lalu memutar tubuhnya sehingga arah kami berlawanan. Dalam keadaan menyamping, ia mendorong CD-ku hingga turun sampai ke lutut, lalu meraih isinya yang sedang mengacung itu dan memasukkannya ke dalam mulutnya dan memainkan dengan lidahnya, bahkan memutar-mutar dalam mulutnya, sehingga aku terasa mau muncrat.

"Terus Kak, aku nikmat sekali auh..uhh..aahh..usstt.." katanya sambil berdesis dengan nafas terputus-putus ketika aku memainkan lidahku dengan cepatnya ke dalam lubang vaginanya yang basah dan masih mulus tanpa bulu selembarpun seperti ketika pertama kali aku jamah di rumahnya tempo hari. Iapun seolah mengikuti gerakan mulutku dengan mempercepat gocokan mulutnya pada rudalku yang terasa hampir muncrat.
"Aduh, aku sudah tidak mampu lagi menahan sayang, aahh..uuhh" kataku sambil mendorong kepalanya agar ia menghentikan gocokannya.

Bersamaan dengan itu pula, Sari tiba-tiba berdiri dan segera mengangkangi tubuhku yang terbaring terlentang di bawahnya. Nampaknya ia sudah tidak sabaran lagi. Ia dengan cepatnya membuka kedua bibir vaginanya sehingga kulihat sedikit menganga dan nampak berwarna merah pada kedua bibirnya, lalu menurunkan pantatnya sehingga lubang kemaluannya pas ketemu dengan ujung penisku yang memang sejak tadi berdiri. Tanpa dipegang dan diarahkan, penisku itu dapat masuk dengan mudah ke lubangnya meskipun tidak langsung amblas seluruhnya melainkan setelah kami bantu dengan beberapa kali gerakan pinggul ke kiri dan ke kanan seperti orang ngebor.

"Hmm..aahh.." itulah suara kecil bersama nafas keluar dari mulut kami secara bergantian ketika Sari berpegangan di atas kedua pahanya sambil mempercepat gerakan pinggulnya ke bawah dan ke atas seiring dengan gerakan pinggulku. Bahkan saking keras dan lamanya gerakannya itu, sampai-sampai ia capek dan berhenti sejenak lalu kedua tangannya bertumpu di atas dadaku lalu di atas kasur kemudian dengan leluasanya menggerakkan pinggulnya yang menyebabkan terdengarnya bunyi "Ciprat..ciprot" secara berirama dari persenggolang kelamin kami.

"Aku mau keluaar sayang, berhennti duluu" kataku ketika terasa ada lahar panas mulai mengalir dari dalam batang kemaluanku.
Karena permintaanku itu, Sari berhenti bergoyang sejenak, lalu terlentang di sampingku dengan membuka kedua pahanya. Akupun mengerti maksudnya, lalu aku yang mengangkanginya dan dengan mudah menusukkan kembali rudalku ke lubangnya dan menggocok-gocoknya terus.

Sambil aku gocokkan penisku ke dalam vaginanya, Sari meraih bantal guling dan mengganjal pinggulnya lalu membuka lebar-lebar kedua pahanya sehingga batangku bisa masuk lebih dalam, bahkan terasa kedua biji pelerku masuk ke lubangnya, sehingga suara dan bunyi khas itu sulit dihindari, malah kali ini semakin besar dan ribut. Tidak puas dengan gaya itu, Sari mendorong pinggulku ke atas lalu mengangkat kedua kakinya tinggi-tinggi hingga ujungnya menyentuh bahuku. Akupun menekannya dengan keras dan memompanya secepat mungkin, terutama setelah ada tanda-tanda Sari juga sudah hampir mencapai puncak seiring yang kurasakan.

Ternyata benar, dalam posisi terakhirku itu, kami secara bersamaan memuntahkan lahar panas tanpa izin dari siapa-siapa dan tanpa aba-aba. Hal ini amat terasa ketika aku muncrat ke dalam vaginanya. Saripun memelukku erat sekali, malah sedikit mencakar punggungku dan menarik- narik rambutku yang ditandai pula dengan denyut-denyut yang menjepit ujung penisku.
Lalu kami secara bersamaan lemas lunglai sambil berbaring dengan nafas yang terputus-putus tanpa suara, gerakan dan pandangan yang berartri lagi. Kami bagaikan mayat telanjang yang terbaring berdampingan di atas tempat tidur. Kami baru sadar jika kami betul-betul sempat tertidur sekitar 30 menit setelah terdengar ada orang yang mengetuk-ngetuk pintu kamar dari luar. Kami secara bersamaan bangkit dan merapikan pakaian lalu kubuka pintu, ternyata petugas Wisma mau tanya apa aku mau bermalam atau mau pulang, sebab ia mau kunci pintu pagarnya.

Hampir bersamaan kami menjawabnya dengan kata "iya" setelah melihat jarum jam dinding sudah menunjuk pukul 12.30, lalu petugaspun berlalu dan aku kembali mengunci pintu. Setelah itu kami berbarik sejenak sambil berpelukan lalu melepaskan pakaian masing-masing secara total seperti sedia kala lalu kugendong Sari masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badan, terutama tentunya bekas cairan dari mulut dan kemaluan kami.

Sesampai di kamar mandi, kami saling menyirami dan menggosok seluruh badan, sehingga gairah dan nafsu sex kami kembali bangkit dan ingin rasanya melanjutkan ronde kedua di dalam kamar mandi biar gaya dan kesannya agak lain lagi. Kami memang sempat melakukan dengan bermacam-macam posisi, gaya dan metode sex di kamar mandi itu sehingga kami sempat mencapai puncak kenikmatan 3 kali, bahkan kami lanjutkan di atas tempat tidur hingga menjelang pagi. Kami tidak mampu lagi menghitung berapa kali kami muncrat selama pertemuan kami dalam kamar wisma itu.

Pertemuan kami di kamar wisma itu, betul-betul suatu pertemuan yang luar biasa berkesan. Seumur hidupku mungkin sulit kami alami kembali pertemuan seperti itu. Kerinduan kami selama 10 tahun betul-betul terobati malam itu, bahkan kami mencetak sejarah hidup yang sulit terlupakan lagi. Sayang Sari hanya sempat bermalam 1 malam di kotaku karena takut menimbulkan masalah baru pada rumah tanggaku, sementara aku masih siap menemaninya selama beberapa malam sekiranya ia mau bertahan. Oh Sari sayang, kapankah kita bisa lagi mengulangi pertemuan seperti itu. Mungkinkah hal ini bisa terulang sebelum ajal kita dicabut. Alangkah nikmat dan bahagianya perasaanku malam itu. Rasanya aku tak mau malam itu berlalu dengan cepat, tapi itulah hidup dan fitrah yang harus diterima oleh setiap insan.

- Tamat -
Read More

Monday, June 3, 2013

Mbak Dian Yang Aduhai

Kejadian ini terjadi tepatnya pada tahun 2006, nama gue Donny Suhendra… Gue berasal dari suatu keluarga yang cukup berada di bilangan Jakarta Timur.

Gue merupakan anak ke empat dari lima bersaudara yang sekarang berumur 25 tahun… gue punya pembokat namanya Dian yang sampai sekarang masih setia ngabdi di keluarga gue semenjak masih gadis hingga udah menikah dan kemudian cerai dengan suaminya.

Kriteria pembokat gue dengan postur body menantang toket ukuran 36 B plus bokong yang bak bemper yang padet, tinggi badannya kira kira 160 dan berkulit putih…. karena pembantu gue ini orang asal Kota Bandung, umurnya sekarang kira kira 29 tahun. silakan bayangkan gimana bodynya, gue aja kalo liat dia lagi ngepel langsung otomatis dede yang di dalem celana langsung mengeliak saat bongkahan dadanya memaksa keluar dari celah kerah bajunya.

Terkadang di pikiran gue terlintas pemikiran kapan yang bisa nyicipin tubuh montok pembokat gue yang aduhai itu… udah naga bonar gak bisa di ajak kompromi lagi, liat sedikit aja langsung bangun dari tidurnya…
Pernah suatu hari gue lagi mau ganti baju di dalam kamar pas waktu itu gue lupa ngunci pintu… tiba tiba gue kaget pembokat gue masuk tanpa ngetuk ngetuk lagi, mungkin dia pikir udah lama kerja sama keluarga gue n udah kenal gue dari gue masih SD…

“Eh…, lagi ganti baju ya… Donn” kata pembantu gue sambil buka pintu kamar gue tanpa ada rasa kegelisahan apa apa saat liat gue gak pake apa apa… cuma tinggal CD aja yang belom gue lepas.
“Mbak, ketok dulu dong kalo mau masuk kamar Donny… gimana kalo pas masuk Donny lagi telanjang…” celetuk gue sama dia.

“Emangnya kenapa sih Donn, saya kan udah lama kerja di keluarga Donny… ,lagian’kan waktu masih SD juga kamu suka pake CD aja kalo di rumah…”. Kata Dian sama gue yang kayaknya acuh terhadap posisi gue yang telanjang.

“Mbak… itu’kan dulu, waktu saya masih SD. Sekarang’kan saya sudah besar… Mbak memang gak malu yah liat saya kalo telanjang bulat gak pake apa apa…” celetuk asal keluar dari mulut.
“Iiiihhh…. malu gapain… lagian saya juga gak mau liat… yah udah sana kalo mau ganti baju, mbak mau beresin kamar kamu nih yang berantakan mulu tiap hari kayak kandang sapi…”

Karena dia menjawab dengan rasa yang tidak keberatan kalo gue ganti baju disaat ada dia. Dengan santai gue mulai turunin CD gue yang nutupin kontol gue yang udah mulai agak kenceng dikit…
Tanpa sengaja gue tangkap lirikan matanya yang memandang ke arak selangkangan gue yang di tumbuhin rambut yang lebat…

“Nah… tuh ngeliatin mulu… katanya tadi mbak Dian gak mau liat, sekarang liat mulu…”
“Siapa yang liat… wong saya lagi beresin sprei yang berantakan ini kok…” bantah dia karena malu mungkin kepergok ngelihat kearah selangkangan gue.

AKhirnya gue tinggal dia di dalam kamar gue yang sedang beresin kamar gue yang berantakan itu, di luar gue jadi teringat gimana yah caranya buat bisa nikmatin tubuh pembantu gue yang bahenol ini… dan gue rasa dia juga kayaknya penasaran sama kontol gue yang gede ini… buktinya beberapa kali gue pergokin dia ngelirik terus kearah gue.

Pas suatu hari libur, hari minggu keluarga gue pada pergi ke rumah kerabat gue yang mau nikahin anaknya.

“Donny… kamu mau ikut gak. Mama semuanya mau pergi ke pesta pernikahan anaknya tante Henny di Bandung…”. Tanya Mama gue.
“Kapan pulangnya Ma,…” Jawab gue sambil ngucek ngucek mata karena baru bangun…
“Mhhhmmm,… mungkin 2 hari deh baru pulang dari Bandung, kan capek dong Donn… kalo langsung pulang…
“kamu tanya kapan pulang, kamu mau ikut gak… atau mau di rumah saja” tanya mamaku kembali…
“Kayaknya dirumah aja deh Ma… abis capek ah, jauh… lagian besok Donny ada acara sama teman teman Donny…” jawab
“ku seraya kembali membenamkan kepalaku kembali ke bantal…
“Yah udah… mama mau berangkat jalan kamu baik baik yah jaga rumah… mau apa minta aja sama Mbak dian…”
“Dian… Dian… Dian…” panggil Mamaku
“Iyah Nyah…, Maaf saya lagi nyuci. Kurang denger tadi Nyonya panggil. Kenapa Nyah…” Jawab Mbak Dian

Sambil datang dari belakang yang ternyata sedang cuci baju… baju yang dikenakan sebetulnya tidaklah menantang, namun karena terkena air sewaktu mencuci menjadi bagian paha dan dadanya seakan transparan menantang…

“Dian… kamu jaga rumah yah selama saya dan tuan pergi ke Bandung”
“Iyah Nyah… ,” jawab kembali pembokat gue itu ke mama gue…

Setelah kira kira selang beberapa jam setelah keberangkatan mamaku… akhirnya aku keluar dari kamar hendak buang air kecil.

Perlu Bro Bf ketahui jarak antara tempat pembantu gue nyuci sama kamar mandi deket banget… waktu gue jalan ke kamar mandi, gue liat pembantu gue yang lagi nyuci baju dengan posisi duduknya yang buat naga di dalam cd gue bangun…

Pembantu gue pake T shirt putih yang tipis karena dah lama di tambah lagi kaosnya kena air, secara langsung keliatan jelas banget BH krem yang dipake pembantu gue berserta paha mulusnya yang udah agak terbuka karena duduknya hingga keliatan CD putihnya…

“Anjriiit, mulus juga nih pembantu gue meskipun udah janda anak satu tapi dari paha dan teteknya masih keliatan kenceng, kayak cewek yang belum pernah kesentuh sama laki laki”.oceh gue dalam hati sambil kencing trus ngelirik ke pahanya yang mulus itu.

Sambil kencing gue mikir gimana caranya buka omongan sama pembantu gue, biar gue bisa agak lamaan liat CD dan teteknya yang aduhai itu… pantes banyak tukang sayur selalu suka nanyain Mbak Dian mulu kalo tiap pagi…

“Mbak gimana kabar Ani, sekarang udah umur berapa… Mbak Dian kok bisa sampai cerai sih sama suaminya”Iseng gue tanya seputar hubungan dia sama mantan suaminya yang sekarang udah cerai, dan kenapa bisa sampai cerai… gugup juga sih gua waktu nanyanya kayak gue nih psikolog aja…

“Kok tiba tiba Donny tanya tentang itu sih sama Mbak… “
“Gak pa pa kan Mbak… “
“Anak mbak sekarang udah umur lima tahun, mbak cerai sama suami mbak karena dia pengangguran… mau nya enak doang.

Mau bikinnya tapi gak mau besarin. Yah… lebih baik mbak minta cerai aja. masa sih mbak sendiri yang banting tulang cari uang, sedangkan suami mbak cuman bangun, makan, main judi sampai subuh… males Donn punya suami pengangguran, lebih baik sendiri… sama aja kok” Jawab pembantu ku panjang lebar, seraya tangannya tetap membilas baju yang sedang ia cuci.

Ini dia masuk ke dalam dialog yang sebenarnya… akhirnya pembicaraan yang gue maksud agar gue arahin pembicaraan hingga tentang persoalan hubungan intim.

“Lah… bukannya enakan punya suami, mbak… daripada gak ada…”
“Enak dari mananya Donn… punya suami sama gak punya sama aja ah…”
“Loh beda dong mbak…”
“Beda dari mananya Donn… coba jelasin, aah kamu ngomongnya kayak kamu dah pernah ngerasain menikah aja sih Donn…” tanya pembantuku sambil bercanda kecil.

“Yah beda lah mbak… dulu kalo masih ada suami kan kalo lagi pengen tinggal minta sama suami mbak… sekarang udah cerai
pas lagi pengen… mau minta sama siapa…” Jawab gue sambil menjuruskan kalimat kalimat yang gue tuju ke hal yang gue inginin.

“Maksud Donny apa sih… mau apa. Ngomongnya jangan yang bikin mbak bingung dong Donn…”
“Gini mbak, maksudnya apa mbak gak pernah pengen atau kangen sama ini nya laki laki…” waktu gue ngomong gitu sambil gue turunin dikit celana pendek gue, trus gue keluarin punya gue ngadep ke depan mukanya…

“Iiih gede banget punya kamu Donn… punya mantan suami mbak sih gak begitu gede kayak gini…” Jawab mbak dian sambil melotot ke kontol gue yang udah Super tegang, karena dari tadi udah minta di keluarin.
“Kangen gak sama kontol laki laki mbak…” tanya kembali saya yang sempat membuyarkan pandangan mbak dian yang dari tadi tak lepas memandang kontolku terus.

