Saturday, September 2, 2017

Farida ketemu Public Agent

Siang ini cuaca begitu terik, terpaksa ku buka kaca jendela mobilku. Lalu lintas Kota Surabaya begitu padat sehingga kecepatan mobilku tidak dapat kupacu. Pengendara motor yang kadang seenaknya menyalip, belum lagi tukang becak yang seenaknya belok membuatku harus ekstra berhati-hati membawa kendaraanku.
Hari ini, aku hendak pulang ke Bandung dengan membawa Strada kesayanganku. Pesta pernikahan keponakanku di Surabaya telah berakhir kemarin. Istri dan anakku memilih pulang dengan penerbangan terakhir kemarin sore dan aku baru berangkat tadi jam 7 karena mobilku masih digunakan untuk kepentingan antar barang dan keluarga.
Route yang ku pilih adalah lewat jalur Selatan yang udaranya tidak panas. Setelah bahan bakar kuisi full, aku mulai menjalani route yang sudah ku rencanakan.

Alunan Country Road Take Me Homenya John Denver menyertai perjalananku menjalani route keluar dari kota Surabaya ke arah barat.
Tiba di kota Kecamatan Babat, kuhentikan sejenak mobilku di daerah pesawahan. Aku butuh waktu sejenak untuk meluruskan tubuhku.
Sambil menikmati pemandangan, kunikmati rokok kretek dan minuman mineral. Ketenanganku terganggu oleh sebuah suara .
 Maaf, Pak. Saya mengganggu
Ah . suara perempuan dan ketika ku tolehkan kepalaku, di hadapanku berdiri seorang perempuan muda kira-kira berusia 23 tahun, berbaju ala country lengkap dengan ransel ukuran 60 liter di pundaknya.
 Oh  iya, ada apa Mbak ?  jawabku.
 Bapak mau kemana kalau boleh saya tau , tanyanya dengan sikap yang sopan.
 Saya mau ke Bandung, Mbak , jawabku lagi
 Lewat jalur Utara atau Selatan, Pak ?
 Ya dari sini terus ke Madiun, Solo, Jogja . ya Selatan. Memangnya Mbak mau kemana ?  aku balik bertanya.
 Saya mau ke Jogja, Pak tapi saya .. eeee  kelihatan dia bingung mau melanjutkan kata-katanya.
Aku sudah bisa menebak apa yang hendak dikatakannya
 Mbak mau nunut ke Jogja yaa ?  tanyaku sambil tersenyum.
 Kalau Bapak tidak berkeberatan tentunya  jawabnya sambil tersipu.
 Tentu saya kebaratan kalau harus ikut manggul ranselmu tetapi kalau Mbak mau simpan itu ransel di jok belakang dan mau duduk di samping saya jadi teman ngobrol yang enak, saya tidak berkeberatan , jawabku bercanda.
 Ah, Bapak . Terima Kasih ..  katanya sambil tersenyum lebar dan meraih tanganku dan menempelkan ke pipinya. Aku hampir saja menarik tanganku atas sikap spontannya tetapi akhirnya aku diamkan saja.
Ku buka pintu belakang, ku persilahkan dia untuk menyimpan ranselnya lalu ku tutup lagi.
 Saya istirahat dulu yaa  eh, siapa namamu. Nama saya Ari  jawabku sambil menyodorkan tanganku mengajaknya bersalaman.
 Oh iya, lupa . Saya Farida, Pak  jawabnya sambil menjabat tanganku.
 Ida .. sepertinya bukan nama orang Jawa deh  selidikku.
 Saya mah urang Bandung, Pak. Koq Bapak tau sih ? katanya.
 Jaranglah orang Jawa Tengah atau Timur memberikan nama anak perempuannya dengan nama sepertimu  jawabku.
 Bapak saya orang Cianjur dan Ibu saya orang Pandeglang, Pak  katanya.
 Parantos lami linggih di Bandung ( sudah lama tinggal di Bandung ? ) tanyaku dengan bahasa Sunda.
 Ti lahir dugi ka ayeuna, abdi mah netep di Bandung, Pak ( dari lahir sampai sekarang, saya tinggal di Bandung, Pak ) jawabnya dengan lancar.
Aku tersenyum mendengar jawabannya lalu setelah rokokku habis, ku ajak dia untuk masuk ke mobilku, duduk di sampingku.
Perjalanan kali ini terasa lebih nyaman, di sampingku duduk seorang gadis manis yang dapat dijadikan teman bicara.