“…… waduh mbak gak tahu deh Donn…, kalo punya mbak dimasukin sama punya kamu yang gede kayak gini. Gimana rasanya, mbak gak bisa ngebayangin…”
“Loh… mbak saya kan gak tanya apa rasanya di masukin sama punya saya yang lebih gede dari punya mantan suami mbak. Saya kan cuman tanya apa mbak gak kangen sama punyanya laki laki”Padahal didalam hati gue udah tahu keinginan dia yang pengen ngerasain kontol gue yang super size ini…

“mmmmhhhhh… maksud mbak dian sih… yah ada kangen sama punya laki laki… tapi kadang kadang mbak tahan aja, abis mbak kan dah cerai sama suami… ” jawab mbak dian yang keliatan di pipinya merona karena merasa jawabannya ngawur dari apa yang gue tanyain ke dia”
“Mbak… boleh gak saya pegang tetek mbak “
“Iiihh… Donn kok mintanya sama mbak sih, minta dong sama pacar Donny… masa sama mbak…”
“Yah… gak pa pa sih, saya mau ngerasain begituan sama mbak dian… gimana sih begitu sama ce yang udah pernah punya
“anak… boleh yah mbak… ” kata gue sambil mendekatkan kontol gue lebih dekat ke mulutnya…
“iiih donny… punya kamu kena mulut mbak nih… memangnya kamu gak malu gituan sama mbak dian…” jawab mbak dian sambil merubah posisi duduknya sambil menghadap ke kontol gue dan ngelepasin baju yang sedang dia bilas…
“Yah gak lah kan gak ada yang tahu… lagian kan gak ada yang tahu, kan sekarang gak ada orang selain mbak dian sama saya” jawab gue sambil yakinin ke dia, biar di mau kasih yang gue pengen.
“Tapi jangan keterusan yah… trus kamu mau di apain sama mbak…”
“Mbak mulutnya di buka dikit dong, saya mau masukin punya saya ke dalam mulut mbak dian…”
“Iih… gak ah jijik… masa punya kamu di masukin ke dalam mulut mbak… mbak gak pernah lakuin kayak gini sama mantan suami mbak, gak ahh… ” tapi posisi tangannya sekarang malah megang kontol gue sambil ngocok ngocok maju mundur.
“Cobain dulu mbak enak loh… anggap aja mbak dian lagi kemut permen lolipop atau es krim yang panjang” rayu gue ngarep mbak dian mau masukin kontol gue ke dalam mulutnya yang mungil itu.

Akhirnya permintaan gue diturutin tanpa banyak ngomong lagi mbak dian majuin mukanya kearah kontol gue yang udah super tegang itu kedalam mulutnya yang mungil… sementara dia kemut kontol gue maju mundur yang terkadang di selingin jilatan jilatan yang bikin gue pegang kepalanya trus gue tarik maju hingga kepala kontol gue mentok sampe kerongkongan mbak dian.
“Ooooooh… mbak emut truuuus mbak…. ennnnak banget” sambil tangan gue mulai turun megang teteknya yang mengoda itu.
Tangan gue masuk lewat kerah kaosnya, trus langsung gue remes kera teteknya… Tangan mbak dian juga kayaknya gak mau kalah sama gue. Dia malah makin ngedorong pantat gue dengan tangannya hingga hidungnya nempel sama jembut gue…

Karena tempatnya kurang tepat untuk bertempur lalu gue ajak mbak dian ke ruangan tengah sambil ngemut kontol gue jalan ke ruangan tengah. Perlu di ketahui mbak dian merangkak seperti anjing yang haus sex gak mau lepas dari kontol gue, merangkak berjalan ngikutin langkah kaki gue yang mundur ke arah ruang tengah.
Gue liat mulutnya yang mungil sekarang terisi kontol gue… tangannya sambil remas remas buah dadanya sendiri…
” Mbak dian lepasin dulu dong kontol saya, buka dulu baju mbak dian. Entarkan mbak juga nikmatin sepenuhnya punya saya…”
” Donnn…. punya kamu enak banget… mbak kira dari dulu jijik kalo liat ce ngemut punyanya cowok… ehh ternyata nikmatnya bener bener bikin ketagihan Donn…”

Dengan cepat cepat mbak dian membuka seluruh baju dan roknya yang tadi basah karena kena air… Wooow, sungguh pemandangan yang sangat indah… kini di hadapan gue telah ada seorang wanita yang telanjang tanpa tertutup sehelai benang… berjalan menghampiri gue dengan posisi doggie style mbak dian kembali memasukkan kontol gue ke dalam mulutnya yang mungil itu.

Dengan jels bisa gue liat buah dada yang gelantungan dan bongkahan pantat yang begitu padat, yang slama ini udah banyak bikin kontol gue penasaran pengen di selipin diantara bongkahan itu…nafas suara mbak dian semakin lama semakin membara terpacu seiringin dengan birahi yang selama ini terkubur di dalam dirinya. Sekarang terbangun dan mendapatkan suatu kepuasan seks yang selama ini ia tahan tahan.
Sementara mbak dian ngemut kontol gue, gue remas teteknya yang menantang itu terkadang gue pegang MQ nya yang ternyata udah banjir oleh cairan kenikmatan.

Gue tusuk tusuk jari tengah gue ke dalam memeknya hingga mbak dian ngeluarin desahan sambil meluk pantat gue…

“Mmmmhhhhh….. ooooooohhhhhh……” desahannya begitu menambah gue buat semakin cepat menusuk nusuk liang kenikmatannya semakin cepat.
“Donnn…..OOooooohhhh…. Donnn… enak donnn… enak….” Desahan mbak dian benar benar membuat semakin terangsang…tusukan jari yang gue sodok sodok pun semakin gencar…

“Aaaaaahhhh…. Donnnyyyyyy…. OOOhhhhh Dooooonnn… mbakkkkk….. mmmmbb….. klllluuuaar… ” bersamaan dengan desahan mbak Dian yang panjang, akhirnya mbak Dian telah mencapai puncak kenikmatannya yang terasa di jari tengah yang gue sodok sodok ke lubang MQ nya waktu mbak Dian menyemprot cairan kenikmatannya….

Karena mbak Dian telah mengalami organismenya yang pertama, maka Gue pun tak mau kala. Irama sodokkan kontol gue percepat kedalam mulut mbak Dian berkali kali hingga desahan panjang gue pun mulai keluar yang menandakan sperma gue akan muncrat… anuanuan.gif

“Mbak Donny mau kkkkelllluaaar…. aaaaahhhh…. sedot mbak… sedot peju Donny…. ” kata gue sama Mbak Dian sambil menahan kepalanya untuk memendamkan kontol gue hingga masuk ke tenggorokannya. Namun Mbak Dian meronta ronta tidak menginginkan sperma gue keluar di dalam mulutnya… sia sia rontahan mbak Dian Sperma gue akhirnya keluar hingga penuh di dalam mulutnya.

Crroooot…. Crooot… crooot… crotz.gif akhirnya Gue semburkan berkali kali peju gue di dalam mulut mbak Dian. Meskipun pada saat Mbak Dian tidak ingin menelan Sperma gue namun gue memaksanya untuk menelannya dan menikmati Sperma gue yang segar itu.

Posisi mbak Dian masih sama seperti sebelumnya, namun sekarang kakinya seperti kehilangan tenaga untuk menahan berat badannya mengalami kenikmatannya… dari sela sela bibirnya mengalir sisa spermaku yang di jilat kembali. Tubuh mbak Dian kini terkapar tak berdaya namun menampilkan sosok wajah penuh dengan kepuasan yang selama ini tak ia dapatkan.
Melihat expresi wajahnya membuat gue kembali semakin nafsu… karena dari tadi gue anggap hanyalah pemanasan.

Gue berjalan mendekat ke tubuh mbak dian yang sedang lemes… trus menelentangkan posisi tubuhnya dan gue rengangkan kedua belah pahanya. Dengan tangan sebelah kanan gue genggam kontol gue yang udah tegang terus menerus mengesek gesekan kepala kontol gue di atas permukaaan memek mbak dian yang udah licin, basah karena cairan kenikmatan milik mbak dian. Saat Gue mau menjebloskan kontol gue yang udah menyibak bibir memeknya, tiba tiba mbak dian menahan dada gue dan berharap gue gak masukin kontol gue ke dalam memeknya yang sudah lima tahun gak pernah terisi sama kontol laki laki…

Karena saat itu nafsu gue udah sampe otak, gue dah gak perduli lagi sambil tetap ngeliat ke bawah tempat dimana kontol gue sekarang akan menembus liang kenikmatan yang sungguh sungguh mengiurkan…

“Tenang mbak tahan dikit… saya ngerti mungkin kontol saya terlihat terlalu besar dibandingkan memek mbak. Tapi nanti disaat udah masuk kedalam memek mbak… nikmatnya akan 10x lipat nikmat yang pernah mbak dian rasain sama mantan suami mbak…” gue bisa liat di matanya takut saat detik detik gue akan menghujang basoka yang besar ini kedalam memeknya yang terbilang sempit…

“Dooonnnn….. peeellllannn… mbak ngeri liat punya kamu yang besar banget itu…. ” kata mbak Dia sambil melirik ke arah basoka rambo yang siap mengaduk gaduk isi memeknya.
“Iya… Donny coba pelan pelan masukin nya… mbak tahan dikit yah… mungkin karena dah lama aja mbak kali mbak… ” kataku kembali kepada mbak Dian seraya meyakinkan hatinya.

Sambil kembali menaikkan kembali libidonya, gue gesek gesek kepala kontol gue tepat diatas bibir memeknya yang mulai kembali basah sama cairan kewanitaannya. Terkadang gue selipin sedikit demi sedikit ke dalam liang memeknya mbak Dian, lalu gue tarik kembali dan mengesekkan kembali ke itil nya yang merah segar itu.
sleep…sleep… sleeep… mungkin sangkin basahnya memek mbak Dian hingga mengakibatkan suara seperti itu….
“hhmmmmm… eeee… ssstttt….. Donnn… Donnn… Kamu apain punya mbak Dian. ” tanya mbak Dian sambil matanya terpejam mengigit bibir bawahnya sendiri…

“Donn… udah dong… jangan bikin mbak Dian kayak gini trus…. masukkin aja Donn “
“Mbak mohon kasihan kamu… entotin mbak… mbak gak tahan lagi… ooohhh… eemmmm…” rengge mbak Dian sama gue mengharap segera kontol gue masuk ke dalam memeknya dan memompa dia.

“Tahan mbak yah… ” lalu tanpa menunggu jawaban selanjutnya ku tancapkan seluruh batang kontol gue yang udah dari tadi mau mengobok gobok isi memeknya.

“Doooooonn…… ” sahut mbak Dian di saat pertama gue terobos memeknya, tangannya langsung merangkul leher gue. Seperti orang yang mengantungkan setengah badannya.
“Pelan… pelan… Donn… nyeri… bannngeet …”

Namun gue gak sahutin ucapan mbak Dian, karena gue lagi nikmatin sesuatu yang memijit kontol gue yang terkadang menyedot yedod kontol gue ini. Rasanya begitu nikmat hingga gue tanjap lagi lebih dalam sampai terasa kontol gue mentok di dasar rahim mbak Dian yang motok ini.
Desahan liar mbak Dian pun semakin tak karuan… terkadang dengan tangannya sendiri mbak Dian memelintir puting susunya yang udah mengeras…

“Gimana Mbak masih sakit… sekarang rasanya apa… enak gak mbak… ” tanya ku kepada mbak Dian setelah gue liat raut mukanya yang penuh dengan expresi kenikmatan. Gerakkannya dan goyangan pinggulnya yang mengikuti irama enjotan gue pun semakin lama semakin liar. Kadang kadang pantatnya di hentakkan ke atas yang berbarengan dengan sodok sodokkan yang gue hujam ke memeknya.

“Donnn… Donnn… kamu hebat banget… Donnnn….”
“Donnn… mmmmmaaauuu… mmmmmbbbaaakk keluar lagi nih… OOOOOoooooohhh ” Cengkraman tangannya di punggungku dan lipatan kedua kakinya pada pinggangku bersamaan dengan erangan panjang yang menandai bahwa mbak

Dian akan menyemburkan air maninya untuk kedua kalinya…

Karena gue masih ngaceng dan semakin bertambah bernafsu setelah ngeliat raut muka seorang janda beranak satu ini merasa kepuasaan, lalu tanpa banyak buang waktu lagi.

Gue langsung membalikkan tubuh mbak Dian dan memintanya untuk menungging, ternyata mbak Dian tanpa bertanya kembali ia menuruti permintaan gue yang ingin cepat cepat menghajar kembali memeknya…

“Donnn, kamu memang hebat Donn… mbak baru pertama kali di entot sama laki laki lain selain mantan suami mbak sendiri “
“Donnn, sekarang kamu mau apain aja mbak ikutin aja… yang penting mbak bisa ikut nikmatin peju kamu Donn… ” kata mbak Dian sambil mempersiapkan memeknya dengan membersihkan memeknya dari cairannya sendiri yang mengalir hingga di kedua pangkal pahanya. Beberapa kali ia seka memeknya sendiri hingga bersih dan terlihat kering kembali… dan siap untuk di santap kembali.

Sekarang di hadapan gue mbak Dian sudah siap dengan 2 pasang bongkahan pantatnya yang masih kenceng, dengan posisi kepalanya lebih rendah dari pada pantatnya. Liang kewanitaannya seakan akan menantang kontol gue untuk memompa memeknya mbak Dian kembali…

Jelas terlihat belahan bibir memeknya yang membuka sedikit mengintip dari celah daging segar karena barusan gue entot.

Dengan tangan sebelah kanan gue pegang batang kontol gue dan tangan sebelah kirinya gue membuka belahan pantatnya yang mulus sambil terkadang gue usap permukaan memeknya yang tandus bukan karena suka di cukur namun memang sudah keturunan, setiap wanita dikeluarga tidak akan memiliki bulu/jembut pada memek. Sungguh indah sekali pemandangan yang terpampang, memek yang mengiurkan terjepit oleh dua bongkahan pantatnya yang bahenol itu.

Kumajukan kontol gue hingga menempel di permukaan memek mbak Dian, mengorek gorek permukaan memeknya dengan kepala kontol gue. Ternyata apa yang gue lakukan ini sangat dinikmati oleh mbak Dian sendiri… yang terkadang selalu mendesah setiap kali bibir memeknya tersibak karena gesekan kepala kontol gue.

Lalu dengan gerakan perlahan gue tusuk memek mbak Dian perlahan biar sesasi yang timbul akan semakin nikmat disaat itilnya ikut masuk bersama dengan dorongan kontol gue yang mulai terpendam.
“Geli banget Donn rasanya… tapi lebih enak Donn rasanya daripada sebelumnya… “
“Donn… lebih keras…. Donn… entotin mbak… puasin mbak Donn… ” pinta mbak Dian sembari memeras buah dadanya sendiri.
“Donn… lagiii… laggiii… Donn… lebiiihhh.. kencenggg lagi… ” pinta kembali mbak Dian sambil mulutnya yang ter engap engap seperti ikan yang baru saja keluar dari air.

Hujangan kontol ku kini semakin cepat dan semakin gencar ke dalam memeknya… hingga menimbulkan suara suara yang terjadi karena sodokan sodokan kontol gue itu. Tingkat aktivitas yang gue lakukanpun kini semakin gencar. Tangan gue memeras buah dada mbak Dian hingga erangan mbak Dian pun semakin menjadi tak kala hentakan kontol gue yang kencang mengesek dinding liang kewanitaannya.
Cukup lama juga gue mengentotin mbak Dian dengan style doggie ini, hingga gue menyuruh mbak Dian berganti variasi seks. Posisi mbak dian sekarang tidur terlentang namun kakinya menimpa pada kaki sebelahnya dan badannya agak miring, dengan posisi ini memeknya yang terhimpit terlihat seakan membentuk belahan memek.

Lalu kembali lagi gue masukin kontol gue yang masih keras ini kedalam memek mbak Dian, dengan tangan sebelah gue menahan di pinggulnya. Kali ini dengan mudah kontol gue masuk menerobos liang kewanitaannya, enjotan gue kali ini benar benar nikmat banget karena sekarang posisinya kontol gue serasa di jepit sama pantatnya.

Setiap dorongan kontol gue menimbulkan sensasi yang lebih di raut muka mbak Dian. Mukanya mendahak ke arah gue sambil memegang lengan tangan sebelah kiri sambil mulutnya terbuka seperti pelacur yang haus kontol kontol para pelanggan setianya.

“Mbak… enak gak… kontol Donn… ” tanya gue sama mbak Dian dengan nafas yang telah terengah engah.
“Enaaaak… Donnn …. Truuus …. Donnn…. jgan brenti… “
“Ngomong mbak Dian kalo mulai saat ini mbak memang pelacur Donn… mbak suka banget sama kontol Donn…” Suruh gue ke mbak Dian buat niru ucapan gue.
“Mbak memang pelacur Donnny… kapan aja Donnny mau… mbak layani… sssstt… Dooonn… “
“Mbak suka bngeeeeet… koooontol Donnnnyyy… ennnntotin mbak Diannn tiap hari Donnnn… entotin… entotin…. trussss ”

Mendengar seruan mbak Dian yang tertahan tahan karena nafsu yang besar kini sudah menyelubungi seluruh saraf ditbuhnya, menambah birahi gue semakin memuncak. Menambah gue semakin cepat dan cepat mengentotin mbak Dian, sampai sampai goyangan buah dadanya seiringan dengan dorongan yang gue berikan ke dalam memek…

Akhirnya mbak Dian kembali mencapai puncaknya kembali, sambil memasukan jarinya kedalam lubang anusnya sendiri…

“Donnnn… mbak.. mmmmau… kllllluaaar laaagi…. ooooooohhh…Doooonnn…. ” erang mbak Dian yang hendak memuncratkan air semakin membuat ku terangsang karena mimik mukanya yang sungguh sungguh mengairahkan.

Dengan badan yang telah lunglai, mbak Dian terkapar seperti orang yang lemah tak berdaya. Namun pompaan kontol gue yang keluar masuk tetap gak berhenti malah semakin lama semakin cepat.

Tiba tiba gue ngerasain sesuatu yang berdenyut denyut disekitar pangkal kontol gue. Dengan keadaan mbak Dian yang sudah tidak berdaya aku terus mengentotin memeknya tanpa memperdulikan keadaan mbak Dian yang sekujur tubuhnya berkeringat karena kelelahan setelah gue entotin dari setadi.

“Mbaaaak… Dooonnn…nyyy mmmaaau.. kkklarrrr… Aaaahhhh…. ” Seruku disaat sesuatu hendak mau menyembur keluar dan terus menerus memaksa.

Crrrooot… Crrrooot… CCrooot… akhirnya gue tersenyum puas dan mencabut kontol gue dari dalam memek mbak Dian dan menghampiri mbak Dian dan memangku kepalanya dan meminta mbak Dian membersihkan bekas bekas peju gue yang bececeran di selangkangan gue…

Gak pernah gue sia sia in saat berdua dirumah… setiap saat gue mau, langsung gue entot mbak Dian. Saat mbak Dian lagi ngegosok baju tiba tiba gue sergap dia dari belakang dan langsung buka celananya dan gue entot mbak Dian dalam keadaan berdiri dan slalu gue keluarin di dalam memeknya dan yang terkadang gue suruh mbak Dian sepong kontol gue lalu gue keluarin di dalam mulutnya serta langsung di nikmatin peju gue itu… katanya nikmat manis…

Hari hari yang sangat sungguh indah selama beberapa hari gue selalu entotin mbak Dian dengan berbagai variasi seks… hingga sampai mbak Dian sekarang hebat dalam mengemut kontol gue… Mbak Dian pun gak pernah menolak saat gue membutuhkan memeknya karena dia juga sudah ketagihan sodokan kontol gue. Sering malam malam mbak Dian suka masuk ke kamar gue dan suka sepongin kontol gue hingga gue bangun dan langsung gue entot mbak Dian.
Read More

Sunday, June 2, 2013

Di Jebak Tapi Enak

Sebut saja namaku Tasha. Agustus kemarin baru saja aku merayakan ulang tahunku yang ke 36. Sebuah perayaan ulang tahun yang sangat berkesan buatku.Sebagai ibu rumah tangga dengan suami yang luar biasa sibuk,aku sering merasa jenuh di rumah.Pergaulanku pun tidak terlalu luas. Aku bukan tipe wanita yang senang kumpul-kumpul,ke kafe,hura-hura dan sebagainya.Hiburanku paling hanya TV,telepon dan komputer.

Aku sering chating untuk menghilangkan kejenuhanku.Dari chat itulah aku mulai mengenal yang namanya perselingkuhan.Kepulangan suamiku yang hanya empat-lima hari dalam sebulan jelas membuatku sepi akan kasih sayang.Dan tentunya sepi pelayanan.Tapi mungkin aku juga terpengaruh oleh teman-teman chatku.

Sebelum kenal chating,aku tidak begitu perduli dengan kesepian.Namun setelah banyak bergaul di chat,aku mulai merasa bahwa selama ini hasrat birahiku tak pernah terpenuhi.
Ronny adalah pria pertama yang berselingkuh denganku.Usianya lima tahun lebih muda dariku dan sudah menikah. Tubuhnya cukup ideal dan aku puas setiap berkencan dengannya. Namun kami tidak bisa sering-sering karena istri Ronny bukan tipe wanita yang bisa dibohongi. Setelah Ronny aku pun semakin membuka diri dengan menggunakan nick chat yang bikin penasaran.

Beberapa pria mulai sering mengisi kekosongan birahiku. Ada Ferry, manager sebuah perusahaan kontraktor berusia 30 tahun yang lihai memancing birahiku. Lalu ada Dhani yang seumuran denganku yang tidak pernah puas dengan pelayanan istrinya. Dan masih ada beberapa lagi.Aku mulai mengenal daun muda ketika berkenalan dengan Chris, mahasiswa salah satu PTS di Jakarta yang usianya lebih muda 15 tahun dariku. Waktu itu aku agak segan berkenalan dengannya karena usianya yang terpaut jauh sekali denganku. Namun Chris memberiku pengalaman lain. Suatu ketika dia datang ke rumahku saat rumahku sedang sepi. Dan dengan gairah mudanya yang menggelegak, Chris memberikan sensasi tersendiri padaku. Apalagi dengan ‘Mr. Happy’ miliknya yang king size.

That was great.Aku pun jadi tertarik dengan daun-daun muda yang bertebaran di chat room. Sampai akhirnya aku mengoleksi sekitar 20 daun muda dengan usia antara 17-25 tahun yang keep contact denganku. Memang baru 4 orang dari mereka yang sempat berkencan denganku, namun yang lainnya tetap aku kontak via telepon. Hingga akhirnya menjelang ulang tahunku Agustus kemarin aku punya rencana yang belum pernah aku lakukan sebelumnya.

Aku mengontak 8 daun muda yang kupilih untuk merayakan ulang tahun bersamaku. Pilihan pertama jatuh pada Felix, siswa kelas 3 di salah satu SMU yang cukup terkenal di Jakarta Selatan.“Halo tante..”, sapanya ceria ketika aku menghubungi HP-nya.“Ya sayang, Sabtu ini ada acara nggak?”, tanyaku tanpa basa-basi.“Ya biasa tante, paginya sekolah dulu”, jawabnya sedikit manja.“Tapi sorenya free kan, tante ada acara nih..”, tanpa kesulitan Felix menyanggupi undanganku.

Selanjutnya Arga, mahasiswa salah satu PTS di Depok. Tanpa kesulitan pula Arga menyanggupi undanganku.Kemudian Frans, salah seorang instruktur di pusat kebugaran milik seorang binaragawan ternama di negeri ini. Frans juga menyanggupi. Aku senyum-senyum sendiri membayangkan tubuh Frans yang tegap berotot dan ukuran Mr. Happynya yang.. wow! Aku pernah sekali berkencan dengannya dan aku takjub dengan Mr. Happy miliknya yang panjangnya 3 kali Nokia 8850 milikku.

Selanjutnya Dodi, siswa SMU di salah satu sekolah swasta yang cukup elit di bilangan Jakarta Selatan. Lalu Stanley, mahasiswa PTS ternama di daerah Grogol dengan sepupunya Jonathan yang juga kuliah di tempat yang sama. Lantas Rhino, gitaris di salah satu kafe di daerah Selatan. Dan terakhir tentu saja Chris, daun muda pertamaku.Hari yang kunantikan pun tiba, tepatnya sehari sebelum ulang tahunku.Pagi-pagi sekali aku menitipkan Juliet, anakku yang duduk di bangku SMP, ke rumah kakakku. Aku beralasan ada reuni SMA weekend ini. Setelah itu aku mampir ke salah satu bakery di bilangan Hayam Wuruk untuk mengambil kue ulang tahun pesananku.

Kemudian aku langsung check in di suite room salah satu hotel berbintang di daerah Thamrin. Di kamar aku segera re-check daun-daun mudaku untuk memastikan kehadiran mereka. Semua beres, mereka akan hadir sekitar jam 5 sore.Sekarang baru jam 11 siang. Cukup lama juga sampai jam 5 sore nanti. Sambil tiduran di ranjang aku membayangkan apa yang akan terjadi nanti. Kok malah jadi horny. Aku mondar-mandir di kamar tak karuan. Untuk mengusir kejenuhan aku turun ke bawah, sekalian mencicipi makan siang di restoran hotel tersebut. Di salah satu meja, aku melihat 5 orang wanita seusiaku dan 1 orang pria yang wajahnya masih cute sekali.

Mungkin masih kuliah atau sekolah. Mereka makan sambil ngobrol dan tertawa-tawa. Sama sekali tak menyadari kehadiranku,sampai akhirnya salah seorang dari wanita-wanita itu beradu pandang denganku. Dia memberitahu yang lain, dan si cute melambai ke arahku. Aku tersenyum dan membalas lambaiannya.Selesai makan, aku mendapat selembar memo dari salah seorang pelayan.

Aku membaca isi pesannya, “DANIEL, 0856885— PLZ CALL ME”. Aku tersenyum. Sampai di kamar, aku menghubungi nomor tersebut.“Halo..” terdengar ribut sekali di ujung sana.“Halo, Daniel?” tanyaku.“Ya, siapa nih?” tanya si pemilik suara itu lagi.“Aku dapet memo dari kamu..”“Ohh.. iya, nama kamu siapa?” kami berkenalan, dan ternyata Daniel adalah si cute yang aku lihat di resto bersama 5 wanita tadi. Dan aku surprise sekali setelah mengetahui bahwa Daniel juga sedang merayakan ulang tahunnya hari ini. Dia juga surprise setelah kubilang bahwa aku juga akan merayakan ulang tahun di sini. Kemudian Daniel mengundangku untuk merayakan ulang tahun di kamar yang disewanya di bawah.

Kebetulan! Sambil mengisi waktu nggak ada salahnya pemanasan dulu.Family room yang disewa Daniel penuh dengan balon aneka warna. Kelima wanita yang kulihat tadi ada di situ. Salah satunya adalah adik maminya Daniel, dan yang lain teman-temannya. Rupanya Daniel ‘dipelihara’ sebagai gigolo oleh kelima wanita tersebut.Candra, adik maminya Daniel adalah wanita pertama yang mengenalkan anak itu ke dalam dunia seks. Lalu ada Shinta dan Melly, teman kerja Candra, serta Yuni dan Liana, teman aerobik Candra.

Dan hari itu mereka berlima sepakat untuk merayakan ulang tahun Daniel di kamar tersebut sejak tadi malam. Tepat jam 12 tadi malam Daniel menirima suapan kue ulang tahun dari mulut wanita-wanita itu secara bergantian, dan jam 5 pagi tadi mereka baru selesai melepas birahi bersama.Acara kali ini semacam games, dimana Daniel dalam keadaan telanjang bulat diikat dengan mata tertutup atas ranjang dengan penis yang tegak. Kemudian secara acak kelima wanita itu memasukkan penis Daniel ke dalam vagina mereka, dan saat itu Daniel harus menebak, siapa yang sedang menindihnya.

Kalau benar, Daniel diperbolehkan melepaskan ikatannya dan melepas birahinya dengan wanita yang tertebak. Tapi kalau salah, wanita tersebut akan menyodorkan vaginanya ke mulut Daniel, dan anak itu harus memuaskannya dengan lidahnya.Aku menyaksikan permainan yang seru itu di salah satu kursi di situ. Ramai sekali mereka bermain. Kadang aku senyum-senyum ketika Daniel salah menebak. Anak itu lihai sekali melakukan oral sex, sudah 3 wanita yang klimaks akibat permainan lidahnya. Aku menikmati permainan itu, yang ujung-ujungnya mereka kembali berpesta sex berenam.

Candra mengajakku bergabung. Sebetulnya aku agak keberatan, karena aku belum pernah melakukan hubungan seks dengan melibatkan wanita lain. Namun aku ngiler juga melihat tubuh Daniel yang cukup oke itu, apalagi dengan penisnya yang wow!Lumayan juga buat pemanasan. Aku sempat dua kali klimaks di pesta mereka. Yang pertama dengan Daniel, dan yang kedua..ehm, saat oral sex dengan Liana. Jujur saja, awalnya aku agak jengah ketika merasakan kulit tubuhku bersentuhan dengan kulit wanita-wanita itu, apalagi saat menyentuh bagian-bagian sensitif.

Namun gairah birahi yang menyala-nyala dapat membuatku melupakan semua rasa risau tersebut. Akhirnya aku sangat menikmati juga bermain dengan wanita-wanita itu.Sayangnya menjelang jam 5 aku harus selesai lebih awal, kerena sebentar lagi orang-orang yang akan merayakan ulang tahunku akan datang. Padahal aku baru saja menikmati permainan mereka. Aku pun pamit, namun sebelum kembali ke kamar aku mengundang mereka ke kamarku untuk bergabung dengan pesta ulang tahunku nanti malam. Mereka setuju, terutama kelima wanita tersebut karena mendengar ada 8 daun muda yang kuundang untuk memuaskan hasratku.Masih kurang lima menit, aku menunggu sendirian di kamar yang luas tersebut.

Frans yang pertama kali datang. Pria bertubuh tegap itu langsung mencium bibirku sambil mengucap happy birthday. Dengan gaya jantannya Frans bermaksud menggendong tubuhku seperti biasa, namun aku menahannya.“Ntar Frans, tunggu yang lain..”, kataku.Wajah Frans terlihat bingung.Aku pun menjelaskan rencana ulang tahunku kepadanya. Pria itu tertawa terbahak-bahak“Gila.. tante maniak banget ya, emang kuat?”, goda Frans.Aku tersenyum. Tak lama kemudian Chris datang. Anak itu terkejut mendapati ada pria lain di kamar itu. Aku pun kembali menjelaskan rencanaku kepadanya.

Chris sampai geleng-geleng. Lalu Felix dan Dodi datang secara bersamaan dengan raut wajah keduanya yang sama-sama bingung. Chris dan Frans tertawa-tawa melihat kebingungan mereka. Kemudian Stanley dan Jonathan juga datang bersamaan, namun mereka tidak terlalu kaget karena aku sering bermain bertiga dengan mereka. Lalu Arga, dan terakhir Rhino.Lengkaplah sudah. Aku mengajak mereka ke sauna untuk mandi bersama. Aku melihat beberapa dari mereka agak risih. Mungkin mereka tidak terbiasa berada dalam satu ruangan dengan sesama pria dalam keadaan telanjang. Hanya Stanley, Jonathan, Frans dan Chris yang bisa menguasai keadaan. Yang lain masih terlihat agak nervous.