Ida bukan lawan bicara yang membosankan, topik obrolan yang ku sodorkan dia layani dengan baik. Dia seorang mahasiswa ternyata dari salah satu PT Negeri di Bandung. Liburannya kali ini dia isi dengan kegiatan menjelajahi pulau Madura lalu pulang dengan cara ngeteng tetapi saat di Surabaya, dia kecopetan. Dasar masih punya semangat juang, nekad dia jual hpnya lalu dengan cara ngeteng kendaraan, dia mau menuju Jogja ke rumah saudaranya untuk minta bantuan.
Tertawa aku mendengar kisahnya, kubilang dia sudah bertindak konyol.
 Kenapa uang hasil jual hp tidak kau pakai ongkos naik kereta ekonomi to, Da ? Kan tidak sampai 100 ribu ..  tanyaku.
 Ida masih mau jalan, Pak. Waktu libur masih panjang, jadi ya dimanfaatkan saja untuk bertualang sejenak, sampai Jogja kan bisa mampir ke rumah Mamang untuk minta ongkos .  jawabnya enteng.
 Terus melanjutkan petualangan lagi ?  tanyaku.
 Ya kalau uangnya dikasih banyak, mending melanjutkan aja  jawabnya lagi seolah tanpa beban.
Hhhmmmm, dasar anak labil, kataku dalam hati.
 Bapak tidak suka keputusan Ida ?  tanyanya.
 Bukan, cuma heran aja  koq masih ada yaa anak perempuan yang berfikir kusut sepertimu  kataku sambil tersenyum.
 Aaaaa  Bapak  katanya sambil memukul bahuku dan akhirnya pecah tawaku melihat kemanjaannya. Ida merengut tetapi akhirnya tertawa juga.
Jam 13.00, kami masuk Kota Madiun. Ku ajak Ida untuk makan. Mulanya dia menolak dan bilang mau tidur saja tetapi aku paksa dia untuk menemaniku makan siang di sebuah rumah makan Khas Jawa Timur.
Setelah pesanan ku tulis, kami ngobrol-ngobrol  kadang ku pakai bahasa Sunda dan Ida menjawab pula dengan bahasa Sunda.
Ketika pesanan makanan datang, kami langsung makan bersama diselingi obrolan-obrolan ringan. Usai makan, aku nikmati juice alpukat sementara Ida minum orange juice. Ternyata anak ini tidak merokok seusai makan bahkan saat ku tawarkanpun dia menolak .. 1 point dariku untuknya.
Usai istirahat setelah makan, aku ajak Ida untuk melanjutkan perjalanan, Madiun Jogja paling hanya 3-4 jam bila ku tempuh dengan santai dan aku jadi tertarik juga untuk beristirahat di Jogja karena sampai Jogja nanti aku akan berpisah dengan Ida, dan aku harus jalan sendiri lagi . ke Bandung .. wah, koq rasanya gak ngasih ya ini hati
Pengaruh perut kenyang ternyata menyerang Ida, ku lirik selama di jalan dia banyak terkantuk-kantuk dan itu dapat ku maklumi. Ku suruh Ida untuk pindah ke jok belakang tetapi dia menolak, lalu akhirnya sandaran joknya ku turunkan hingga posisinya lebih nyaman. Tak lama dalam posisi itu, Ida pun langsung tertidur.
Sesekali ku lirik, wajahnya yang manis, hidungnya yang tidak terlalu mancung dan bibirnya yang merah tanpa lipstick membuat gemes yang melihatnya. Dadanya tidak kecil juga tidak besar, sedanglah tetapi bentuknya membusung, mengundang seleraku . Lalu batang pahanya yang berukuran sedang membuat nilai keseluruhan yang diperoleh Ida bisa rata-rata 7 . Aahh, aku koq jadi melamun soal tubuhnya ?
Ku nyalakan rokok kretek kesukaanku lalu ku putar kembali lagu-lagu John Denver favoritku.

Masuk Klaten, hari sudah tidak panas, ku lihat jam tangan ternyata jam 16.30 . Jogja paling 45 menit lagi dan tiba-tiba Ida bangun . dia kucek-kucek matanya kemudian melihat jalan di depannya.
 Selamat Sore, Ndoro Putri. Panjenengan wis teko ning Kasultanan Ngayogyakerto Hadiningrat  candaku.
 Ahh  janten isin, abdi mondok meni tibra. Hapunten abdi nya Pak ( Ah, jadi malu, saya tidur sangat nyenyak. Maafkan saya ya Pak , katanya kemudian mengambil tissue basah di dashboard lalu menggosok mukanya.
 Teu sawios atuh Da, pan cape tos ngalalana ti Nagara Tukang Sate ( Gak apa-apa Da, kan cape setelah mengembara dari Negara Tukang Sate ), jawabku sambil tersenyum.
 Bapak ni bisa aja nyandain orang , jawabnya.