Selesai bersauna,aku mengeluarkan anggur yang kubawa dari rumah tadi. Anggur itu sudah kucampur dengan obat perangsang dan obat kuat konsentrasi tinggi. Aku jamin siapa pun yang meminumnya mudah sekali terangsang dan dapat bertahan lama. Aku memberikan mereka satu persatu. Kemudian kita ngobrol-ngobrol di atas ranjang sambil minum. Oya, semenjak dari sauna tadi, tak satu pun tubuh kami yang ditutupi pakaian. Kami sudah bertelanjang bulat.Kami terus ngobrol-ngobrol sambil aku menunggu reaksi obat tersebut. Sekitar setengah jam kemudian mereka mulai menunjukkan gejala-gejala terangsang. Beberapa bahkan penisnya mulai mengeras.

Aku mencoba membakar gairah mereka dengan menjamahi tubuhku sendiri. Sambil minum kuusap-usapkan tanganku ke seluruh tubuh, kumainkan payudaraku, dan kuusapi permukaan vaginaku. Aku tertawa dalam hati. Dari tingkah laku dan ekspresinya, jelas sekali kalau birahi mereka sudah naik ke kepala. Namun tak ada yang berani memulai, sampai Chris yang duduk di dekat kakiku memberanikan diri menyentuhku.Frans ikut-ikutan menjamah tubuhku, disambung Felix, dan akhirnya semua bergumul menyentuhku. Ah great! The party has just begun.Aku asyik berciuman dengan Frans dengan panuh nafsu, sementara Arga dan Dodi menjilati kedua payudaraku. Tangan kiriku asyik mengocok penis Felix sedangkan yang kanan dengan lincah memuaskan Chris. Lidah Jonathan menari lincah di perutku, memberikan sensasi kenikmatan tersendiri.

Sementara Stanley dan Rhino melengkapi kenikmatan dengan menjelajahi daerah di bawah perut dengan lidah dan jari-jari mereka. Ahh.. baru kali ini aku merasakan gejolak yang luar biasa. Setiap jengkal tubuhku rasanya dimanja dengan sentuhan mereka. Kami pun bertukar-tukar posisi.Hampir dua jam kami melakukan fore-play tersebut. Chris yang pertama berhasrat menembus lubang vaginaku. Sambil bersandar di dada Frans yang bidang, sementara Stanley dan Felix asyik mencumbui tubuhku yang terawat, aku menerima kenikmatan yang diberikan Chris. Ahh.. anak itu hebat sekali memainkan temponya. Penisnya yang memang berukuran besar terasa memenuhi vaginaku.

Setelah Chris, gantian Jonathan yang menghujamkan penisnya yang bertindik mutiara itu ke dalam vaginaku.“Ahh.. ahh.. terus Jo.. aaahhh..”, aku mulai mendesah merasakan bola mutiara itu memijit-mijit dinding vaginaku.Uhh.. nikmat sekali. Daun mudaku yang satu ini memang kreatif sekali mendandani penisnya. Suatu kali saat aku berkencan dengannya, Jonathan memasang sepuluh anting-anting kecil yang terbuat dari silikon di sekeliling leher penisnya.Hasilnya..wow, aku mengalami multi orgasme hingga 17 kali berturut-turut. Saat itu hampir aku kehabisan nafas.Seperti biasa saat aku main dengan Jonathan, Stanley kumat gilanya. Penis Jonathan yang berdiameter 5 cm itu sudah hampir memenuhi vaginaku, Stanley menambahnya dengan menghujamkan penisnya yang berukuran kurang lebih sama dengan Jonathan ke dalam vaginaku. Akkhhh.. nikmatnya! Aku sampai menggigit tangan Felix yang sedang memelukku.“Ahh.. ahh.. ooohhh..”, birahiku semakin memuncak.

Saat itu Rhino langsung menyumpal mulutku dengan penisnya yang belum disunat itu. Mmm.. nikmat sekali.Aku mengulum dan memainkan ujung penis Rhino yang kenyal. I like this.. aku menggigitinya seperti permen karet. Anak itu mengerang keasyikan. Aku merasa birahiku semakin memuncak. Dan..ahhh, aku pun mencapai orgasmeku. Jonathan dan Stanley mencabut penis mereka pelan-pelan. Kemudian gantian Stanley yang memasukkan penisnya yang basah itu ke dalam mulutku.Di bawah, Frans kembali bergumul dengan vaginaku. Lidahnya lincah menari-nari membangkitkan kembali gairahku hingga birahiku kembali naik. Lantas dituntaskannya dengan penis supernya tersebut.

Ahhh.. nikmatnya. Kami terus berpesta, bergumul dan berganti-ganti posisi. Tanpa terasa malam hampir mencapai pukul 12. Artinya sebentar lagi hari ulang tahunku akan tiba. Saat itu segenap kepuasan telah menyelimuti kami dari pesta sejak sore tadi. Tubuh-tubuh macho itu tergeletak melepas ketegangannya di tengah-tengah tubuhku, sambil kami bercumbu-cumbu kecil.Akhirnya alarm handphoneku yang sengaja kupasang, berbunyi. Now it’s the time!Tepat jam 12 aku mengeluarkan kue ulang tahun yang kubeli tadi siang dari dalam lemari es,kuletakkan di atas meja.

Kedelapan daun mudaku berdiri mengelilingi meja tersebut. Acara potong kue pun dimulai. Potongan pertama kuletakkan di atas cawan, kemudian kuberikan pada Chris yang berdiri di sebelahku. Kusuapkan sepotong ke mulutnya dengan mulutku. Kemudian potongan kedua kuberikan pada Frans dengan cara yang sama. Lalu berturut-turut Stanley, Jonathan, Arga, Dodi, Rhino dan terakhir Felix.Kami pun berpesta dengan kue itu dan tentunya beberapa botol anggur yang telah kuberi obat perangsang tadi. Selesai makan, atas ide Frans aku diminta berbaring di atas meja, kemudian tubuhku dibaluri sisa krim dari kue dan sedikit disirami anggur. Kemudian dengan buas, kedelapan daun mudaku melumat tubuhku dengan lidah mereka. Ahh.. nikmat sekali rasanya.

Aku merasa seperti ratu yang dimanja gundik-gundiknya.Mereka tak hanya menjilati, tapi juga mencumbui seluruh permukaan kulitku. Sshh.. oohhh.. Felix memang pintar sekali menjelajahi payudaraku. Anak itu berduet dengan Arga melumat payudara dan puting susuku. Frans, Rhino dan Chris asyik berebutan mengeroyok vagina dan pantatku. Uhhh.. rasanya vaginaku ingin meleleh dibuatnya.Sudah 8 kali aku orgasme dengan permainan ini, namun mereka terus asyik melumat tubuhku tanpa henti. Gila, obat perangsang pemberian salah seorang temanku itu memang top banget.“Sshhh.. ooohhh..”, untuk yang ke-9 kalinya aku mencapai orgasme.Karena tak tahan aku pun bangkit.

Tubuhku sudah basah oleh air liur mereka. Aku melirik ke jam di handphoneku. 00:57. Sebentar lagi Daniel dan tante-tantenya akan kemari.“Sebentar ya sayang..”, aku menyingkir sedikit dari daun-daun mudaku untuk mengirim SMS ke Daniel.Tak lama kemudian anak itu membalas. Yup, confirm! Mereka sedang di lift dan sebentar lagi akan tiba.“Ok sayang.. kalian semua betul-betul hebat. Tante senang sekali merayakan pesta ulang tahun seperti ini. Nah.. sebagai imbalan, tante punya surprise buat kalian semua..”, cetusku sambil senyum-senyum.

Kedelapan pria itu saling berpandangan dengan bingung.“Wah, surprise apalagi nih tante?”, tanya Chris.Aku mengecup bibir anak itu.“Liat aja bentar lagi”, jawabku.Baru saja aku meyelesaikan kalimatku, pintu kamar berbunyi. Aku segera memakai kimono dan menghampiri pintu.“Happy birthday Tasha..”Daniel dan tante-tantenya berteriak ribut mengejutkan semua pria yang ada di dalam kamarku. Aku mempersilakan masuk dan mengenalkan mereka.

Melihat kedelapan daun mudaku yang tanpa busana, kelima wanita itu langsung menanggalkan pakaian mereka tanpa basa-basi.“Oke semua, this is the real party.. Enjoy it!”, seruku pada mereka.Bagai pasukan yang dikomando, mereka langsung mencari pasangan dan memilih tempat masing-masing untuk melepas birahinya. Aku menghampiri Daniel yang masih berpakaian lengkap.“Sayang.. sekarang saatnya kita berduaan. Biar saja mereka berpesta, tante ingin menikmati tubuh kamu sendirian.. mmm.. mmm..”, desahku seraya mencium bibir Daniel.Pria macho itu langsung menggendong tubuhku dan membawaku ke bathroom. Daniel mendudukkanku di atas meja wastafel, dan kami pun melanjutkan ciuman kami. Tanganku lincah melucuti kemeja yang membungkus tubuh Daniel. Anak itu juga melepas kimono yang kupakai. My God! Untuk kesekian kali aku mengagumi tubuh kekar Daniel yang putih itu. Aku mendekap tubuhnya hingga dadanya menempel ketat di payudaraku. Ssshh.. hangat sekali. Daniel menciumi leher dan bahuku habis-habisan. Gairahku kembali naik.

Dengan lembut Daniel mendorong tubuhku hingga setengah berbaring di atas wastafel tersebut. Kemudian dengan liar anak itu menjelajahi tubuhku dengan lidahnya. Ahhh.. dia pintar sekali mencumbui puting susuku. Sementara sebelah tangannya mengusap-usap permukaan kemaluanku. Kedua tanganku sampai meremas rambut Daniel untuk menahan kenikmatanku. Daniel membasahi jari-jarinya dengan lidahnya, kemudian dimasukannya jari tengahnya yang kekar itu ke dalam lubang vaginaku.“Sshhh.. ooohhh..”, aku mendesah merasakan kenikmatan itu.Daniel melirik ke wajahku yang sedang berekspresi seperti orang ketagihan. Bibir, lidah dan giginya tak henti-henti mencumbui puting susuku.

Daniel memang lihai sekali memainkan tempo. Tak sampai lima belas menit, jari-jari Daniel berhasil membuatku klimaks. Aku memeluk dan mencium anak itu.Kemudian gantian aku yang turun ke bawah untuk menikmati penisnya yang aduhai itu. Gila, masih lemesnya aja segini, gimana udah tegang nanti. Penis Daniel yang tidak disunat itu terlihat lucu dengan daging lebih di ujungnya. Dengan lincah aku menjilati sekeliling penis anak itu. Daniel meremas rambutku dengan penuh nafsu. Lidahku mulai menjelajahi batang penisnya yang besar itu. Uhhh.. gila besar sekali. Sampai pegel lidahku menjilatinya. Sesekali Daniel menggesek-gesekkan batang penisnya itu ke mulutku dengan geMas. Aku semakin liar saja melumatnya. Pelan-pelan aku mulai melahap penis Daniel. Mmm.. mmm.. enak sekali. Aku mengulum ujung penis Daniel yang kenyal, dan menarik-nariknya seperti permen karet. Anak itu sempat bergidik menahan nikmat.

Sambil mengulum ujungnya, kedua tanganku memainkan batang penisnya yang sudah basah oleh air liurku itu. Lidahku semakin lincah dan liar.Akhirnya penis Daniel mencapai ukuran klimaksnya. Dan.. wow betul-betul fantastis. Aku mengukurnya dengan jariku. Gila, nyaris dua jengkal tanganku. Kayaknya tadi waktu party bareng tante-tantenya nggak segede ini. Makan apa sih ni anak. Penis Daniel sudah keras,kepalanya sudah menyembul dari balik kulitnya dan urat-urat yang perkasa mulai menghiasi sekeliling batang penisnya. Daniel mengusap-usapkan penisnya ke sekujur wajahku.

Ahhh.. nikmat sekali. Sebentar lagi aku akan merasakan kejantanannya.Sambil berpegangan di wastafel, aku siap dengan posisi nungging. Perlahan-lahan Daniel menyelipkan batang penis jumbonya itu ke dalam liang vaginaku. Aahhh.. aku merasa seperti seorang perawan yang baru menikmati malam pertama. Penis Daniel terasa sulit menembus vaginaku. Pelan-pelan Daniel menusukkan semakin dalam, dan.. akhirnya penis Daniel amblas ke dalam vaginaku. Uhhh.. rasanya ketat sekali di dalam.“Shh.. tante.. lubangnya sempit banget sih.. enak banget nih..ahhh..”, Daniel mendesah ditelingaku.

Pelan-pelan Daniel mulai memaju-mundurkan penisnya. Ohh..ohhh..ooohhh.. nikmat sekali. Sementara kedua tangannya yang kekar meremas payudaraku.“Aahhh.. ahh.. Daniel.. aahhh.. enak sekali sayang.. aahhh..”, Aku merasakan tubuhku akan meledak menahan rasa nikmat yang luar biasa.Baru kali ini aku merasa seperti ini. Dan tak lama kemudian aku pun mencapai klimaks. Ahhh.. Daniel mencabut batang penisnya dari vaginaku. Gila, anak itu masih cool aja. Masih dalam posisi berdiri, aku memeluk tubuh kekarnya, sambil menciumi dadanya yang bidang.

“Gila, kamu hebat sayang.. mmmhhh..”, desahku seraya melumat bibirnya.Daniel lalu menggendong tubuhku dan dia mulai melumat payudara dan puting susuku. Ahhh.. asyik sekali.“Tante.. aku mau sambil berdiri ya..”, desahnya.Aku mengangguk. Tanpa kesulitan Daniel kembali meyelipkan batang penisnya yang masih keras ke dalam vaginaku yang sudah becek. Oohhh.. kami bermain dengan posisi berdiri. Berat badanku membuat penis Daniel menancap semakin dalam. Nikmat sekali rasanya.Entah berapa kali aku dan Daniel saling melepas nafsu di kamar mandi itu. Tubuhku sampai lemas karena terlalu sering orgasme. Daniel yang masih stay cool duduk di atas toilet, sementara aku duduk di pangkuannya sambil merebahkan tubuhku di dadanya yang bidang.

“Hhh.. kamu gila sayang, hebat banget sih..”, cetusku sambil mencubit hidung Daniel.Anak itu tersenyum sambil mengusap rambutku.“Tante juga hebat.. gila tadi tante party sama cowo-cowo itu ya?”, tanya Daniel sedikit takjub.Aku mengangguk manja. Anak itu sampai geleng-geleng.“Kamu juga sering kan party bareng tante-tantemu itu? Hayo ngaku..”, celetukku dengan nada bercanda.Daniel tertawa. Sambil melepas lelah aku berbagi cerita dengan Daniel. Aku sampai geleng-geleng mendengar ceritanya. Di usianya yang masih semuda itu ternyata pengalaman seksualnya jauh lebih banyak dari padaku.

Dengan segala kelebihan fisik yang dimilikinya, anak itu seringkali menyelesaikan persoalan dengan rayuan dan pesona bercintanya. Mulai dari teman sekelasnya yang rela membuatkan PR-nya dan Daniel membayarnya dengan memberi kenikmatan birahi pada si cewe itu. Kemudian tantenya yang kepergok berselingkuh di salah satu restoran, juga merelakan tubuhnya dipuaskan Daniel sebagai imbalan tutup mulut. Bahkan sampai wali kelasnya yang menurutnya memang cantik itu, rela membubuhkan nilai 9 di raport Daniel dengan imbalan pelayanan birahi yang memuaskan dari anak itu.

“Tante, kita keluar yuk, kayaknya pada berisik banget deh..”, ajak Daniel tiba-tibaAku mengangguk setuju. Sejak tadi memang di luar kamar mandi tersebut berisik sekali. Suara lenguhan, desahan sampai jeritan manja sayup-sayup terdengar saat aku berpacu nafsu dengan Daniel di kamar mandi tadi.Betapa terkejutnya aku ketika keluar dari kamar mandi melihat pemandangan yang selama ini hanya dapat aku nikmati lewat blue film. Para daun mudaku tersebar di berbagai sudut asyik berbagi kenikmatan dengan tante-tantenya DanielJonathan dan Stanley yang selalu kompak asyik memuaskan Shinta di salah satu sofa.