 Hehehe .. kalau gak becanda, saya juga sudah ikut tidur, Da. Mau sampai kapan atuh nyampai di Bandung ? kataku.
Akhirnya pukul 17.15 mobilku melewati Candi Prambanan .. dan tak lama kemudian masuklah Kota Gudeg.

Da, ari rumah si Mamang dimana ? tanyaku.
Di daerah Babarsari, Pak jawabnya.
Ku arahkan mobilku kesana dan ketika masuk daerah Babarsari, Ida menunjukkan lokasi rumah pamannya. Sampai depan rumah, terlihat sepi  mungkin sedang pada di dalam rumah, pikirku. Ida lalu meminta nomor hpku dan kuberi saja kartu namaku. Lalu dia ambil ranselnya, mengucapkan Terima Kasih padaku sambil menjabat tanganku dengan kedua tangannya sambil terus ditempelkan ke pipinya.
Ku usap kepalanya lalu  OK, Neng. Selamat Beristirahat dan Bapak akan lanjutkan penjelajahan Bapak sorangan deui ( sendiri lagi )  kataku sambil masuk ke mobil.
 Pak Ari, nuhun pisan ( makasih banget ) yaa . Nanti kalau Ida sudah aman, Ida akan telepon Bapak. Ida temenin lewat telepon deh . Katanya.
 Jebol pulsa atuh, Da  kataku.
 Hati-hati di jalan ya Pak  katanya saat mobilku akan melaju.
 Siap Da. Dadaaaahhhhh  jawabku.
 Dadaaaaahhhhhhh, Paaakkk  teriaknya saat mobilku mulai bergerak meninggalkannya. Dari Babarsari mobil ku bawa menuju kota dan tibalah di Malioboro. Hari sudah mulai gelap saat Stradaku berhenti di depan Stasiun Tugu
Aku berpikir, bila ku geber malam ini, paling jam 8 pagi aku sudah sampai Bandung. Jalan daerah Selatan tidaklah rawan dan aku tidak merasa khawatir karena di dashboard, sepucuk Barretta 9mm menemaniku bila bepergian jauh. Tapi aku memang lelah dan butuh istirahat yang cukup. Akhirnya, ku nyalakan mobilku dan aku arahkan ke hotel di jalan Malioboro.
Tiba di pelataran parkir, ku masukkan Barettaku ke daypack yang di dalamnya sudah berisi baju tidur, celana jeans dan t shirt.
Ku daftarkan diriku di front office lalu aku diantar bell boy ke kamarku. Sesampainya di kamar, segera aku ke kamar mandi, kunyalakan air di bathtub lalu pintu kamar ku kunci. Ku buka semua pakaianku dan hanya menyisakan cd lalu ku buka minuman kaleng dan ku nyalakan televisi melihat berita sambil menunggu air mengisi bathtub.
Setelah kurasa cukup, aku buka cdku lalu aku masuk ke bathtub. Aaaahhhh . seger tenaaan, setelah seharian duduk di belakang kemudi, tubuhku dimanjakan oleh air hangat . ku resapi resapan air hangat di tubuhku dan sesekali ku teguk minuman kesukaanku  tiba-tiba hpku berdering . Aku sempat kaget. Ku ambil hp lalu kulihat . ah telepon lokal, bukan dari hp dan nomornya tidak ku kenal  tapi ku terima saja.
 Halloooo ..
 Dengan Pak Ari ? Ini Ida ..
Aku yang sedang terbaring santai sampai menegakkan punggungku karena kaget, koq sudah nelepon lagi ni anak ..
 Iya Ida .. ada apa yaa ?  tanyaku.
 Musibah, Pak .  jawabnya di seberang sana.
 Musibah apa Da ?  posisi dudukku makin tegak
 Ternyata Mamang sekeluarga sedang pada pergi ke Semarang  katanya.
 Wah . Kumaha atuh nya ( Wah, gimana yaa ) ?  jawabku. Ida tidak menjawab, aku dapat merasakan kebingungannya. Akhirnya .
 Ida .
 Ya Pak  jawabnya.
 Bapak sekarang ada di hotel di jalan Malioboro. Pakai becak dari sana dan nanti Bapak tunggu di depan. Dah, jangan ngomong apa-apa, kita bicarakan disini saja , perintahku.
 Iya, Pak. Ida kesana  jawabnya. Mungkin anak ini bingung sehingga perintahku dia terima tanpa berpikir.
Aku selesaikan mandiku lalu berpakaian. Segera aku ke pelataran hotel dan tak lama kemudian kulihat Ida sudah tiba lalu dia bayar ongkos becak, dia sandang ranselnya .. dan berjalan menghampiriku. Tiba di depanku, dia ambil tanganku, dia tempelan ke pipinya lalu menatapku tanpa bicara. Ku ambil ransel dari punggungnya, dia pasrah saja.