Arga, Rhino dan Dodi juga sibuk menggumuli Melly, yang paling cantik dan seksi di antara wanita-wanita itu. Sementara Candra bagai seorang ratu tergolek di atas ranjang, sementara Chris dan Felix dengan buas menggeluti tubuhnya yang memang mulus. Si macho-ku Frans rupanya yang jadi favorit sampai Yuni dan Liana berebut menikmati Mr. King-nya. Aku geleng-geleng melihatnya seraya memeluk tubuh Daniel yang ada di sebelahku. Inikah yang namanya orgy? Betul-betul gila. Aku tak menyangka kalau pesta ulang tahunku menjadi sefantastis ini.Aku dan Daniel pun bergabung dengan mereka. Entah berapa jam lamanya aku larut dalam pesta gila itu,kami berganti-ganti pasangan seenaknya.

Entah sudah berapa kali kami orgasme. Namun khasiat obat perangsang yang kubawa itu memang luar biasa. Stamina kami seperti tak ada habis-habisnya.Pesta gila itu akhirnya terhenti oleh Candra yang punya ide untuk bikin games. Wanita itu ingin membuat game seperti yang dilakukannya pada Daniel sore tadi sebagai hadiah ulang tahunku. Tentu saja aku setuju. Dengan posisi nungging, aku berlutut di atas ranjang. Kepalaku rebah di atas bantal,mataku tertutup, sementara kedua tanganku diikat. Kedua pahaku kubuka lebar-lebar. Permainan pun dimulai. Pria-pria yang ada di situ secara acak akan memasukkan batang penisnya ke dalam vaginaku. Jika aku bisa menebak siapa yang sedang beraksi,aku boleh melepas ikatanku dan melapas hasratku dengan pria tersebut.

Namun jika aku salah menebak, aku harus mengulum penis pria tersebut sampai dia orgasme.Suasanya sunyi senyap. Penis pertama mulai menyusup perlahan ke dalam lubang vaginaku.Aku berharap penisnya Jonathan, karena mudah sekali mengenalinya. Perlahan penis itu terus masuk ke dalam liang vaginaku. Ups.. tidak ada aksesoris apa-apa. Berarti bukan Jonathan. Siapa ya? Aku jadi penasaran.Penis itu sudah amblas seluruhnya kedalam vaginaku. Ughh.. nikmatnya. Tapi siapa ya? Aku melakukan kegel untuk memancing desahan pria itu. Sial, nggak bersuara. Yang ada malah suara Shinta, Melly, Candra, Yuni dan Liana yang berah-uh-ah-uh mengacaukanku. Ah.. aku betul-betul bingung.“Stanley?” tebakku.Wanita-wanita itu cekikikan. Sang pria sama sekali tak bersuara.

Tiba-tiba tubuh pria tersebut menunduk hingga aku bisa merasakan dengusan nafasnya. Dibukanya tutup mataku.“Aww.. Chris!”, teriakku.Gimana aku nggak bisa ngenalin sih. Dasar. Mereka semua tertawa. Sebagai konsekuensi, aku harus mengulum penisnya sampai anak itu orgasme. Permainan terus berlanjut. Berkali-kali aku gagal. Mungkin ada sekitar 7 kali aku tidak bisa menebak. Padahal kadang salah seorang dari mereka beraksi lebih dari satu kali. Tapi aku tetap tidak mengenali. Sialnya Jonathan malah melepas aksesoris yang menjadi ciri khasnya. Huh.. Tapi aku senang. Bukan Tasha namaku kalau tidak mengenali penis si macho, Frans. Aku langsung menjerit keasyikan begitu tahu tebakanku tepat. Dengan cool Frans melepaskan ikatanku dan kami melepas birahi dengan ditonton oleh yang lain.

Setelah orgasme, permainan dilanjutkan.Berikutnya ketebak lagi. Gimana nggak, siapa lagi yang penisnya bisa membuatku merasa seperti perawan. Ughhh.. nikmat sekali saat penis super besar itu amblas di dalam vaginaku. Aku yang memang sudah bisa menebak mencoba mengulur waktu sebentar. Nikmat sekali penis ini. Aku melakukan kegel berkali-kali, hingga tiba-tiba penis itu memuntahkan spermanya yang kental di dalam vaginaku. Si pemilik penis mengerang menahan nikmat. Aku bisa mendengar suara gumaman heran orang-orang yang ada di situ.“Gotcha Daniel!”, seruku sambil tersenyum penuh kemenangan.Yang lain berteriak heboh. Daniel pun langsung membuka tutup mata dan tali yang mengikatku.“Tante curang ih..”, rajuknya manja.Aku tertawa dan memeluk tubuh anak itu. Kami pun bercumbu sambil disaksikan yang lain. Tak butuh waktu lama untuk mengembalikan birahi Daniel setelah aku ‘mencuri’ spermanya tadi. Dengan gayanya yang buas, Daniel membuat kami orgasme bersama.Permainan itu berlangsung sampai menjelang pagi. Setelah semua selesai, Daniel dan tante-tantenya pamit untuk kembali ke kamarnya.

Sementara aku juga mau istirahat. Kami pun tertidur pulas sekali. Lewat jam dua belas kami baru bangun. Satu persatu daun mudaku pamit pulang, hingga akhirnya aku sendirian di kamar yang besar itu.Sambil berdiri di pintu, aku menyaksikan pemandangan kamar yang berantakan. Botol-botol minuman berserakan di mana-mana, begitu juga krim-krim bekas kue. Posisi kursi, meja dan sofa sudah nggak jelas, ranjang apalagi sudah mawut-mawutan. Tapi aku merasa puas sekali. Betul-betul pesta ulang tahun yang berkesan. Dan yang lebih berkesan lagi aku dapat daun muda baru, Daniel.

Sejak kejadian itu, aku menjadi akrab dengan Daniel dan juga tante-tantenya. Aku jadi bersahabat karib dengan Candra. Dan dari mereka juga aku mulai mengenal kehidupan malam. Petualangan sex-ku pun makin beragam. Aku mulai sering ikut acara-acara gila yang diadakan Candra dan teman-temannya.Februari kemarin, aku bercerai dengan suamiku. Toh aku pikir ada atau nggak ada suami sama saja. Dia jarang sekali di rumah.Hak asuh Juliet pun kuserahkan dengan ikhlas pada suamiku. Dan kini aku semakin bebas tanpa adanya suami dan anak. Aku bisa keluar rumah sesukaku dan ikut acara-acara gilanya Candra. Bahkan tak jarang aku menjadi tuan rumah untuk acara-acara tersebut, karena rumah peninggalan suamiku ini memang besar sekali. Aku pun juga bebas mengundang daun-daun mudaku ke rumah untuk memuaskanku kapan saja aku mau.

- Tamat -
Read More

Dokter Miranti

Dalam sebuah seminar sehari di hall Hotel Hilton International di Jakarta, tampak seorang wanita paruh baya berwajah manis sedang membacakan sebuah makalah tentang peranan wanita modern dalam kehidupan rumah tangga keluarga bekerja. Dengan tenang ia membaca makalah itu sambil sesekali membuat lelucon yang tak ayal membuat para peserta seminar itu tersenyum riuh.

Permasalahan yang sedang dibahas dalam seminar itu menyangkut perihal mengatasi problem perselingkuhan para suami yang selama ini memang menjadi topik hangat baik di forum resmi ataupun tidak resmi.
Beberapa peserta seminar yang terdiri dari wanita karir, ibu-ibu rumah tangga dan para pelajar wanita itu tampak serius mengikuti jalannya seminar yang diwarnai oleh perdebatan antara pakar sosiologi keluarga yang sengaja diundang untuk menjadi pembicara. Hadir juga beberapa orang wartawan yang meliput jalannya seminar sambil ikut sesekali mengajukan pertanyaan ke arah peserta dan pembicara.

Suasana riuh saat wanita pembicara itu bercerita tentang seorang temannya yang bersuamikan seorang pria mata keranjang doyan main perempuan. Berbagai pendapat keluar dalam perdebatan yang diarahkan oleh moderator.

Diakhir sesi pertama saat para peserta mengambil waktu istirahat selama tiga puluh menit, tampak wanita pembicara itu keluar ruangan dengan langkah cepat seperti menahan sesuatu. Ia berjalan dengan cepat menuju toilet di samping hall tempat seminar. Namun saat melewati lorong menuju tempat itu ia tak sadar menabrak seseorang, akibatnya ia langsung terhenyak.

“Oh, maaf, saya tidak melihat anda, maaf ya?”, seru wanita itu pada orang yang ditabraknya, namun orang itu seperti tak mengacuhkan.
“Oke”, sahut pria muda berdasi itu lembut dan berlalu masuk ke dalam toilet pria.

Wanita itupun bergegas ke arah toilet wanita yang pintunya berdampingan dengan pintu toilet pria. Beberapa saat lamanya wanita itu di sana lalu tampak lelaki itu keluar dari toilet dan langsung menuju ke depan cermin besar dan mencuci tangannya. Kemudian wanita tadi muncul dan menuju ke tempat yang sama, keduanya sesaat saling melirik. “Hai”, tegur pria itu kini mendahului.

“Halo, anda peserta seminar?”, tanya si wanita.
“Oh, bukan. Saya bekerja di sini, maksud saya di hotel ini”, jawab pria itu.
“Oh, kalau begitu kebetulan, saya rasa setelah seminar ini saya akan kontak lagi dengan manajemen hotel ini untuk mengundang sejumlah pakar dari Amerika untuk seminar masalah kesehatan ibu dan anak. Ini kartu namaku”, kata wanita itu sambil mengulurkan tangannya pada pria itu. Lelaki itu mengambil secarik kartu dari dompetnya dan menyerahkannya pada wanita itu.

“Dokter Miranti Pujiastuti, oh ternyata Ibu ini pakar ilmu kedokteran ibu dan anak yang terkenal itu, maaf saya baru pertama kali melihat Ibu. Sebenarnya saya banyak membaca tulisan-tulisan Ibu yang kontroversial itu, saya sangat mengagumi Ibu”, mendadak pria itu menjadi sangat hormat.

“Ah kamu, jangan terlalu berlebihan memuji aku, dan kamu, hmm, Edo Prasetya, wakil General Manager Hilton International Jakarta. Kamu juga hebat, manajer muda”, seru wanita itu sambil menjabat tangan pemuda bernama Edo itu kemudian.
“Kalau begitu saya akan kontak anda mengenai masalah akomodasi dan acara seminar yang akan datang, senang bertemu anda, Edo”, seru wanita itu sambil kemudian berlalu.
“Baik, Bu dokter”, jawab sahut pria itu dan membiarkan wanita paruh baya itu berlalu dari ruangan di mana mereka berbicara.

Sejenak kemudian pemuda itu masih tampak memandangi kartu nama dokter wanita itu, ia seperti sedang mengamati sesuatu yang aneh.
“Bukankah dokter itu cantik sekali?”, ia berkata dalam hati.
“Oh aku benar-benar tak tahu kalau ia dokter yang sering menjadi perhatian publik, begitu tampak cantik di mataku, meski sudah separuh baya, ia masih tampak cantik”, benaknya berbicara sendiri.
“Ah kenapa itu yang aku pikirkan?”, serunya kemudian sambil berlalu dari ruangan itu.

Sementara itu di sebuah rumah kawasan elit Menteng Jakarta pusat tampak sebuah mobil memasuki halaman luas rumah itu. Wanita paruh baya bernama dokter Miranti itu turun dari sedan Mercy hitam dan langsung memasuki rumahnya. Wajah manis wanita paruh baya itu tampaknya menyimpan sebuah rasa kesal dalam hati. Sudah seminggu lamanya suami wanita itu belum pulang dari perjalanan bisnis keluar negeri. Sudah seminggu pula ia didera isu dari rekan sejawat suaminya tentang tingkah laku para pejabat dan pengusaha kalangan atas yang selalu memanfaatkan alasan perjalanan bisnis untuk mencari kepuasan seksual di luar rumah alias perselingkuhan.

Wanita itu menghempaskan badannya ke tempat tidur empuk dalam ruangan luas itu. Ditekannya remote TV dan melihat program berita malam yang sedang dibacakan penyiar. Namun tak berselang lama setelah itu dilihatnya di TV itu seorang lelaki botak yang tak lain adalah suaminya sedang berada dalam sebuah pertemuan resmi antar pengusaha di Singapura. Namun yang membuat hati wanita itu panas adalah saat melihat suaminya merangkul seorang delegasi dagang Singapura yang masih muda dan cantik. Sejenak ia memandang tajam ke arah televisi besar itu lalu dengan gemas ia membanting remote TV itu ke lantai setelah mematikan TV-nya.

“Ternyata apa yang digosipkan orang tentang suamiku benar terjadi, huh”, seru wanita itu dengan hati dongkol.
“Bangsaat..!”, Teriaknya kemudian sambil meraih sebuah bantal guling dan menutupi mukanya.

Tak seorangpun mendengar teriakan itu karena rumah besar itu dilengkapi peredam suara pada dindingnya, sehingga empat orang pembantu di rumah itu sama sekali tidak mengetahui kalau sang nyonya mereka sedang marah dan kesal. Ia menangis sejadi-jadinya, bayang-bayang suaminya yang berkencan dengan wanita muda dan cantik itu terus menghantui pikirannya. Hatinya semakin panas sampai ia tak sanggup menahan air matanya yang kini menetes di pipi.

Tiga puluh menit ia menangis sejadi-jadinya, dipeluknya bantal guling itu dengan penuh rasa kesal sampai kemudian ia jatuh tertidur akibat kelelahan. Namun tak seberapa lama ia terkulai tiba-tiba ia terhenyak dan kembali menangis. Rupanya bayangan itu benar-benar merasuki pikirannya hingga dalam tidurnyapun ia masih membayangkan hal itu. Sejenak ia kemudian berdiri dan melangkah keluar kamar tidur itu menuju sebuah ruangan kecil di samping kamar tidurnya, ia menyalakan lampu dan langsung menuju tumpukan obat yang memenuhi sebagian ruangan yang mirip apotik keluarga. Disambarnya tas dokter yang ada di situ lalu membuka sebuah bungkusan pil penenang yang biasa diberikannya pada pasien yang panik. Ditelannya pil itu lalu meminum segelas air.

Beberapa saat kemudian ia menjadi tenang kemudian ia menuju ke ruangan kerjanya yang tampak begitu lengkap. Di sana ia membuka beberapa buku, namun bebarapa lamanya kemudian wanita itu kembali beranjak menuju kamar tidurnya. Wajahnya kini kembali cerah, seberkas senyuman terlihat dari bibirnya yang sensual. Ia duduk di depan meja rias dengan cermin besar, hatinya terus berbicara.
“Masa sih aku harus mengalah terus, kalau bangsat itu bisa berselingkuh kenapa aku tidak”, benaknya sambil menatap dirinya sendiri di cermin itu. Satu-persatu di lepasnya kancing baju kerja yang sedari tadi belum dilepasnya itu, ia tersenyum melihat keindahan tubuhnya sendiri. Bagian atas tubuhnya yang dilapisi baju dalam putih berenda itu memang tampak sangat mempesona. Meski umurnya kini sudah mencapai empat puluh tahun, namun tubuh itu jelas akan membuat lelaki tergiur untuk menyentuhnya.

Kini ia mulai melepaskan baju dalam itu hingga bagian atas tubuhnya kini terbuka dan hanya dilapisi BH. Perlahan ia berdiri dan memutar seperti memamerkan tubuhnya yang bahenol itu. Buah dadanya yang besar dan tampak menantang itu diremasnya sendiri sambil mendongak membayangkan dirinya sedang bercinta dengan seorang lelaki. Kulitnya yang putih mulus dan bersih itu tampak tak kalah mempesonakan.