Betapa lelah dan lusuhnya anak ini  pikirku lalu akhirnya ku bawa dia ke kamarku. Lewat di front office, bell boy yg tadi mengantarkanku segera mengambil ransel di tanganku.
Ku peluk bahu Ida, kami berjalan menuju lift karena kamarku ada di lantai 3. Di lift kami tidak berbicara apapun. Tiba di kamar, bell boy menyimpan ransel di dekat kursi tamu lalu berlalu setelah ku beri tips.
Ida terus duduk di sofa, sedang aku membuatkan secangkir teh manis hangat lalu ku sodorkan padanya. Dia terima cangkir itu sambil berguman terima kasih lalu dia teguk teh buatanku. Kubiarkan dia beristirahat sejenak lalu setelah terlihat tenang, baru aku bertanya
 Kata siapa Da, si Mamang pergi ke Semarang ?
 Kata tetangganya, Pak. Tadi Ida ketuk-ketuk pintu, gak ada yang jawab terus Ida nunggu aja di teras. Tak lama kemudian bapak yang di sebelah rumah si Mamang nyamperin Ida terus bilang bahwa Mamang pergi ke Semarang tadi siang dan baru akan pulang lusa. Ida bingung, mau minta tolong siapa. Ida terus ingat Bapak, jadi Ida cari warnet, nelepon Bapak deh  ceritanya
 OK  sekarang gini. Kau mandilah dulu, tuh ada handuk bersih. Usai mandi, baru kita ngobrol  kataku.
Ida lalu membawa ranselnya ke kamar mandi, sementara aku duduk di sofa, menyalakan tv dan menikmati sisa minuman kaleng yang tadi belum habis ..

Ida muncul 30 menit kemudian. Rambutnya basah, dia memakai kemeja kotak kotak dan celana jeans yang ketat sehingga pahanya tercetak dengan jelas.
Sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk, dia minum kembali teh yang masih hangat.
 Saya jadi isin ( malu ) sama Bapak, merepotkan terus  katanya sambil menatapku.
 Ah, merepotkan apa. Wong cuma numpang mobilku, lalu sekarang numpang mandi di hotel punya orang dan .. apa mau numpang tidur juga ?
 Gak apa gitu Pak, saya numpang lagi sama Bapak ?  tanyanya.
 Kalau numpang ke saya .. ya mangga wae, namanya WOT alias Woman On Top?  jawabku tersenyum
Ida terdiam sejenak, mencerna jawabanku lalu ..  Aeh  salah Pak, maksud Ida, apa boleh Ida numpang bermalam di hotel ini ?  jawabnya sambil tertawa menyadari kekeliruan pertanyaannya.
 Ya kalau Ida tidak takut tidur sama Bapak, ya silahkan saja  jawabku dan  nah, muncul deh bayangan indah di otakku ( tepatnya bayangan mesum yang indah  )
 Ah tidak, Ida percaya sama Bapak. Ida di sofa saja tidurnya, kan bawa sleeping bag jadi gak akan rebut selimut Bapak  jawabnya.
 Terbalik. Ida tidurlah di kamar sana, Bapak disini sambil nonton TV  kataku.  Tapi sebelum tidur, kita turun dulu yuk . Bapak lapar, kan baru tadi siang kita makan  lanjutku.
 Terserah Bapak sajalah  kata Ida, lalu berlalu dariku ke kamar, mungkin mau sisir rambutnya dan tak lama kemudian Ida muncul lagi  rambutnya sudah diuntun . Hmmmm cantik juga mahluk ini, kataku dalam hati.

Kami turun menuju lobby lalu membaur di keramaian Malioboro Jogja. Kami jalan-jalan dulu dan Ida ternyata pandai menempatkan diri sehingga orang yang melihat kami pasti akan menilai ini adalah ayah dan anaknya.
Kami masuk keluar toko untuk melihat-lihat lalu di sebuah toko pakaian, ku beli sepotong t shirt dan ku suruh Ida juga untuk memilih. Awalnya dia menolak tapi setelah ku bujuk akhirnya dia mau juga mengambil sepotong t shirt dan kemeja kanvas. Ku bayar semua di kassa lalu kami keluar lagi. Kali ini Ida nenteng tas belanjaan lalu kami masuk rumah makan khas daerah. Aku memesan gudeg kesukaanku dan Ida ikuti saja apa yang ku pesan lalu kami makan.
Ida banyak bercerita, tentang kegiatannya di alam terbuka, tentang kuliahnya, tentang musik, film, makanan lalu dia juga nanya-nanya tentang aku.