“Kalau bangsat itu bisa mendapat wanita muda belia, kurasa tubuh dan wajahku lebih dari cukup untuk memikat lelaki muda”, gumamnya lagi.
“Akan kumulai sekarang juga, tapi..”, tiba-tiba pikirannya terhenti.
“Selama ini aku tak pernah mengenal dunia itu, siapakah yang akan kucari? hmm..”.

Tangannya meraih tas kerja di atas mejanyanya, dibongkarnya isi tas itu dan menemukan beberapa kartu nama, sejenak ia memperhatikannya.
“Dokter Felix, lelaki ini doyan nyeleweng tapi apa aku bisa meraih kepuasan darinya? Lelaki itu lebih tua dariku”, katanya dalam hati sambil menyisihkan kartu nama rekan dokternya itu.
“Basuki Hermawan, ah, pejabat pajak yang korup, aku jijik pada orang seperti ini”, ia merobek kartu nama itu.
“Oh ya, pemuda itu, yah, pemuda itu, siapakah namanya, Dodi?.., oh bukan. Doni?.., oh bukan juga, ah di mana sih aku taruh kartu namanya..”, ia sibuk mencari, sampai-sampai semua isi tak kerja itu dikeluarkannya namun belum juga ia temukan.
“Bangsat! Aku lupa di mana menaruhnya”, sejenak ia berhenti mencari dan berpikir keras untuk mencoba mengingat di mana kartu nama pemuda gagah berumur dua puluh limaan itu. Ia begitu menyukai wajah pemuda yang tampak polos dan cerdas itu. Ia sudah terbayang betapa bahagianya jika pemuda itu mau diajak berselingkuh.

“Ahaa! Ketemu juga kau!”, katanya setengah berteriak saat melihat kartu nama dengan logo Hilton International. Ia beranjak berdiri dan meraih hand phone, sejenak kemudian ia sudah tampak berbicara.
“Halo, dengan Edo, maaf Bapak Edo?”.
“Ya benar, saya Edo tapi bukan Bapak Edo, anda siapa”, terdengar suara ramah di seberang.
“Ah maaf, Edo, saya Dokter Miranti, kamu masih ingat? Kita ketemu di Rest Room hotel Hilton International tadi siang”.
“Oooh, Bu dokter, tentu dong saya ingat. Masa sih saya lupa sama Bu dokter idola saya yang cantik”.
“Eh kamu bisa saja, Do”.
“Gimana Bu, ada yang bisa saya bantu?”, tanya Edo beberapa saat setelah itu.
“Aku ingin membicarakan tentang seminar minggu depan untuk mempersiapkan akomodasinya, untuk itu sepertinya kita perlu berbicara”.
“No problem, Bu. Kapan ibu ada waktu”.
“Lho kok jadi nanya aku, ya kapan kamu luang aja dong”.
“Nggak apa-apa Bu, untuk orang seperti ibu saya selalu siap, gimana kalau besok kita makan siang bersama”.
“Hmm, rasanya aku besok ada operasi di rumah sakit. Gimana kalau sekarang saja, kita makan malam”.
“Wah kebetulan Bu, saya memang lagi lapar. baiklah kalau begitu, saya jemput ibu”.
“Oohh nggak usah, biar ibu saja yang jemput kamu, kamu di mana?”.
“wah jadi ngerepotin dong, tapi oke-lah. Saya tunggu saja di Resto Hilton, okay?”.
“Baik kalau begitu dalam sepuluh menit saya datang”, kata wanita itu mengakhiri percakapannya.

Lalu dengan tergesa-gesa ia mengganti pakaian yang dikenakannya dengan gaun terusan dengan belahan di tengah dada. Dengan gesit ia merias wajah dan tubuh yang masih tampak menawan itu hingga tak seberapa lama kemudian ia sudah tampak anggun.
“Mbok..!”, ia berteriak memanggil pembantu.
“Dalem, Nyaah!”, sahut seorang yang tiba-tiba muncul dari arah dapur.
“Malam ini ibu ndak makan di rumah, nanti kalau tuan nelpon bilang saja ibu ada operasi di rumah sakit”.
“Baik, Nyah..”, sahut pembantunya mengangguk.
Sang dokter itupun berlalu meninggalkan rumahnya tanpa diantar oleh sopir.

Kini sang dokter telah tampak menyantap hidangan makan malam itu bersama pemuda tampan bernama Edo yang berumur jauh di bawahnya. Maksud wanita itu untuk mengencani Edo tidak dikatakannya langsung. Mereka mula-mula hanya membicarakan perihal kontrak kerja antara kantor sang dokter dan hotel tempat Edo bekerja. Namun hal itu tidak berlangsung lama, dua puluh menit kemudian mereka telah mengalihkan pembicaraan ke arah pribadi.

“Maaf lho, Do. Kamu sudah punya pacar?”, tanya sang dokter.
“Dulu pernah punya tapi”, Edo tak melanjutkan kalimatnya.
“Tapi kenapa, Do?”, sergah wanita itu.
“Dia kawin duluan, ah, Emang bukan nasib saya deh, dia kawin sama seorang om-om senang yang cuma menyenangi tubuhnya. Namanya Rani..”.
“Maaf kalau ibu sampai membuat kamu ingat sama masa lalu”.
“Nggak apa-apa kok, Bu. Toh saya sudah lupa sama dia, buat apa cari pacar atau istri yang mata duitan”.
“Sukurlah kalau begitu, trus sekarang gimana perasaan kamu”.
“Maksud ibu?”.
“Perasaan kamu yang dikhianati, apa kamu masih dendam?”, tanya sang dokter seperti merasa ingin tahu.
“Sama si Rani sih nggak marah lagi, tapi sampai sekarang saya masih dendam kesumat sama om-om atau pejabat pemerintah yang seperti itu”, jelas Edo pada wanita itu sembari menatapnya.

Sejenak keduanya bertemu pandang, Edo merasakan sebuah perasaan aneh mendesir dadanya. Hanya beberapa detik saja keduanya saling memandang sampai Edo tersadar siapa yang sedang dihadapinya.
“Ah, ma.., ma.., maaf, Bu. Bicara saya jadi ngawur”, kata pemuda itu terpatah-patah.”Oh nggak, nggak apa-apa kok, Do. Aku juga punya problem yang serupa dengan kamu”, jawab wanita itu sambil kemudian mulai menceritakan masalah pribadi dalam keluarganya. Ia yang kini sudah memiliki dua anak yang bersekolah di Amerika itu sedang mengalami masalah yang cukup berat dalam rumah tangganya. Dengan penuh emosi ia menceritakan masalahnya dengan suaminya yang seorang pejabat pemerintah sekaligus pengusaha terkenal itu.
“Berkali-kali aku mendengar cerita tentang kebejatan moralnya, ia pernah menghamili sekertarisnya di kantor, lalu wanita itu ia pecat begitu saja dan membayar seorang satpam untuk mengawini gadis itu guna menutupi aibnya. Dasar lelaki bangsat”, ceritanya pada Edo.
“Sekarang dia sudah berhubungan lagi dengan seorang wanita pengusaha di luar negeri. Baru tadi aku melihatnya bersama dalam sebuah berita di TV”, lanjut wanita itu dengan raut muka yang sedih.
“Sabar, Bu. Mungkin suatu saat dia akan sadar. Masa sih dia nggak sadar kalau memiliki istri secantik ibu”, ujar Edo mencoba menghiburnya.
“Aku sudah bosan bersabar terus, hatiku hancur, Do. Kamu sudah tahu kan gimana rasanya dikhianati? Dibohongi?”, sengitnya sambil menatap pemuda itu dengan tatapan aneh. Wanita itu seperti ingin mengatakan sesuatu pada Edo.

Beberapa menit keadaan menjadi vacum. Mereka saling menatap penuh misteri. Dada Edo mendesir mendapat tatapan seperti itu, pikirannya bertanya-tanya.
“Ada apa ini?”, gumamnya dalam hati. Namun belum sempat ia menerka apa arti tatapan itu, tangannya tiba-tiba merasakan sesuatu yang lembut menyentuh, ia terhenyak dalam hati. Desiran dadanya kini berubah menjadi getaran keras di jantungnya. Namun belum sempat ia bereaksi atas semua itu tangan sang dokter itu telah meremas telapak tangan Edo dengan mesra. Kini ia menatap wanita itu, dokter Miranti memberinya senyuman, masih misteri.

“Edo., kamu dan aku memiliki masalah yang saling berkaitan”, katanya perlahan.
“Ma, maksud ibu?”, Edo tergagap.
“Kehidupan cinta kamu dirusakkan oleh generasi seumurku, dan rumah tanggaku rusak oleh kehidupan bejat suamiku. Kita sama-sama memiliki beban ingatan yang menyakitkan dengan musuh yang sama”.
“lalu?”.
“Kenapa tak kamu lampiaskan dendam itu padaku?”.
“Maksud ibu?”, Edo semakin tak mengerti.
“Aku dendam pada suamiku dan kaum mereka, dan kau punya dendam pada para pejabat yang telah mengecewakanmu. Kini kau menemukan aku, lampiaskan itu. Kalau mereka bisa menggauli generasimu mengapa kamu nggak menggauli kaum mereka? Aku istri pejabat, dan aku juga dikecewakan oleh mereka”.
“Saya masih belum mengerti, Bu”.
“Maksudku, hmm, kenapa kita tidak menjalin hubungan yang lebih dekat lagi”, jelas wanita itu.

Edo semakin penasaran, ia memberanikan dirinya bertanya, “Maksud ibu, mm, ki, ki, kita berselingkuh?”, ia berkata sambil memberanikan dirinya menatap wanita paruh baya itu.
“Yah, kita menjalin hubungan cinta”, jawab dokter Miranti enteng.
“Tapi ibu wanita bersuami, ibu punya keluarga”.
“Ya, tapi sudah hancur, tak ada harapan lagi. Kalau suamiku bisa mencicipi gadis muda, kenapa aku tidak bisa?”, lanjutnya semakin berani, ia bahkan merangkul pundak pemuda itu. Edo hanya terpaku.
“Ta, tapi, Bu”.
“Seumur perkawinanku, aku hanya merasakan derita, Do. Aku ingin kejantanan sejati dari seorang pria. Dan pria itu adalah kamu, Do”, lalu ia beranjak dari tempat duduknya mendekati Edo. Dengan mesra diberinya pemuda itu sebuah kecupan. Edo masih tak bereaksi, ia seperti tak mempercayai kejadian itu.
“Apakah saya mimpi?”, katanya konyol.
“Tidak, Do. Kamu nggak mimpi, ini aku, Dokter Miranti yang kamu kagumi”.
“Tapi, Bu.., ibu sudah bersuami”.
“Tolong jangan katakan itu lagi Edo”.

Kemudian keduanya terpaku lama, sesekali saling menatap. Pikiran Edo berkecamuk keras, ia tak tahu harus berkata apa lagi. Sebenarnya ia begitu gembira, tak pernah ia bermimpi apapun. Namun ia masih merasa ragu.
“Apakah segampang ini?”, gumamnya dalam hati.
“Cantik sekali dokter ini, biarpun umurnya jauh lebih tua dariku tapi oh tubuh dan wajahnya begitu menggiurkan, sudah lama aku memimpikan bercinta dengan wanita istri pejabat seperti dia. Tapi”, hatinya bertanya-tanya. Sementara suasana vacum itu berlangsung begitu lama. Kini mereka duduk dalam posisi saling bersentuhan. Baru sekitar tiga puluh menit kemudian dokter Miranti tiba-tiba berdiri.

“Do, saya ingin ngobrol lebih banyak lagi, tapi nggak di sini, kamu temui saya di Hotel Hyatt. Saya akan memesan kamar di situ. Selamat malam”, serunya kemudian berlalu meninggalkan Edo yang masih terpaku.
Pemuda itu masih terlihat melamun sampai seorang pelayan restoran datang menyapanya.
“Pak Edo, bapak mau pesan lagi?”.
“Eh, oh nggak, nggak, aduh saya kok ngelamun”, jawabnya tergagap mengetahui dirinya hanya terduduk sendiri.
“Teman Bapak sudah tiga puluh menit yang lalu pergi dari sini”, kata pelayan itu.
“Oh ya?”, sahut Edo seperti orang bodoh. Pelayan itu mengangkat bahunya sambil berlalu.
“Eh, billnya!”, panggil Edo.
“Sudah dibayar oleh teman Bapak”, jawab pelayan itu singkat.
Kini Edo semakin bingung, ia masih merasakan getaran di dadanya. Antara percaya dan tidak. Ia kemudian melangkah ke lift dan turun ke tempat parkir. Hanya satu kalimat dokter Miranti yang kini masih terngiang di telinganya. Hotel Grand Hyatt!
Dengan tergesa-gesa ia menuju ke arah mobilnya. Perjalanan ke hotel yang dimaksud wanita itu tak terasa olehnya, kini ia sudah sampai di depan pintu kamar yang ditanyakannya pada receptionis. Dengan gemetar ia menekan bel di pintu kamar itu, pikirannya masih berkecamuk bingung.

“Masuk, Do”, sambut dokter Miranti membuka pintu kamarnya. Edo masuk dan langsung menatap dokter Miranti yang kini telah mengenakan gaun tidur sutra yang tipis dan transparan. Ia masih tampak terpaku.
“Do, ini memang hari pertemuan kita yang pertama tapi apakah salahnya kalau kita sama-sama saling membutuhkan”, kata dokter Miranti membuka pembicaraan.
“Cobalah realistis, Do. Kamu juga menginginkan ini kan?”, lanjut wanita itu kemudian mendudukkan Edo di pinggir tempat tidur luas itu.
Edo masih tampak bingung sampai sang dokter memberinya kecupan di bibirnya, ia merasakan seperti ada dorongan untuk membalasnya.
“Oh, Bu”, desahnya sambil kemudian merangkul tubuh bongsor dokter Miranti. Dadanya masih bergetar saat merasakan kemesraan wanita itu. Dokter Miranti kemudian memegang pundaknya dan melucuti pakaian pemuda itu. Dengan perlahan Edo juga memberanikan diri melepas ikatan tali gaun tidur sutra yang dikenakan sang dokter. Begitu tampak buah dada dokter Miranti yang besar dan ranum itu, Edo terhenyak.
“Oh, indahnya susu wanita ini”, gumamnya dalam hati sambil lalu meraba payudara besar yang masih dilapisi BH itu. Tangan kirinya berusaha melepaskan kancing BH di punggung dokter Miranti. Ia semakin terbelalak saat melihat bentuk buah dada yang kini telah tak berlapis lagi. Tanpa menunggu lagi nafsu pemuda itu bangkit dan ia segera meraih buah dada itu dan langsung mengecupnya. Dirasakannya kelembutan susu wanita cantik paruh baya itu dengan penuh perasaan, ia kini mulai menyedot puting susu itu bergiliran.

“Ooohh, Edo, nikmat sayang., mm sedot terus sayang ooohh, ibu sayang kamu, Do, ooohh”, desah dokter Miranti yang kini mendongak merasakan sentuhan lidah dan mulut Edo yang menggilir kedua puting susunya. Tangan wanita itupun mulai meraih batang kemaluan Edo yang sudah tegang sedari tadi, ia terhenyak merasakan besar dan panjangnya penis pemuda itu.
“Ohh, besarnya punya kamu, Do. Tangan ibu sampai nggak cukup menggenggamnya”, seru dokter Miranti kegirangan. Ia kemudian mengocok-ngocokkan penis itu dengan tangannya sambil menikmati belaian lidah Edo di sekitar payudara dan lehernya.

Kemaluan Edo yang besar dan panjang itu kini tegak berdiri bagai roket yang siap meluncur ke angkasa. Pemuda yang sebelumnya belum pernah melakukan hubungan seks itu semakin terhenyak mendapat sentuhan lembut pada penisnya yang kini tegang. Ia asyik sekali mengecupi sekujur tubuh wanita itu, Edo merasakan sesuatu yang sangat ia dambakan selama ini. Ia tak pernah membayangkan akan dapat menikmati hubungan seks dengan wanita yang sangat ia kagumi ini, ia yang sebelumnya bahkan hanya menonton film biru itu kini mempraktekkan semua yang ia lihat di dalamnya. Hatinya begitu gembira, sentuhan-sentuhan lembut dari tangan halus dokter Miranti membuatnya semakin terlena.