Ku ceritakan saja tentang keluargaku, pekerjaanku, hobbyku .. saat kami diam, aku bertanya
 Da, ada satu yang tidak kamu ceritakan
 Apa ya Pak ?  jawabnya.
 Tentang pacarmu  kataku sambil menatap matanya.
Ah  mata itu membeliak sejenak  lalu Ida tertawa dengan renyah ..
 Ida gak laku, Pak  cowoknya ngeri deketin Ida
 Memang kenapa ?
 Mungkin syarat yang Ida ajukan kelewat berat buat mereka ..  katanya sambil tersenyum.
 Wah, ternyata bersyarat juga yaa  jawabku.  Apa aja sih syaratnya ?
 Kudu baik, jujur, setia, ganteng, lembut, gemar bertualang di alam terbuka dan bisa bela diri  katanya nyerocos
 Kalau itu sih kudu Wiro Sableng atau Rambo aja yang jadi pacarmu  jawabku sekenanya. Kriteria itu ada semua pada mereka  lanjutku.
 Gak mau, Wiro Sableng mah agak sinting, Rambo kelewat jago Pak  jawabnya sambil tertawa.
Ah  manisnya ni anak, pikirku. Syarat yang kau kemukakan semua ada padaku hanya terbentur satu . aku sudah tua. Selisih 25 tahun  wah kelewatan . dan aku ngenes sendiri.
 Koq bapak jadi ngalamun ?  Ida bertanya.
 Ndak, Bapak sedang mikir, kira-kira seperti apa kelak cowokmu yaa .
 Ah, dipikirin amat. Ntar juga datang koq kalau memang sudah waktunya  jawabnya simpel.
 Aeh, bener juga
 Kita balik ke hotel yuk, Pak  ajaknya.
Aku langsung menuju ke kasir, membayar pesananku lalu kami berdua berjalan bersama. Kali ini Ida menggayut dengan santainya di lenganku. Ada rasa bangga dalam hatiku berjalan dengan gadis belia. Ada juga rasa risih kalau ada orang yang melihat kami  tapi masa bodoh lah, toh aku bukan Oom Senang pemburu daun muda ( meski kalau dikasih ya gak nolak ).

Tiba di kamar, Ida mencoba kaos dan kemeja yang ku belikan . lalu saat dia keluar dari kamar, ku beri apresiasi dengan tepuk tangan
 Kamu cantik, Da. Sayang yaa
 Sayang kenapa, Pak ?  dia bertanya.
 Sayang usia Bapak terpaut 20 tahun denganmu. Kalau saja Bapak masih seusiamu  hhhmmm . jawabku menggantung.
 Hhhmmm apa  ayo .  kata Ida sambil duduk di sebelahku, memegang lenganku.
 Ya udah Bapak pacarin terus buru-buru Bapak kawinin, takut digondol orang  jawabku.
 Aaaaa . Bapak ..  jawabnya sambil mencubit lenganku lalu tubuhnya agak menjauh dariku, menatapku .
 Bapak baik banget sih sama Ida   katanya
 Ah, biasa saja. Waktulah yang mempertemukan kita. Tadi siang kamu butuh tumpangan, Bapak butuh teman ngobrol, jadilah perjalanan dari Babat sampai Jogja Bapak tidak merasa sepi  jawabku
 Kalau malam ini ?  tanyanya sambil menatapku.
 Kalau malam ini . eeee  kau butuh tempat istirahat dan ..  aku tidak tau harus bilang apa.
 Bapak butuh ditemani ndak ?  tanyanya dan membuatku langsung menatap matanya. Ida tidak menunduk, dengan matanya yang indah menggoda serta senyum manisnya, dia balas tatapan mataku.
Anak ini menantang kelelakianku tapi aku masih belum berani untuk bertindak . Aku takut kegeeran. Mungkin saja dia begini karena menganggap aku baik sehingga dia tidak merasa ragu untu berbicara begitu dan bukan kesitu arah pertanyaannya.
 Koq diam Pak ?  Tanya Ida masih menatapku.
 Ndak  ndak apa-apa  jawabku. Lalu aku berdiri, masuk kamar, hendak membawa selimut dan bantal tapi saat aku berbalik dengan membawa kedua benda itu, Ida ada di belakangku, ternyata dia ngekor ke kamar.
 Bapak mau kemana ?  tanyanya begitu polos
 Bapak mau tidur di sofa, Ida disini dan selimutnya pakai sleepingbag  jawabku.
Ida lalu mengambil lagi bantal dan selimut dari tanganku, melemparkannya ke ranjang lalu Ida peluk aku. Da sandarkan kepalanya ke dadaku dan dia lingkarkan tangannya ke pinggangku.