Dengan mesra sekali wanita itu menuntun Edo untuk menikmati sekujur tubuhnya yang putih mulus itu. Dituntunnya tangan pemuda itu untuk membelai lembut buah dadanya, lalu bergerak ke bawah menuju perutnya dan berakhir di permukaan kemaluan wanita itu. Edo merasakan sesuatu yang lembut dan berbulu halus dengan belahan di tengahnya. Pemuda itu membelainya lembut sampai kemudian ia merasakan cairan licin membasahi permukaan kemaluan dokter Miranti. Ia menghentikan gerakannya sejenak, lalu dengan perlahan sang dokter membaringkan tubuhnya dan membuka pahanya lebar hingga daerah kemaluan yang basah itu terlihat seperti menantang Edo. Pemuda itu terbelalak sejenak sebelum kemudian bergerak menciumi daerah itu, jari tangan dokter Miranti kemudian menarik bibir kemaluannya menjadi semakin terbuka hingga menampakkan semua isi dalam dinding vaginanya. Edo semakin terangsang, dijilatinya semua yang dilihat di situ, sebuah benda sebesar biji kacang di antara dinding vagina itu ia sedot masuk ke dalam mulutnya. Hal itu membuat dokter Miranti menarik nafas panjang merasakan nikmat yang begitu hebat.

“Ohh, hmm, Edo, sayang, ooohh”, desahnya mengiringi bunyi ciplakan bibir Edo yang bermain di permukaan vaginanya.
Dengan gemas Edo menjilati kemaluan itu, sementara dokter Miranti hanya bisa menjerit kecil menahan nikmat belaian lidah Edo. Ia hanya bisa meremas-remas sendiri payudaranya yang besar itu sambil sesekali menarik kecil rambut Edo.
“Aduuuh sayang, ooohh nikmaat, sayang, oooh Edo, ooohh pintarnya kamu sayang, ooohh nikmatnya, ooohh sedooot teruuusss, ooohh enaakkk, hmm, ooohh”, jeritnya terpatah-patah.

Puas menikmati vagina itu, Edo kembali ke atas mengarahkan bibirnya kembali ke puting susu dokter Miranti. Sang dokterpun pasrah saja, ia membiarkan dirinya menikmati permainan Edo yang semakin buas saja. Daerah sekitar puting susunya tampak sudah kemerahan akibat sedotan mulut Edo.
“ooohh, Edo sayang. Berikan penis kamu sama ibu sayang, ibu ingin mencicipinya”, pinta wanita itu sambil beranjak bangun dan menggenggam kemaluan Edo. Tangannya tampak bahkan tak cukup untuk menggenggamnya, ukurannya yang super besar dan panjang membuat dokter Miranti seperti tak percaya pada apa yang dilihatnya. Wanita itu mulai mengulum penis Edo, mulutnya penuh sesak oleh kepala penis yang besar itu, hanya sebagian kecil saja kemaluan Edo yang bisa masuk ke mulutnya sementara sisanya ia kocok-kocokkan dengan telapak tangan yang ia lumuri air liurnya. Edo kini menikmati permainan itu.
“Auuuhh, Bu, ooohh, enaakk aahh Bu dokter, oooh nikmat sekali, mm, oooh enaknya, ooohh, ssstt, aahh”, desah pemuda itu mulai menikmatinya.

Sesaat kemudian, Dokter Miranti melepaskan kemaluan yang besar itu lalu membaringkan dirinya kembali di pinggiran tempat tidur. Edo meraih kedua kaki wanita itu dan langsung menempatkan dirinya tepat di depan selangkangan dokter Miranti yang terbuka lebar. Dengan sangat perlahan Edo mengarahkan kemaluannya menuju liang vagina yang menganga itu dan, “Sreett.., bleeesss”.
“Aduuuhh, aauuu Edooo, sa.., sa.., sakiiittt, vaginaku robeeek aahh, sakiiit”, teriak dokter Miranti merasakan vaginanya yang ternyata terlalu kecil untuk penis Edo yang super besar, ia merasakan vaginanya robek oleh terobosan penis Edo. Lebih dahsyat dari saat ia mengalami malam pertamanya.
“Edo sayang, punya kamu besar sekali. Vaginaku rasanya robek do, main yang pelan aja ya, sayang?”, pintanya lalu pada Edo.
“Ouuuhh, ba.., ba.., baik, Bu”, jawab Edo yang tampak sudah merasa begitu nikmat dengan masuknya penis ke dalam vagina dokter Miranti.

Kini dibelainya rambut sang dokter sambil menciumi pipinya yang halus dengan mesra. Pemuda itu mulai menggerakkan penisnya keluar masuk vagina dokter Miranti dengan perlahan sekali sampai beberapa menit kemudian rasa sakit yang ada dalam vagina wanita itu berubah menjadi nikmat, barulah Edo mulai bergerak menggenjot tubuh wanita itu dengan agak cepat. Gerakan tubuh mereka saling membentur mempertemukan kedua kemaluan mereka. Nafsu birahi mereka tampak begitu membara dari gerakan yang semakin lama semakin menggairahkan, teriakan kecil kini telah berubah menjadi desah keras menahan nikmatnya hubungan seks itu.

Keduanya tampak semakin bersemangat, saling menindih bergilir menggenjot untuk meraih tahap demi tahap kenikmatan seks itu. Edo yang baru pertama kali merasakan nikmatnya hubungan seks itu benar-benar menikmati keluar masuknya penis besar itu ke dalam liang vagina sang dokter yang semakin lama menjadi semakin licin akibat cairan kelamin yang muali melumasi dindingnya. Demikian pula halnya dengan dokter Miranti. Ia begitu tampak kian menikmati goyangan tubuh mereka, ukuran penis Edo yang super besar dan terasa merobek liang vaginanya itu kini menjadi sangat nikmat menggesek di dalamnya. Ia berteriak sejadi-jadinya, namun bukan lagi karena merasa sakit tapi untuk mengimbangi dahsyatnya kenikmatan dari penis pemuda itu. Tak pernah ia bayangkan akan dapat menemukan penis sebesar dan sepanjang milik Edo, penis suaminya yang bahkan ia tahu sering meminum obat untuk pembesar alat kelamin tak dapat dibandingkan dengan ukuran penis Edo. Baru pertama kali ini ia melihat ada kemaluan sebesar itu, panjang dan keras sekali.

Bunyi teriakan nyaring bercampur decakan becek dari kedua alat kelamin mereka memenuhi ruangan luas di kamar suite hotel itu. Desahan mereka menahan kenikmatan itu semakin memacu gerakan mereka menjadi kian liar.
“Ooohh, ooohh, ooohh, enaak, oooh, enaknya bu, ooohh nikmat sekali ooohh”, desah Edo.
“mm, aahh, goyang terus, Do, ibu suka sama punya kamu, ooohh, enaknya, sayang ooohh, ibu sayang kamu Edo, ooohh”, balas dokter Miranti sambil terus mengimbangi genjotan tubuh pemuda itu dengan menggoyang pinggulnya.

Lima belas menit lebih mereka melakukannya dengan posisi itu dimana Edo menindih tubuh sang dokter yang mengapit dengan pahanya. Kini saatnya mereka ingin mengganti gaya.
“Ouuuhh Edo sayang, ganti gaya yuuuk?”, ajak sang dokter sambil menghentikan gerakannya.
“Baik, Bu”, jawab pemuda itu mengiyakan.
“Kamu di bawah ya sayang? Ibu pingin goyang di atas tubuh kamu”, katanya sambil menghentikan gerakan tubuh Edo, pemuda itu mengangguk sambil perlahan melepaskan penisnya dari jepitan vagina dokter Miranti. Kemudian ia duduk sejenak mengambil nafas sambil memandangi tubuh wanita itu.
“uuuh, cantiknya wanita ini”, ia bergumam dalam hati lalu berbaring menunggu dokter Miranti yang sudah siap menungganginya.

Kini wanita itu berjongkok tepat di atas pinggang Edo, ia sejenak menggenggam kemaluan pemuda itu sebelum kemudian memasukkannya kembali ke dalam liang vaginanya dengan perlahan dan santai. Kembali ia mendesah merasakan penis itu masuk menembus dinding kemaluannya dan menerobos masuk sampai dasar liang vagina yang terasa sempit oleh Edo.
“Ooouuuhh”, desahnya memulai gerakan menurun-naikkan pinggangnya di atas tubuh pemuda itu.
Edo meraih payudara montok yang bergantungan di dada sang dokter, sesekali ia meraih puting susu itu dengan mulutnya dan menyedot-nyedot nikmat.

Keduanya kembali terlibat adegan yang lebih seru lagi, dengan liar dokter Miranti menggoyang tubuh sesuka hati, ia tampak seperti kuda betina yang benar-benar haus seks. Ia yang baru kali ini menikmati hubungan seks dengan lelaki selain suaminya itu benar-benar tampak bergairah, ditambah dengan ukuran kemaluan Edo yang super besar dan panjang membuatnya menjadi begitu senang. Dengan sepenuh hati ia raih kenikmatan itu detik demi detik. Tak semili meterpun ia lewatkan kenikmatan penis Edo yang menggesek dinding dalam kemaluannya. Ia semakin berteriak sejadi-jadinya.
“Aahh, ooohh, aahh, ooohh, ooohh, enaak, ooohh, nikmaatt, sekali, Edo sayaanngg, ooohh Edo, Do, enaak sayang ooohh”, teriaknya tak karuan dengan gerakan liar di atas tubuh pemuda itu sembari menyebut nama Edo. Ia begitu menyukai pemuda itu.
“Ooohh Bu dokter, ooohh, ibu juga pintar mainnya, ooohh, Bu dokter cantik sekali”, balas Edo.
“Remas susu ibu, Do. ooohh, sedot putingnya sayang, ooohh pintarnya kamu, oooh, ibu senang sama punya kamu, ooohh, nikmatnya sayang, ooohh, panjang sekali, ooohh, enaak”, lanjut sang dokter dengan gerakan yang semakin liar. Edo mengimbangi gerakan itu dengan mengangkat-angkat pantatnya ke arah pangkal paha dokter Miranti yang mengapitnya itu. Ia terus menghujani daerah dada sang dokter yang tampak begitu disenanginya, puting susu itupun menjadi kemerahan akibat sedotan mulut Edo yang bertubi-tubi.

Namun beberapa saat kemudian sang dokter tampak tak dapat lagi menahan rasa nikmat dari penis pemuda itu. Ia yang selama dua puluh menit menikmati permainan itu dengan garang, kini mengalami ejakulasi yang begitu hebat. Gerakannya berubah semakin cepat dan liar, diremasnya sendiri buah dada montoknya sambil lebih keras lagi menghempaskan pangkal selangkangannya pada penis Edo hingga sekitar dua menit berlalu ia berteriak panjang sebelum kemudian menghentikan gerakannya dan memeluk tubuh pemuda itu.
“Ooohh, ooohh, aauu, aku keluarr, Edo, aahh, aah, aku, nggak kuat lagi aku, Do, ooohh, enaaknya, sayang, ooohh, Edo sayang, hhuuuh, ibu nggak tahan lagi”, jeritnya panjang sambil memeluk erat tubuh Edo, cairan kelamin dalam rahimnya muncrat memenuhi liang vagina di mana penis Edo masih tegang dan keras.
“Ooohh nikmat bu, ooohh punya ibu tambah licin dan nikmat, ooohh, nikmat Bu dokter, ooohh, semakin nikmat sekali Bu dokter, ooohh, enaak, mm, ooohh, uuuhh, ooohh, ooohh, nikmat sekali, uuuhh, Bu dokter cantik, aauuuhh, ssshh nikmat bu”, desah Edo merasakan kenikmatan dalam liang vagina sang dokter yang tengah mengalami ejakulasi, vagina itu terasa makin menjepit penisnya yang terus saja menggesek dinding vagina itu. Kepala penisnya yang berada jauh di dalam liang vagina wanita itu merasakan cairan hangat menyembur dan membuat liang vagina sang dokter terasa semakin nikmat dan licin.

Pemuda itu membalas pelukan dokter Miranti yang tampak sudah tak sanggup lagi menggoyang tubuhnya di atas tubuh Edo. Sejenak gerakan mereka terhenti meski Edo sedikit kecewa karena saat itu ia rasakan vagina sang dokter sangat nikmat. Ia berusaha menahan birahinya yang masih saja membara dengan memberi ciuman mesra pada wanita cantik itu.
“Oh Edo sayang, kamu kuat sekali mainnya sayang, aku puas sekali, ibu betul-betul merasa seperti berada di tempat yang paling indah dengan sejuta kenikmatan cinta. Kamu betul-betul jago”, katanya pada Edo sambil memandang wajah pemuda itu tepat di depan matanya, dipeluknya erat pinggang Edo untuk menahan goyangan penis di selangkangannya.

Sejenak Dokter Miranti beristirahat di pelukan pemuda itu, ia terus memuji kekuatan dan kejantanan Edo yang sebelumnya belum pernah ia dapatkan sekalipun dari suaminya. Matanya melirik ke arah jam dinding di kamar itu.
“Edo..”, sapanya memecah keheningan sesaat itu.
“Ya, bu?”, jawab Edo sambil terus memberi kecupan pada pipi dan muka sang dokter yang begitu ia senangi.
“Sudah satu jam lamanya kita bermain, kamu hebat sekali, Do”, lanjutnya terheran-heran.
“Saya baru sekali ini melakukannya, Bu”, jawab Edo.
“Ah masa sih, bohong kamu, Do”, sergah dokter Miranti sambil membalas ciuman Edo di bibirnya.
“Benar kok, Bu. Sumpah saya baru kali ini yang pertama kalinya”, Edo bersikeras.
“Tapi kamu mainnya kok hebat banget? Dari mana kamu tahu gaya-gaya yang tadi kita lakukan”, lanjut sang dokter tak percaya.
“Saya hanya menonton film, Bu”, jawab pemuda itu.
Beberapa menit mereka ngobrol diselingi canda dan cumbuan mesra yang membuat birahi sang dokter bangkit untuk mengulangi permainannya. Dirasakannya dinding vagina yang tadinya merasa geli saat mengalami ejakulasi itu mulai terangsang lagi. Edopun merasakan gejala itu dari denyutan vagina sang dokter. Edo melepaskan pelukannya, lalu menempatkan diri tepat di belakang punggung sang dokter, tangannya nenuntun penis besar itu ke arah permukaan lubang kemaluan dokter Miranti yang hanya pasrah membiarkannya mengatur gaya sesuka hati. Pemuda itu kini berada tepat di belakang menempel di punggung sang dokter, lalu perlahan sekali ia memasukkan penis besarnya ke dalam liang sang dokter dari arah belakang pantatnya.

“Ooohh, pintarnya kamu Edo, oooh ibu suka gaya ini, mm, goyang teruuuss, aahh, nikmat do, ooohh, sampai pangkalnya terusss, ooohh, enaak..tarik lagi sayang ooohh, masukin lagii ooohh, sampai pangkal nya Edo, ooohh, sayang nikmat sekali, ooohh, oohh Edo, ooohh, mm, Edo, sayang”, desah sang dokter begitu merasakannya, atas bawah tubuhnya merasakan kenikmatan itu dengan sangat sempurna. Tangan Edo meremas susunya sementara penis pemuda itu tampak jelas keluar masuk liang vaginanya. Keduanya kembali terlihat bergoyang mesra meraih detik demi detik kenikmatan dari setiap gerakan yang mereka lakukan. Demikian juga dengan Edo yang menggoyang dari arah belakang itu, ia terus meremas payudara montok sang dokter sambil memandang wajah cantik yang membuatnya semakin bergairah. Kecantikan Dokter Miranti yang sangat menawan itu benar-benar membuat gairah bercinta Edo semakin membara. Dengan sepenuh hati digoyangnya tubuh bahenol dan putih mulus itu sampai-sampai suara decakan pertemuan antara pangkal pahanya dan pantat besar sang dokter terdengar keras mengiringi desahan mulut mereka yang terus mengoceh tak karuan menikmati hebatnya rasa dari permainan itu.