Aku kaget dan tanganku hanya tergantung bodoh . Aku bingung, ini mesti bagaimana, apakah aku harus balas pelukannya ?
 Bapak sudah banyak menolong Ida. Ida merasa aman terlindung hari ini, jadi Bapak gak usah tidur di sofa. Tidur di ranjang ini dan Ida yang temani .  ku dengar suaranya lalu Ida melangkah sambil tetap memelukku, otomatis aku mundur hingga akhirnya tubuh kami terjerembab ke ranjang. Ida sekarang menindihku, wajahnya tak jauh dari wajahku, dadanya yang sebesar mangga menempel di dadaku, selangkangannya menempel tepat di selangkanganku . wah . wah .. wah .
Ku gulingkan tubuhnya hingga terlentang lalu aku berbaring miring di sampingnya. Ida tetap menatapku sambil tersenyum manis.
 Ida . tidakkah kamu takut tidur bersama seorang lelaki dewasa di kamar ini ?  tanyaku
 Nggak,. Apa yang Ida takutkan ? jawabnya. Wajahnya begitu dekat denganku .. bibir itu . begitu mengundang bibirku untuk melumatnya
 Yaaa kan kita baru kenal . Kita belum .. aku mau bicara apa mendadak beku.
Tiba-tiba .. cup . sebuah kecupan Ida mendarat di pipiku, dekat ke bibirku.
 Bapak sangat baik, Ida percaya sama Bapak  lalu dia bangun dengan cepat, masuk ke kamar mandi. Aku masih termanggu dengan kejadian kilat tadi .. tak lama kemudian Ida sudah keluar. Tubuhnya hanya berbalut kaos putih dan celana tidur yang pendek sekali hingga pahanya yang kuning langsat terpapar jelas di hadapanku. Aku terpana melihatnya dan ketika dia mendekat  ternyata dia tidak menggunakan bra . puncak dadanya terlihat dari kaosnya .. mau apa lagi ni anak, tanyaku dalam hati.

Ida lalu naik ke tempat tidur lalu duduk di sebelahku.
 Bapak tidak ganti baju ?  tanyanya sambil menatapku.
 Eeee  iya, mau ..  jawabku seperti orang dungu lalu aku segera mengambil celana boxerku, masuk kamar mandi, ganti celana panjang dengan boxer, kemeja ku buka lalu ku bawa ke lemari. Dengan pakaian yang sama dengan Ida, aku balik ke kamar mandi, cuci muka, gosok gigi . setelah itu baru aku menuju ke kamar. Ku tatap Ida yang sudah terbaring lalu saat dia melihatku, dia tepuk-tepuk kasur menginsyaratkan aku untuk berbaring di sebelahnya.

Kubaringkan tubuhku lalu Ida merapatkan tubuhnya, dia simpan kepalanya di dadaku, kakinya menindih kakiku hingga kurasakan kehalusan kulit pahanya.
Ini anak sudah pasrah, mau ku apakan juga sepertinya mau tapi aku masih belum berani bertindak jauh jadi hanya ku belai saja rambutnya. Ida merasa nyaman, tubuhnya makin merapat . Kamar hening .. tapi perlahan aku rasakan ada yang mulai mekar ditubuhku .. tidak langsung memang tapi bergerak dengan pasti .. aku yakin, Ida bisa merasakannya.
Ah  kepalang, its now or never .. perlahan . Tanganku mulai membelai punggungnya . Ah, ternyata benar, Ida tidak memakai bra. Kadang tanganku bergerak akan ke samping hingga tepian dadanya tersentuh . Ida menggeliat sedikit bila itu kulakukan atau belaianku agak lebih turun sampai ke dekat pantatnya .. Ida ku dengar agak mendesah.
Perlahan, ku dorong tubuhnya untuk terlentang, saat tubuhnya sudah terlentang  kulihat mata Ida terpejam tetapi aku yakin dia tidak tidur. Ku dekatkan bibirku dan . akhirnya bibirku mendarat di bibirnya  kudiamkan beberapa saat, tidak ada reaksi penolakan lalu mulailah lidahku berusaha menerobos bibirnya . Bibirnya mulai terbuka dan  aaahhhh, lidahnya menyambut lidahku . Ya sudah, aku sudah tidak terhalang apa-apa lagi. Kami berciuman dengan panas . Tanganku bergerak ke dadanya, tidak tanggung-tanggung, tanganku masuk dari bawah kaosnya hingga kurasakan langsung kelembutan kulit perut, kulit dadanya .. saat tanganku tiba di puncak bukitnya, Ida menggelinjang  ku geser bibirku le lehernya, ku tarikan lidahku disana, ku mainkan puncak dadanya . desah Ida semakin kencang saja dan tubuhnya menggeliat-geliat kegelian.
Tidak ada kata yang terucap, hanya desah dan dengus yang keluar dari mulut kami masing-masing. Merasa kagok, ku buka kaos yang dipakai Ida, dia manda saja lalu setelah tubuh atasnya telanjang, aku juga membuka kaosku hingga kami sama-sama telanjang dada.
Sekarang mulutku sudah berada di bukit-bukit indahnya, ku cium, ku jilat, ku gigit lembut dan ku remas . tubuh Ida sudah seperti cacing kepanasan . menggeliat dan mendesah tak tertahan . perlahan, tanganku dan jariku bergerak ke bawah . kugerakkan dengan selembut-lembutnya dan ini justru membuat Ida semakin tidak karuan. Akhirnya tanganku tiba di selangkangannya tapi aku tidak lama singgah disitu, hanya untuk meyakinkan apakah dia akan menolak atau tidak . ternyata tidak, jadi aku teruskan saja tour tanganku ke pahanya yang mulus. Disana agak lama aku singgah. Ku usap paha luarnya terus pindah ke paha dalamnya. Aku jilati perutnya, udelnya yang membuat Ida sampai setengah terbangun karena kegelian dan tangannya meremas rambutku . tidak kupedulikan, aksiku makin memanas saja. Perlahan, ku tarik celana pendek dan CD-nya sekaligus  Ida membantunya dengan mengangkat sedikit pinggulnya. Wow . kemaluan yang indah kini terpapar di depanku, bulunya masih jarang dan tak teratur. Ku arahkan mulutku kesana . Hhhmmmm, terendus bau khas kemaluan gadis yang tengah birahi. Ku jilat bagian atasnya terus bergerak ke bawah, agak kuperlama jilatanku di daging yang terselip lalu akhirnya tiba di lubangnya . ku eksplorasi habis-habisan. Ku sodok dengan lidahku, ku hisap dalam-dalam aroma kemaluannya yang masih segar. Ida sudah bergerak tak menentu, dari mulutnya terdengar suara tak jelas. kadang menjerit lirih, kadang mendesah. Kepalanya terayun ke kiri ke kanan dan akhirnya ku rasakan tubuhnya mengejang, pahanya menjepit kepalaku dan tangannya menekan kepalaku untuk lebih menggerumas selangkangannya . tubuhnya terangkat membusur,  Ida orgasme . beberapa detik kepalaku terjepit diantara pahanya lalu akhirnya tubuhnya terhempas ke belakang .. segera ku buka boxer dan cd-ku. Batangku sudah tegak mengeras beringas  siap menjalankan tugas kelelakianku. Ku lebarkan pahanya, ku payungi tubuhnya. Ku minta Ida untuk menuntun batang kemaluanku ke lubang hangatnya, perlahan kepala batang kemaluanku dia tempelkan di bibir lubang kemaluannya yang sudah basah dan licin, Ida gosok-gosokan dulu kepala batang kemaluanku lalu setelah pas sedikit demi sedikit kudorong pantatku untuk menembus lubang hangatnya, Ida merintih saat batangku menyusuri lubangnya dan tubuhnya tersentak saat semua batangku sudah amblas di lubangnya. Anak ini sudah tidak virgin lagi tapi lubang kemaluannya begitu hangat dan menjempit. Setelah ku diamkan beberapa saat, aku mulai bergerak menarik keluar lalu menekannya lagi  perlahan , mata Ida kadang terpejam kadang mendelik, kepalanya menengadah ke atas, bibirnya dia gigit, mungkin menahan rasa geli dan nikmat. Tangannya meremas apa yang mampu dia pegang, kadang sprei, bantal atau tepian ranjang yang berada di atas kepalanya. Semakin lama ayunan pinggulku semakin cepat diikuti dengan dengus nafasku yang memburu dan pada saat itu tubuh Ida kembali mengejang. Dia menggigit dadaku dan pahanya menjepit pinggulku tapi mana mau aku berhenti . Ku paksa terus agar pahanya kembali membuka dan kupercepat gerakanku yang sebentar lagi sudah akan sampai di puncak kenikmatanku dan akhirnya aku pun menegang, ingin ku tahan agar tidak jebol dulu, aku tak mampu, apalagi lubang kemaluan Ida ku rasakan berdenyut lagi .. saat Ida tengah orgasme yang ketiga kalinya, ku hujamkan saja batangku sedalam-dalamnya, ku peluk tubuh indahnya dan kusemburkan cairan kentalku membanjiri dasar lubangnya yang sudah becek sehingga semakin banjirlah lubangnya. Entah berapa kali ku muntahkan lahar kenikmatanku hingga setelah tubuhku tidak menegang lagi, aku gulingkan tubuhku ke sisinya . ku kecup bibirnya lalu aku terbaring bersisian dengannya . nafas kami yang memburu perlahan normal kembali ..