Sekitar dua puluh menit berlalu tampak kedua insan itu sudah tak dapat menahan lagi rasa nikmat dari permainan mereka hingga kini keduanya semakin berteriak keras sejadi-jadinya. Tampaknya mereka ingin segera menyelesaikan permainannya secara bersamaan.
“Huuuh, ooohh, ooohh, aahh, ooohh, nikmat sekali Do, goyang lagi sayang, ooohh, ibu mau keluar sebentar lagi sayang, ooohh, goyang yang keras lagi sayang, ooohh, enaknya penis kamu, ooohh, ibu nggak kuat lagi oooh”, jerit dokter Miranti.
“Uuuhh, aahh, ooohh, mm, aah, saya juga mau keluar Bu, ooohh, dokter Miranti sayaang, ooohh, mm, enaakk sekali, ooohh, ooohh, dokter sayang, ooohh, dokter cantik, ooohh, enaakk, dokter dokter sayang, ooohh, vagina dokter juga nikmat sekali, oooh”, teriak Edo juga.
“Ooohh enaknya sayang, ooohh, pintar kamu sanyang, ooohh, kocok terus, oooh, genjot yang keraass, ooohh”.
“Ooohh dokter, susunya, ooohh, saya mau sedot, ooohh”, Edo meraih susu sang dokter lalu menyedotnya dari arah samping.
“Oooh Edo pintarnya kamu sayang, ooohh, nikmatnya, ooohh, ibu sebentar lagi keluar sayang, ooohh, keluarin samaan yah, ooohh”, ajak sang dokter.
“Saya juga mau keluar Bu, yah kita samaan Bu dokter, ooohh, vagina ibu nikmat sekali, ooohh, mm, enaknya, ooohh”, teriak Edo sambil mempercepat lagi gerakannya.

Namun beberapa saat kemudian dokter Miranti berteriak panjang mengakhiri permainannya.
“Aauuuwww, ooohh, Edooo, ibu nggak tahan lagiii, keluaar, aauhh nikmatnya sayang, ooohh”, jeritnya panjang sambil membiarkan cairan kelaminnya kembali menyembur ke arah penis Edo yang masih menggenjot dalam liang kemaluannya. Edo merasakan gejala itu lalu berusaha sekuat tenaga untuk membuat dirinya keluar juga, beberapa saat ia merasakan vagina sang dokter menjepit kemaluannya keras diiringi semburan cairan mani yang deras ke arah penisnya. Dan beberapa saat kemudian ia akhirnya berteriak panjang meraih klimaks permainan.
“Ooohh, aahh, oooww,aahh, dokter, Miranti, sayyaang, oooh, enaak sekalii, ooohh saya juga keluaarr, ooohh”, jeritnya panjang sesaat setelah sang dokter mengakhiri teriakannya.
“Edo sayang, ooohh, jangan di dalam sayang, ooohh, ibu nggak pakai alat kontrasepsi, ooohh, sini keluarin di luar Edo, sayang berikan pada ibu, oooh, enaknya, cabut sayang. Semprotkan ke Ibu, ooohh”, pintanya sembari merasakan nikmatnya denyutan penis Edo. Ia baru sadar dirinya tak memakai alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan. Didorongnya tubuh Edo sambil meraih batang penis yang sedang meraih puncak kenikmatan itu.

Kemudian pemuda itu mencabut penisnya dengan tergesa-gesa dari liang kemaluan sang dokter dan, “Cropp bresss, crooottt.., crooott.., creeess”, cairan kelamin Edo menyembur ke arah wajah sang dokter. Edo berdiri mengangkang di atas tubuhnya dan menyemburkan air maninya yang sangat deras dan banyak ke arah badan dan muka sang dokter. Sebagian cairan itu bahkan masuk ke mulut sang dokter.
“Ohh, sayang,terus ooohh, berikan pada ibu, ooohh, hmm, nyam, enaknya, ooohh, semprotkan pada ibu, ooohh, ibu ingin meminumnya Edo, ooohh, enaakkknya sayang, oooh, lezat sekali”, jerit wanita itu kegirangan sambil menelan habis cairan mani pemuda itu ke dalam mulutnya, bahkan belum puas dengan itu ia kembali meraih batang penis Edo dan menyedot keras batang kemaluannya dan menelan habis sisa-sisa cairan itu hingga Edo merasakan semua cairannya habis.

“Ooohh Bu dokter, ooohh dokter, saya puas sekali bu”, kata Edo sembari merangkul tubuh sang dokter dan kembali berbaring di tempat tidur.
“Kamu kuat sekali Edo, sanggup membuat ibu keluar sampai dua kali, kamu benar-benar hebat dan pintar mainnya, ibu suka sekali sama kamu. Nggak pernah sebelumnya ibu merasakan kenikmatan seperti ini dengan suami ibu. Dia bahkan tak ada apa-apanya dibanding kamu”, seru sang dokter pada Edo sambil mencium dada pemuda itu.

“Saya juga benar-benar puas sekali, Bu. Ibu memberikan kenikmatan yang nggak pernah saya rasakan sebelumnya. Sekarang saya tahu bagaimana nikmatnya bercinta”, jawab Edo sekenanya sambil membalas ciuman dokter Miranti. Tangannya membelai halus permukaan buah dada sang dokter dan memilin-milin putingnya yang lembut.

“Tapi apakah ibu tidak merasa berdosa pada suami Ibu, kita sedang berselingkuh dan ibu punya keluarga”, sergah Edo sambil menatap wajah manis dokter Miranti.
“Apakah aku harus setia sampai mati sementara dia sekarang mungkin sedang asyik menikmati tubuh wanita-wanita lain?”.
“Benarkah?”.
“Aku pernah melihatnya sendiri, Do. Waktu itu kami sedang berlibur di Singapura bersama kedua anakku”, lanjut sang dokter memulai ceritanya pada Edo.

Edo hanya terdiam mendengar cerita dokter Miranti. Ia menceritakan bagaimana suaminya memperkosa seorang pelayan hotel tempat mereka menginap waktu ia dan anak-anaknya sedang berenang di kolam hotel itu. Betapa terkejutnya ia saat menemukan sang pelayan keluar dari kamarnya sambil menangis histeris dan terisak menceritakan semuanya pada manajer hotel itu dan dirinya sendiri.

“Kamu bisa bayangkan, Do. Betapa malunya ibu, sudah bertahan-tahun kami hidup bersama, dengan dua orang anak, masih saja dia berbuat seperti itu, dasar lelaki kurang ajar, bangsat dia itu”, ceritanya pada Edo dengan muka sedih.

“Maaf kalau saya mengungkap sisi buruk kehidupan ibu dan membuat ibu bersedih”.
“Tak apa, Do. Ini kenyataan kok”.

Dilihatnya sang dokter meneteskan air mata, “Saya tidak bermaksud menyinggung ibu, oh..”, Edo berusaha menenangkan perasaannya, ia memeluk tubuh sang dokter dan memberinya beberapa belaian mesra. Tak disangkanya dibalik kecantikan wajah dan ketenaran sang dokter ternyata wanita itu memiliki masalah keluarga yang begitu rumit.

“Tapi saya yakin dengan tubuh dan wajah ibu yang cantik ini ibu bisa dapatkan semua yang ibu inginkan, apalagi dengan permaian ibu yang begitu nikmat seperti yang baru saja saya rasakan, bu”, Kata Edo menghibur sang dokter.

“Ah kamu bisa aja, Do. Ibu kan sudah nggak muda lagi, umur ibu sekarang sudah empat puluh tiga tahun, lho?”.
“Tapi, Bu terus terang saja saya lebih senang bercinta dengan wanita dewasa seperti ibu. Saya suka sekali bentuk tubuh ibu yang bongsor ini”, lanjut pemuda itu sambil memberikan ciuman di pipi sang dokter, ia mempererat pelukannya.
“Kamu mau pacaran sama ibu?”.
“Kenurut ibu apa yang kita lakukan sekarang ini bukannya selingkuh?”, tanya Edo.
“Kamu benar suka sama ibu?”.
“Benar, Bu. Sumpah saya suka sama Ibu”, Edo mengecup bibir wanita itu.
“Oh Edo sayang, ibu juga suka sekali sama kamu. Jangan bosan yah, sayang?”.
“Nggak akan, bu. Ibu begitu cantik dan molek, masa sih saya mau bosan. Saya sama sekali tidak tertarik pada gadis remaja atau yang seumur. Ibu benar-benar sesuai seperti yang saya idam-idamkan selama ini. Saya selalu ingin bermain cinta dengan ibu-ibu istri pejabat. Tubuh dan goyang Bu dokter sudah membuat saya benar-benar puas”.
“Mulai sekarang kamu boleh minta ini kapan saja kamu mau, Do. Ibu akan berikan padamu”, jawab sang dokter sambil meraba kemaluan Edo yang sudah tampak tertidur.
“Terima kasih, Bu. Ibu juga boleh pakai saya kapan saja ibu suka”.
“Ibu sayang kamu, Do”.
“Saya juga, Bu. oooh dokter Miranti”, desah pemuda itu kemudian merasakan penisnya teremas tangan sang dokter.
“Oooh Edo, sayang..”, balas dokter Miranti menyebut namanya mesra.

Kembali mereka saling berangkulan mesra, tangan mereka meraih kemaluan masing-masing dan berusaha membangkitkan nafsu untuk kembali bercinta. Edo meraih pantat sang dokter dengan tangan kirinya, mulutnya menyedot bibir merah sang dokter. “Oooh dokter Miranti, sayang, ooohh”, desah Edo merasakan penisnya yang mulai bangkit lagi merasakan remasan dan belaian lembut tangan sang dokter. Sementara tangan pemuda itu sendiri kini meraba permukaan kemaluan dokter Miranti yang mulai terasa basah lagi.

“ooohh, uuuhh Edo sayang, nikmat.sayang, ooohh Edo, Ibu pingin lagi, Do, ooohh, kita main lagi sayang, ooohh”, desah manja dan menggairahkan terdengar dari mulut dokter Miranti.
“Uuuhh, saya juga kepingin lagi Bu dokter, ooohh, Ibu cantik sekali, oooh, dokter Miranti sayang, ooohh, remas terus penis saya Bu, ooohh”.
“Ibu suka penis kamu Do, bentuknya panjang dan besar sekali. ooouuuhh, baru pertama ini ibu merasakan penis seperti ini”, suara desah dokter miranti memuji kemaluan Edo.

Begitu mereka tampak tak tahan lagi setelah melakukan pemanasan selama lima belas menit, lalu kembali keduanya terlibat permainan seks yang hebat sampai kira-kira pukul empat dini hari. Tak terasa oleh mereka waktu berlalu begitu cepat hingga membuat tenaga mereka terkuras habis. Dokter Miranti berhasil meraih kepuasan sebanyak empat kali sebelum kemudian Edo mengakhiri permainannya yang selalu lama dan membuat sang dokter kewalahan menghadapinya. Kejantanan pemuda itu memang tiada duanya. Ia mampu bertahan selama itu, tubuh sang dokter yang begitu membuatnya bernafsu itu digoyangnya dengan segala macam gaya yang ia pernah lihat dalam film porno. Semua di praktikkan Edo, dari ˜doggie style™ sampai 69 ia lakukan dengan penuh nafsu. Mereka benar-benar mengumbar nafsu birahi itu dengan bebas. Tak satupun tempat di ruangan itu yang terlewat, dari tempat tidur, kamar mandi, bathtub, meja kerja, toilet sampai meja makan dan sofa di ruangan itu menjadi tempat pelampiasan nafsu seks mereka yang membara.

Akhirnya setelah melewati ronde demi ronde permainan itu mereka terkulai lemas saling mendekap setelah Edo mengalami ejakulasi bersamaan dengan orgasme dokter Miranti yang sudah empat kali itu. Dengan saling berpelukan mesra dan kemaluan Edo yang masih berada dalam liang vagina sang dokter, mereka tertidur pulas.

Malam itu benar-benar menjadi malam yang sangat indah bagi keduanya. Edo yang baru pertama kali merasakan kehangatan tubuh wanita itu benar-benar merasa puas. Dokter Miranti telah memberinya sebuah kenikmatan yang selama ini sangat ia dambakan. Bertahun-tahun lamanya ia bermimpi untuk dapat meniduri istri pejabat seperti wanita ini, kini dokter Miranti datang dengan sejuta kenikmatan yang ia berikan. Semalam suntuk penuh ia lampiaskan nafsu birahinya yang telah terpendam sedemikian lama itu di tubuh sang dokter, ia lupa segalanya. Edo tak dapat mengingat sudah berapa kali ia buat sang dokter meronta merasakan klimaks dari hubungan seks itu. Cairan maninya terasa habis ia tumpahkan, sebagian di mulut sang dokter dan sebagian lagi disiramkan di sekujur tubuh wanita itu.

Begitupun dengan dokter Miranti, baginya malam yang indah itu adalah malam pertama ia merasakan kenikmatan seksual yang sesungguhnya. Ia yang tak pernah sekalipun mengalami orgasme saat bermain dengan suaminya, kini merasakan sesuatu yang sangat hebat dan nikmat. Kemaluan Edo dengan ukuran super besar itu telah memberinya kenikmatan maha dahsyat yang takkan pernah ia lupakan. Belasan kali sudah Edo membuatnya meraih puncak kenikmatan senggama, tubuhnya seperti rontok menghadapi keperkasaan anak muda itu. Umur Edo yang separuh umurnya itu membuat suasana hatinya sangat bergairah. Bagaimana tidak, seorang pemuda tampan dan perkasa yang berumur jauh di bawahnya memberinya kenikmatan seks bagai seorang ksatria gagah perkasa. Ia sungguh-sungguh puas lahir batin sampai-sampai ia rasakan tubuhnya terkapar lemas dan tak mampu bergerak lagi, cairan kelaminnya yang terus mengucur tiada henti saat permainan cinta itu berlangsung membuat vaginanya terasa kering. Namun sekali lagi, ia merasa puas, sepuas-puasnya.

Sejak saat itu, dokter Miranti menjalin hubungan gelap dengan dengan Edo. Kehidupan mereka kini penuh dengan kebahagiaan cinta yang mereka raih dari kencan-kencan rahasia yang selalu dilakukan kedua orang itu saat suami dokter Miranti tidak di rumah. Di hotel, di apartement Edo atau bahkan di rumah sang dokter mereka lakukan perselingkuhan yang selalu diwarnai oleh hubungan seks yang seru tak pernah mereka lewatkan.

Terlampiaskan sudah nafsu seks dan dendam pada diri mereka masing-masing. Dokter Miranti tak lagi mempermasalahkan suaminya yang doyan perempuan itu. Ia bahkan tak pernah lagi mau melayani nafsu birahi suaminya dengan serius. Setiap kali lelaki itu memintanya untuk bercinta ia hanya melayaninya setengah hati. Tak ia hiraukan lagi apakah suaminya puas dengan permainan itu, ia hanya memberikan pelayanan sekedarnya sampai lelaki botak dan berperut besar itu mengeluarkan cairan kelaminnya dalam waktu singkat kurang dari tiga menit. Ingin rasanya dokter Miranti meludahi muka suaminya, lelaki tak tahu malu yang hanya mengandalkan uang dan kekuasaan. Yang dengan sewenang-wenang membeli kewanitaan orang dengan uangnya. Lelaki itu tak pernah menyangka bahwa istrinya telah jatuh ke tangan seorang pemuda perkasa yang jauh melebihi dirinya. Ia benar-benar tertipu.

- Tamat -
Read More