Setelah hening beberapa saat . Ida memiringkan tubuhnya, dia peluk tubuhku lalu dia bisikkan
 Bapak jantan banget .. Ida sampai seperti tak bertulang gini ..
Aku hanya tersenyum mendengar pengakuannya.
 Kau tidak menyesal Da melakukan yang barusan ?  tanyaku
 Gak  Ida gak nyesel. Ida bahagia banget dah bisa ngerasain gagahnya Bapak  jawabnya.
 Emang suka ngerasaan gagahnya siapa lagi gitu ?  tanyaku
 Idiiiihhh  Bapak .  katanya sambil mencubit dadaku. Tidak ku desak dia, apa perlunya, yang penting malam ini aku dan dia sudah menikmati tubuhnya dan akhirnya kami tertidur pulas, berpelukan bugil tanpa ditutupi selimut .

Entah jam berapa tiba-tiba aku terjaga, aku merasakan batang kemaluanku seperti terhisap sesuatu, ah  ternyata Ida tengah mengulum batang kemaluanku. Dia genggam dengan kedua tangannya. Sambil mengulum dengan gerakan yang menggoda, dia ciumi sekitar kepala kemaluanku. Aku merasa nikmat sekali, batang kemaluanku jadi semakin mengeras. Ida tersenyum menatapku. Aku baringkan tubuhku lagi, lalu ku atur dia untuk posisi 69, Ida di atasku dan kini di hadapanku tampak kemaluannya. Bulu yang tidak terlalu lebat menghiasi kemaluannya. Aku mencium sekitarnya. Aku jilatinya sambil kulebarkan bibir kemaluannya dengan jariku.

Eeehhhmmmmmmm   Ida mengerang sambil mulutnya dipenuhi batangku. Liang kemaluannya terlihat basah sekali. Setelah aku puas memainkan kemaluannya, ku suruh dia berbaring. Ku tarik kakinya hingga keduanya bersandar di bahuku Aku pegang batangku, ku tempelkan kepala batangku ke pintu kemaluannya. Aku dorong, Aaaahhhh . Bapakkkk  terus Pak . Ida mengerang lagi. Aku sodok lagi lebih dalam dan mentok sampai pangkalnya. Aku dorong dan tarik berulang kali. Ita makin terlihat liar menggerakan pinggulnya. Aku rasakan kehangatan lubang kemaluannya berkedut-kedut, memijat batangku.
Aku ayun maju mundur batang kemaluanku dengan perlahan. Sungguh luar biasa rasanya. Lalu ku cabut batangku yang mengacung lalu ku suruh dia untuk mengambil posisi anjing kawin. Ida bangun dan lalu tengkurap dan pantatnya dia jengkitkan. Aku pegang kiri dan kanan pantatnya lalu kubenamkan lagi batang kemaluanku dan aku mulai mengayun lagi. Ida meracau tak karuan merasakan kenikmatan sodokanku. Batangku terasa mengubek-ubek kedalaman kemaluannya. Ku remas dadanya, ku colek-colek daging kecil di atas lubang kemaluannya dan akhirnya kurasakan Ida berkejat-kejat hendak orgasme. dan akhirnya kepala Ida terdongak menatap langit-langit kamar, dinding kemaluannya berkedut-kedut. Aku merasakan nikmat sehingga kupercepat ayunanku dan . aaaahhhhh  kuhujamkan keras-keras batangku dan saat terbenam utuh di lubangnya, cairan nikmatkupun muncrat menyirami lembah nikmatnya. Tubuhku terkejang, begitu juga Ida lalu setelah tak ada lagi yang keluar, aku roboh terlentang di ranjang. Ita pun terbaring kelelahan, pahanya terkangkang dan tak berusaha dia tutupi. Dadanya naik turun, tubuhnya bersimbah peluh sama denganku, matanya terpejam, menikmati sisa-sisa kenikmatan orgasme dari persetubuhan ini.
Ku genggam tangannya dan Ida menoleh padaku .. dia tersenyum begitu manis lalu dia balas genggam tanganku.
 Terima kasih, Sayang  bisikku
 Sama-sama  jawabnya. Ku dekatkan tubuhku, ku rahup tubuhnya dan dia memelukku, kutarik selimut untuk menutupi ketelanjangan kami  tidak ada obrolan apapun, kami hanya terdiam menikmati keindahan tadi dan akhirnya kembali kami tertidur . lemas dan puassss



EmoticonEmoticon